26. Twins' Disaster

511 28 1
                                    

Dan voila, gue hadir setelah berbulan menggantungkan cerita ini. PEACE. Tahun kemarin itu gue tingkat akhir, sibuk nyusun tugas akhir, seminar, sidang, wisuda, cari kerja.

Di sinilah gue sekarang, di kantor (alias laboratorium, karena gue kerja di lab uji), nyolong wi-fi buat posting part ini. Gue bersyukur bisa dapet kerja di sini :))))

Buat kalian yang menunggu TLS update, makasih. #gakadayangnunggupadahal, yang baru mulai baca, sabar eak, gue updatenya jarang.

Vote please, comment if you don't mind. *kiss kiss*

Dia benar-benar pacar Abel. Gue ekhm... cemburu?

Ngeliat mereka berdua sayang-sayangan bikin gue sebel setengah mati. Hei, gue beneran mau ngelindungin Abel. Abel gue. Tapi, Abel udah punya pangerannya sendiri. Gue harus apa? Gue mendesah tanda kesal. Uring-uringan di kamar kayak berita Abel udah punya pacar adalah end of the world. Lebay sih tapikan...

Gue mengacak rambut dan duduk di tepi tempat tidur. Jam setengah empat. Abel lagi apa ya? Rakana, oh come on, dia udah punya cowok. Kenapa sih dia setuju-setuju aja gue ajak jalan kalau nyatanya dia udah ada gandengan? PHP, njiiir. Pipinya yang suka merah kalau digoda sama gue juga, itu sinyal seorang cewek suka sama cowok kan? Tapi ternyata...

Gue rebahan lagi di kasur dan sadar kalau gue belum ganti seragam gue jadi baju rumah. Malas berganti pakaian, gue malah bangkit buat nyalain kompi. Kemarin gue liat Daniel nyelidikin tentang akun yang ngirim gambar gak banget itu. Gue liat sekilas dan gue tau gimana caranya nemuin informasi yang sama.

Voila.

Ya kan? Singkat sekali waktu gue buat mencari informasi itu.

Akun baru ya? Aneh juga zaman sekarang masih ada anak SMA yang baru bikin akun Facebook setelah lulus SMA malah. Yeah, teknisnya sih kelas 3 SMA baru bikin, beberapa bulan lalu.

Friends.

Cuma tiga? Ah, bener juga, kakak ini meninggal beberapa hari setelah akun ini dibikin. Waktu itu gak terlalu heboh karena dia meninggal akibat kecelakaan tapi orangnya tertutup. Iya gue inget kakak ini.

Temennya yang pertama, Fiqarunnisa Umar Putri. Gak familiar sama gue.

Next, Saraswati Utami Dewi. Ini senior taekwondo gue yang lagi sekolah kedinasan. Uadh lama nggak ngajar taekwondo, kabarnya sekolahannya nggak ngizinin make gadget apapun.

Last one, Raena Rasanti Dyaning. Raena? Rambut ikalnya mengingatkan gue sama seseorang. Gue kaget dan buru-buru ngambil smartphone gue. Ah, udah gue hapus. Tunggu, kayaknya gue cadangkan di G+. Duh, lemot... lemot...

Nah. Nah kan! Mereka mirip. Kenapa bisa gini sih?

Telepon Abel! Gue harus kasih tau Abel.

***

"Mereka mirip kan?" tanya Alikha memperlihatkan fotonya dengan beberapa teman perempuannya. Aku menahan napasku. Itu benar. Alikha benar. Salah satu dari temannya mirip dengan foto yang Daniel tunjukkan.

Kagetku belum hilang saat telepon masuk ke ponselku dengan called ID Kak Rakana tertera di layarnya.

"Halo?"

"Raena, salah satu teman yang posting gambar kamu, Bel, dia saudara kembar Raesya yang sekelas sama Alikha."

"Apa—"

"Kamu dimana? Aku ke sana."

"Aku di rumah Daniel, Kak"

Sambungan terputus. Aku belum bisa mencerna apa yang terjadi. Aliran informasi terlalu deras menghantamku.

"Siapa, Bel? Kak Adit?" tanya Alikha.

"Kak Rakana. Dia bilang Raena saudara kembar Raesya," kataku seperti robot. Ruangan hening sesaat. Daniel mendesah keras, mungkin karena dia terlalu bingung dan kaget.

"Kok... bisa?" Alikha mengemukakan keheranannya.

"Mereka beda dua angkatan. Kalaupun Raesya naik kelas waktu itu... mereka tetep nggak seangkatan." Alikha jelas kebingungan.

"Aneh. Tapi... hubungan Raesya dan Raena di kasus ini apa?" Daniel tampak berpikir pun Alikha. Aku hanya terdiam tak tahu harus apa.

***

"Raesya saudara kembar Raena. Mereka beda angkatan karena Raena waktu SMP ikut kelas percepatan. Raesya sendiri memang nggak sepinter kembarannya dan karena itu dia agak minder. Lyra adalah temen Raesya satu-satunya, aku sendiri nggak begitu deket. Dulu kenal hanya karena dia temen Lyra.

"Sejak dia kecelakaan dan tinggal kelas, Lyra nggak mau lagi main sama dia. Raesya dibuang gitu aja. Beberapa gosip nggak enak soal Lyra kesebar oleh Raesya yang sakit hati, sepertinya. Tapi, kemarin-kemarin Lyra jalan bareng sama Sila dan Raesya.

"Nggak aneh rasanya ngeliat Raena ada di daftar temen-temen si pengunggah foto itu. Raena dan si pemilik akun itu sahabatan. Bukan nggak mungkin dia bantu Raesya untuk posting gambar itu. Mungkin, bukan hanya mungkin malah. Lyra menyuruh Raesya melakukannya agar Raesya ditemenin lagi."

***

Penjelasan Kak Rakana tadi sore membuat aku pening. Kembar? Percepatan? Kak Lyra yang memintanya? Bukti saja Kak Rakana tak punya, tapi ia begitu yakin bahwa Lyra yang melakukannya—atau yang menyuruh melakukannya.

Aku berguling-guling di kasurku. Aku menatap langit-langit bercat hitam dengan glitter menyerupai galaksi Bima Sakti, menatap sisi lain kamar ini, menatap tempat tidur dengan sprai biru tua itu, menatap kenangan dengan Malikha.

"Gara-gara aku foto itu tersebar. Gara-gara aku menyukai Kak Rakana, kamu direndahkan oleh orang-orang. Mungkin lebih baik mereka menjelek-jelekkan aku alih-alih kamu Malikha, karena aku yang menyebabkan semua ini." Aku mengucapkannya sambil menahan tangis.

Benar. Jika memang Kak Lyra yang melakukannya, jika memang Kak Lyra yang meminta Raesya untuk menyebarkan foto itu, jika memang akulah penyebabnya, akulah yang paling tidak berhak menangis.

"Sungguh, Abel, kamu tidak berhak menangis atau marah akibat hujatan itu. Kamu yang memulai semua itu. Kamu yang bikin Malikha seperti ini."

Sesegukan aku, menangis dalam kamar yang terlalu luas untukku.

Ketukan halus di pintu menyadarkanku tiba-tiba.

"Siapa?" serak suara yang kuhasilkan.

"Kak Adit, Bel. Kakak boleh masuk?" tanya suara di pintu. Aku berjalan mendekati pintu kamarku dan membukanya. Terlihat Kak Adit dengan raut wajah cemasnya.

"Kamu nangis?" tanya Kak Adit. Aku mengangguk dan tanpa aba-aba menghambur ke pelukannya.

TaeKwonDo Love StoryWhere stories live. Discover now