[18] Metamorfosis : Telur

14 2 0
                                    

Bunyi high heels menyusul tepat setelah dua tembakan yang diluncurkan ke arah El dan Nako, menarik kuat atensi mereka yang sibuk melenguh kesakitan.

Seorang wanita, dengan rambut hitam panjang sebokong yang tergerai semena-mena itu muncul. Meniup pistol yang masih mengeluarkan asap : tanda baru saja dikosongkan pelurunya.

"Selamat datang!" sambutnya ramah. Matanya bergeser ke kanan dan ke kiri, mengamati dua orang yang hampir saja tak bernyawa karena 'sambutan' nya. Lantas ia tertarik pada El, tatapan matanya dapat merasakan betapa asingnya anak berambut panjang itu, apalagi dengan kepangan urakan.

Seumur-umur ia tak pernah melihat kepangan rambut seburuk itu.

"Kau pendatang baru. Siapa namamu?" tanyanya ketika telah berjongkok tepat di hadapan El. Memang sialan, seharusnya ia menolong anak itu dulu.

Duak!

Perempuan itu terduduk, menatap sengit Nako yang baru saja menendangnya.

Mengulurkan tangan, Nako membantu El berdiri. "Sambutanmu itu sangat seru, sampai aku berharap bisa menyambutmu juga," sindir Nako pedas.

Perempuan itu tertawa, perlahan berdiri dan membersihkan bagian belakang pakaiannya. Kembali ia masukkan pistol ke dalam sarungnya, dan berakhir berkacak pinggang, memindai Nako dan El dari atas sampai bawah dengan mata bulatnya.

"Sejak kapan kau punya anak?" ejeknya setelah diam beberapa saat.

Sangat tak terduga, dan sangat tak bermutu pertanyaan yang perempuan itu lontarkan. Nako benar-benar ingin mendampratnya.

"Dengar Tya, aku tak ada banyak waktu. Aku yakin Casano telah memberitahumu, bahwa ada pesanan yang akan diambil pagi ini, 'kan?" desak Nako tanpa basa-basi.

Tya, perempuan berambut panjang itu berlagak sedang berpikir keras, membuat Nako was-was. "Coba kuingat-ingat dulu~" goda Tya sembari mengerlingkan matanya, ia sengaja melakukan itu.

Menyadari sedang dipermainkan, Nako merogoh kantung celananya, menodongkan pisau tepat di depan leher Tya tanpa sepatah kata.

Terkejut, Tya memundurkan langkahnya, mengangkat kedua tangan sebagai isyarat bahwa ia tak mau lehernya tergorok di pagi yang cerah ini. "Hei? Bukannya kau terlalu serius? Aku hanya ingin bermain-main sebentar tahu!" celotehnya panik.

Nako tak peduli, ia merangsak maju, sepertinya ia betul berniat menusuk leher Tya.

"Ah! Baiklah-baiklah!" pekik Tya ketika ujung pisau Nako menggores sedikit kulit lehernya. "Turunkan dulu pisaumu! Pesananmu sudah dipisahkan oleh Casano, kau tinggal membawanya."

Nako tak semudah itu percaya, tentu saja. Ia menatap dalam-dalam mata belok Tya. Sampai kemudian yakin bahwa perempuan itu tidak lagi bercanda, Nako baru menurunkan pisaunya.

"Sudah dibius?"

---

Tya, Nako dan El, kini sedang dalam perjalanan menjemput pesanan. Dengan Tya yang memandu jalan, Nako yang sibuk dengan telepon genggam dan El yang terus mengamati sekelilingnya.

Sudah lima menit mereka berjalan, namun tak juga kunjung El dapati sel-sel tahanan. Begitu banyak ruangan yang mereka lewati, gedung ini lebih mirip labirin ketimbang kantor polisi. Setidaknya itu yang El pikirkan sedari tadi.

"Sudah dibius, kenapa tidak langsung dibungkus saja?" tanya Nako tiba-tiba setelah hening bermenit-menit lamanya.

Tya mengangkat kedua bahunya, "Mana kutahu. Mungkin Casano ingin kau melihat barangnya dahulu sebelum benar-benar membeli. Kau tahu prinsipnya, kan? Tidak ada pengembalian barang jika sudah melakukan transaksi."

THE LOST GIRL [UP TIAP HARI]Where stories live. Discover now