[11] Rumah Baru

19 2 0
                                    

Saya sangat mengapresiasi dukungan sekecil apapun dari kalian para Pembaca sekalian. Sila dinikmati ^^

------------

Sebuah gedung terbengkalai memenuhi netra El. Gadis kecil itu mengamati dengan penuh seksama sudut demi sudut yang ia duga bekas bangunan supermarket. Ia tak heran, perjalanan menuju ke titik ini memang sudah tak mengenakkan mata.

"Gerbangnya dikunci?" Nako bergumam sembari menatap gerbang asal-asalan dari besi yang ditancap berjejeran begitu saja, lalu direkatkan dengan kawat berduri - juga ngawur simpulnya - dan digembok.

Liam mengambil langkah setelah sempat melepaskan rengkuhan lengan El di lehernya. "Kunci gerbang ini hanya ada satu, dan itu ada padaku. Mustahil gerbang ini dikunci!" jelas Liam sembari merogoh saku celananya.

"Eh?"

"Eh?" Nako menoleh ke belakang, memincingkan mata.

"Tunggu dulu! Tunggu."

"Kau melupakan kuncinya?"

Liam makin sibuk merogoh setiap saku yang ada di pakaiannya.

"Nah! Ketemu!" Bergegas, gerbang gedung terbengkalai itu akhirnya terbuka. Ketiganya kembali ke dalam mobil dan mulai memasuki area parkir. Nyatanya, area parkir yang terletak di belakang bangunan itu, sangat jauh dari ekspektasi El.

Ternyata benar, kalau siang, bangunan ini ramai walau tampilannya tak meyakinkan.

Mobil-mobil bekas yang reyot sana-sini, licet dan memprihatinkan itu terparkir asal-asalan. Tempat parkir ini sebenarnya lebih mirip tempat pembuangan mobil.

"Kau bawa sendiri barang-barangmu ya. 'Kan aku sudah beri tumpangan," putus Nako sepihak.

"Ini juga barangmu. Kalau begitu, panggilkan beberapa anak untuk membawa barang barang ini ke dalam."

Nako mengangguk, segera keluar dari mobil dan memapah El memasuki gedung lusuh itu. Tentu saja mata kecil El tak bisa fokus melihat jalan, justru berputar-putar mengamati sekelilingnya. Gadis kecil itu memandangi lumut-lumut hijau yang jadi hiasan dinding, tersebar hampir menyeluruh. Sarang laba-laba yang berada di sudut-sudut ruangan, menganggu kenyamanan. Palang-palang toko yang sudah reyot tak terurus, dengan baut yang rata-rata hanya bertahan satu, Eskalator yang dapat dipastikan tak lagi berfungsi, jadi papan tulis yang sangat pas untuk pilok warna-warni.

El menghela nafasnya, membaca dalam hati tulisan besar berwarna merah yang terletak di sisi eskalator.

"Experiment Agent." Seolah tahu, Nako menyuarakan apa yang El baca dalam hati tadi.

Barulah kemudian El menolehkan kepala, menatap Nako yang ternyata sedari tadi memandanginya.

"Kini kau adalah bagian dari kami, Experiment Agent. Posisi paling bawah dalam organisasi illegal ini. Aku sudah tahu seluk belukmu dari 'dia', jadi kau tak perlu repot-repot menjelaskan dirimu padaku. Aku juga sudah memahami karaktermu. Bukan karena aku tertarik atau memiliki kemampuan di luar akal manusia, aku hanya mempelajarinya karena itu memang kewajiban dari seorang leader." Itu Liam, yang tiba-tiba saja sudah berdiri di samping El.

Kontak mata terjadi antara El dan Liam, cukup lama. Sampai sebuah senyum terbit dari lelaki itu, "Ya, Aku leadermu sekarang."

El terdiam, memproses kata-kata yang baru saja disuguhkan kepadanya. Ia tak sepenuhnya paham dengan istilah asing yang Liam gunakan.

Dan selagi otak El sibuk meresapi kalimat Liam, lelaki itu telah melangkah ke depan. Mendekati eskalator.

"Hei tunggu."

THE LOST GIRL [UP TIAP HARI]Where stories live. Discover now