20 Kasus Kembar I

510 32 2
                                    

     Buku-buku di deretan pojok amat sangat tebal tertutup debu. Beberapa memang bukan bacaan yang akan diminati anak SMA; buku-buku filsafat atau teologi. Di antara buku-buku yang tebalnya nyaris lima sentimeter itu, ada sebuah buku yang tipis. Tipisnya buku itu mungkin membangkitkan rasa heran beberapa murid. Sehingga debu tebal tidak bersarang di sampulnya. Tanda buku itu sering diganggu gugat dari tempatnya.

     Aku, merasa seperti buku itu. Aku hanya buku biasa, bahkan mungkin hanya seonggok buku tipis. Tapi mengapa beberapa anak merasa tertarik padaku, sampai-sampai mengataiku jalang. Hina sekali panggilan untukku itu. Atas dasar apa mereka memanggilku seperti itu?

     Jika aku memang menganalogikan aku dengan buku, aku harap buku tipis itu dihilangkan saja. Sehingga tak ada buku bersih di antara buku-buku berdebu. Apa artinya aku harus pergi? Pergi untuk menemukan rak bukuku sendiri. Agar aku dapat dengan nyaman bersandar dan berselimut debu. Bukankah buku-buku yang berselimut debu adalah buku-buku tenteram; tak terusik?

**

Untuk pertama kalinya, aku membolos.

Aku meninggalkan pelajaran matematika. Sebenarnya aku ragu harus meninggalkan matematika. Sekolahku sebelumnya menggunakan kurikulum internasional, sehingga matematika tidak terdaftar menjadi mata pelajaran. Aplikasilah yang banyak dipelajari. Sementara di sekolahku ini, masih mengikuti kurikulum Indonesia. Pelajaran matematika menjadi momok tersendiri bagiku.

Tapi, aku lebih tidak suka dikatai jalang. Jadi, di sinilah aku. Perpustakaan sekolah. Aku melihat Alikha mengejarku tadi. Tapi tak ku hiraukan.

Aku memilih ke perpustakaan karena di sini ada komputer yang terhubung ke internet. Semua siswa boleh menggunakannya. Hanya saja, sekarang bukan waktu istirahat. Aku harus membuat rencana agar penjaga perpustakaan tidak mencurigaiku membolos apalagi sampai menyuruhku kembali ke kelas.

"Bu, permisi. Saya Abel. Saya diminta untuk mencari literatur untuk pelajaran," aku berbohong pada ibu-ibu pendek gemuk yang duduk di balik meja penjaga perpustakaan.

"Sendirian?" tanyanya menyelidik sambil menatapku. Aku mengangguk.

"Pelajaran apa?" tanyanya skeptis, sepertinya aku tak terlalu mahir berbohong. Aku meneguk ludahku sendiri sambil berpikir keras. Jika aku sebut salah satu mata pelajaran, mungkinkah ibu-ibu ini akan bertanya pada gurunya?

"Eh, itu.. saya kan disuruh ikut lomba esai, Bu. Saya belum tau mau ambil bidang apa," aku menjawabnya melantur. Hening sesaat. Beliau masih memandangiku dengan ragu. Sampai akhirnya, ia mempersilakan aku masuk setelah mengisi daftar hadir.

**

Abel beringsut menuju ke komputer di sudut ruang. Di tempat yang ibu penjaga tadi tidak melihatnya. Ia langsung connect ke internet dan masuk ke semua aku media sosialnya.

Alikha dan Daniel tidak mengizinkannya melihat ponsel pintarnya. Sementara ponsel pintarnya sedang tidak memiliki kuota untuk internet. Abel yakin, masalahnya pasti ada pada salah satu akun media sosial.

Pinned tweet di beranda Twitternya tidak ada yang menarik. Hanya saja, hujatan-hujatan yang senada dengan cacian yang ia terima di sekolah masuk ke notificationnya. Segera Abel keluar dari akunnya itu.

Abel kemudia beralih melihat Instagramnya yang tampaknya sepi-sepi saja. Ia pun buru-buru beralih ke akun Facebooknya. Notification yang tertera sebanyak 67 buah. Saat membukanya, hampir seluruh notifikasi itu berasal dari teman-temannya yang mengirim pesan ke time line miliknya.

Ragu, ia me-scroll beranda Facebooknya dan menemukan sebuah postingan dari akun bernama STR di grup berisi teman-teman sekolahnya. Sebuah unofficial account milik murid-murid dari SMA-nya. Bagai petir di siang bolong yang menyambar. Hatinya runtuh seketika diiringi air mata yang meleleh tak henti.

Foto itu memuat dua insan berlainan jenis berhubungan badan. Hubungan yang tak seharusnya mereka lakukan karena seragam abu-abu bertebaran di kaki mereka. Laki-laki itu tampak sedang giat menggauli si perempuan yang menampakkan seringaian penuh nafsu.

Di foto itu, namanya di tag oleh orang mem-posting. Captionnya begitu menggoda; Abel Naura Shalika dan kegiatan malamnya. Mau coba?

Itu bukan dia walaupun wajah penuh nafsu itu adalah wajahnya.


Maaf pendek :3

Keep Vomment, all :)

Btw thanks yang udah mau baca sampai sini :) :) wufyu :*

afifah_dm

TaeKwonDo Love StoryDonde viven las historias. Descúbrelo ahora