7 Nerves

783 46 10
                                    

Kalo ada yang nungguin mana part yang banyak taekwondonya... tunggu aja yaaaah. part-part selanjutnya bakal ada kok :) btw vommentnya please :)ohiya. kalo ada typo mohon dimaafkaaan :)

————————————————————————————————————————————————————

7 Nerves

            "Halo, Kak," kataku pura-pura ceria saat Kak Adit baru saja sampai di sekolahku untuk menjemput aku. Jaket Daniel masih melingkupi tubuhku karena bajuku bernoda kemerahan akibat gula merah dari es kelapa yang ditumpahkan Kak Lyra di kepalaku. Rambutku juga setengah basah dan tidak terlalu nampak gelombangnya.

            Senyum menghiasi bibirku. Aku sudah berjanji pada Malikha akan bahagia. Maka aku putuskan kejadian hari ini adalah sebuah bentuk coretan warna di lembaran masa SMAku yang patut dikenang. Jadi aku tidak marah pada Kak Lyra, toh Kak Lyra tidak memberikan bentuk bullying yang kelewatan. Siapa tahu ia 'tidak sengaja' menumpahkannya padaku karena kejadian aku menabraknya tempo hari.

Anggap saja karma karena tidak hati-hati.

Tapi aku tahu itu tidak akan terjadi bila Kak Adit mengetahuinya.

            "Jaket siapa itu, Bel?" tanyanya posesif.

            "Jaketnya Daniel. Yuk pulang," pintaku manja menarik tangan Kak Adit.

            "Kenapa pake jaket Daniel? Dia ngapain kamu? Kamu kenapa-kenapa gak? Kok rambut kamu basah gini?" tanya Kak Adit bertubi-tubi. Aku refleks memeluk lengannya agar mukaku yang akan berbohong tidak terlihat olehnya. Jari-jariku kumainkan sampai terasa sedikit sakit karena kukuku agak menusuk kulit-kulitku.

            "Tadi tabrakan sama orang. Es kelapanya numpahin aku, terus Alikha minjemin jaketnya Daniel supaya nutupin noda gula merah dari es kelapanya," kataku cepat agar bagian tabrakan sama orang terdengar meyakinkan.

            "Yakin?" sekarang kedua tangannya merengkuh mukaku. Meneliti setiap perubahan di wajahku, mencari  kebohongan di setiap ucapanku. Aku tersenyum sambil menelan ludah lalu mengangguk dengan samangat. Aku tak tahu itu berhasil meyakinkannya atau tidak. Tapi ia kini membukakan pintu mobil putih itu untukku.

            Kami benar-benar tidak tahu kalau ada dua orang yang memandang kami dari kejauhan. Satu memandangi kami dengan kebencian, sedangkan satu lagi memandang kami dengan rasa penasaran.

—-

            Kamis sore ini kugunakan untuk memikirkan dengan gelisah kemungkinan yang bisa kuambil agar dapat melaksanakan tugasku sebagai anggota divisi empat. Milk shake buatan Bi Nah sudah tinggal separuh jumlahnya tapi aku tidak tahu bagaimana cara meyakinkan Kak Adit perihal tugasku itu. Sampai akhirnya Kak Adit nongol di sebelahku yang sedang duduk di tepi kolam renang rumahku.

Akk..

Kemunculannya yang tiba-tiba membuatku kaget bukan kepalang dan sudah pasti aku akan tercebur ke kolam renang itu seandainya bobot tubuhku tidak ditahan olehnya.

            Mati gue. Anjir Kak Adit mau bunuh gue apa?

            Aku memberengut dan mencebik padanya, "Kak Adit ih. Kalo aku mati tenggelem gimana?"

            "Heh ngomongnya ya. Dijaga," perintahnya dengan suara bariton khas yang mampu membuat semua wanita bertekuk lutut padanya.

            "Iya, iya," sahutku sambil tetap memberengut.

TaeKwonDo Love StoryWhere stories live. Discover now