11 Clear

754 61 5
                                    

Vote Please :3

Vote Please :3 

Vote Please :3 

Thanks <3

                "Hoi!" teriak seseorang di telingaku. Daniel.

"Ha?" balasku tak benar-benar bersemangat. Entah mengapa, mengawasi taekwondo sejak kejadian Backstep-Dolyo terasa sangat berat. Padahal hanya Kak Rakana yang mengetahui cerita tentang itu. Anak-anak lain tentu hanya akan menganggap itu lelucon yang dilontarkan oleh senior mereka. Belum lagi kontradiksiku dengan Febri si ketua taekwondo.

Tapi insiden di koridor OSIS membuat jantungku bereaksi berlebih saat mendengar namanya. Aku selalu ingin melihatnya walaupun hanya sekilas. Meskipun aku tahu, debaran jantungku akan membuatku salah tingkah sendiri. Kak Rakana sepertinya akan membahayakan jantungku kalau terus sperti itu.

Salah gak sih gue kalo pengen deket Kak Rakana tapi gak mau ngawasin taekwondo lagi?

"Abel? Dengerin gue gak sih?" Daniel berkata gusar di sebelahku. Aku mengacuhkannya?

"Apa? Eh, maaf, Niel. Adek lagi lelah," ujarku bercanda dengan candaan yang sedang populer di kalangan remaja. Daniel hanya melengos mendengar candaanku yang memang kurang tepat rasanya.

"Tungguin aja e-mail dari gue ntar sore," katanya sambil memonyongkan bibirnya.

Ah. Tugas itu?

"Tugasnya Pak Heri? Oke," aku langsung menjawab sendiri pertanyaan yang kulontarkan karena Daniel kini melebarkan matanya, melotot marah padaku. Aku buru-buru merapikan buku dari atas mejaku, memasukkannya ke dalam tas ransel. Aku melangkah cepat-cepat menuruni tangga menuju lapangan indoor. Kini, peluh menetes dari dahi dan napasku tak beraturan. Aku membuang napas pelan dan merutuk dalam hati.

Kenapa sih Kak Rakana nyita konsentrasi banget.

***

Kak Adit meneleponku seusai sekolah.

"Abel, ada latihan taekwondo ya?" tanyanya di seberang telepon.

"Hmm, iya nih," kataku kurang bersemangat.

"Kenapa? Kok lesu banget sih," Kak Adit curiga dengan semangatku.

"Yaaa... anak-anak taekwondonya resek. Eh, ada juga sih yang nggak," ucapku menggunakan dua intonasi yang berbeda dalam satu waktu. Tak bersemangat dan bersemangat. Tentu saja bagian bersemangatnya adalah bagian terakhir.

"Uuuh.. jadi, ada yang gak resek? Siapa, Bel? Kak Adit harus tau nih," Kak Adit berujar dengan santai. Padahal aku tahu ia benar-benar penasaran dengan orang yang kuanggap tidak resek itu. Dari nada suaranya aku tahu kalau dia khawatir.

Selalu gitu..

"Kak Adit mau dikenalin?" tanyaku anusias. Sebenarnya mengulur waktu agar bisa memberikan jawaban yang bisa diterima kak Adit. Akan lucu sekali kalau aku bilang Kak Rakana. Mana mau dia dikenalin sama Kak Adit. Siapa aku ngenalin dia ke Kak Adit? Lagian nanti Kak Adit pura-pura jadi pacar aku lagi. Alikha sama Daniel sih bodo amat ngira Kak Adit bener-bener pacar aku. Kak Lyra dan Kak Sila juga aku gak masalah mereka nganggepnya aku pacar Kak Adit. Kalau Kak Rakana yang salah paham bisa-bisa urusan PDKT aku sama dia jadi gagal.

Emang kita lagi PDKT? Hihihi..

"Hah? Siapa yang PDKT, Bel? Ada cowok yang ngedeketin kamu?" tanya Kak Adit tanpa menyembunyikan rasa curiga dari suaranya. Aku kaget setengah mati dan nyaris terantuk pot berisi tanaman mawar yang berjejer rapi di koridor kelas XII ini. Untung saja tanganku secara refleks memegang tiang penyangga besi di dekat situ. Kalau tidak tubuhku akan menimpa sekumpulan pohon mawar yang tentu saja penuh dengan duri.

TaeKwonDo Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang