[12] Rumah Baru

16 2 0
                                    

"Nah, kesimpulan dari apa yang sudah kita bahas malam ini adalah bahwa aku akan menjadi wali dari anak baru kita, Elvanna Vilvfred," ikrar Nako dengan lantang. Matanya bergulir dari sisi kanan ke sisi kiri ruangan, menatap satu per satu netra yang juga memberi atensi penuh padanya.

Semuanya diam, beberapa ada yang manggut-manggut tanda setuju dengan keputusan Nako.

"Ada sanggahan?" Timpal Liam, ikut berdiri dan mengambil alih forum.

"Tidak!" Kompak semua menjawab.

Liam tersenyum, bangga karena pertemuan dadakan kali ini berlangsung lancar tanpa hambatan. Kembali duduk, Liam meneguk secangkir air mineral. "Kalau begitu, sila beraktivitas," pungkasnya.

Mendengar itu, semua manusia selain Liam, Nako dan El langsung mengangkat bokongnya. Berjalan keluar dari ruangan dan memberi salam penutup ketika sampai di ambang pintu reyot itu.

"Jaga baik-baik anak itu, Nako. Adios!" Duka tersenyum, walau terlihat ngeri karena wajahnya yang penuh bekas sayatan.

"Kak Nako, aku kerja dulu ya! Adios!" Ceon melambaikan tangannya heboh. Nako mengangguk sebagai balasannya.

Sekarang di ruangan ini benar-benar tersisa Liam, Nako, dan El.

Helaan nafas lega terdengar dari arah Liam yang merebahkan tubuhnya di sofa panjang. "Aku tak menduga pertemuan kali ini akan sangat kooperatif. Sia-sia aku was-was tadi," gumamnya dari balik bantal sofa yang baru saja mendarat di wajahnya.

"Sepertinya jika tak ada aku, pasti tidak selancar ini, sih. Selama pertemuan kau hanya diam seperti orang bisu, malah aku yang terpaksa untuk terus berbicara mengendalikan suasana. Berterima kasihlah padaku, Leader." Nako meneguk birnya, lalu segera menyemburnya ketika tatapannya bertemu dengan El.

"Duh, maaf El. Aku tak ingat kau ada disini."

El hanya tersenyum kecil, sepertinya ia cukup senang dengan sikap Nako padanya.

"Kau sombong sekali, Nako. Tapi terima kasih." Liam kembali menenggelamkan dirinya dalam balutan kain-kain sofa. Sementara Nako, tepat setelah kaleng bir itu berhasil ia remukkan, ia bangkit.

"Mari keliling sebentar, kamu perlu punya rumah untuk malam ini." Uluran tangan itu langsung disambut hangat oleh El. Nako tersenyum.

"Aku ajak dia berkeliling dulu, sambil cari tempat yang ia mungkin suka. Adi-"

"Bukannya dia perlu ke rumah sakit?" Liam lagi-lagi menyembulkan diri, memincingkan satu mata bertanya-tanya memandang punggung El dan Nako secara bergantian.

"Ah, aku sudah buat reservasi dengan dokter. Katanya malam ini ia ada urusan. Besok dia akan luangkan waktu untuk El," terang Nako tanpa berniat balik badan.

"Ah begitu ...," Liam manggut-manggut, "Ya sudah, pergi sana," usirnya.

Nako mendecih, "Adios!"

---

"Aduh, Hidrogelmu benar-benar habis ya." El hanya meringis mendengar ocehan Nako yang tak ada habisnya sedari tadi. Bukan apa-apa, awalnya memang seru, tapi entah kenapa lama-kelamaan El merasa energinya tersedot.

"Masih ada berapa ruangan lagi yang harus kulihat, Kak Nako?" tanya El was-was. Sebab lihatlah! Jalannya saja sudah mulai pincang, peluhnya mulai membuat baju basah walau malam tak terlalu panas, dan terlebih lagi perutnya yang sedari tadi bernyanyi lagu nestapa menginginkan sedikit sentuhan rasa.

El pucat, dan Nako tak peka.

"Sepertinya masih ada 12 ruangan. Kamu masih kuat? Kalau masih, kita harus bergegas karena aku ada pekerjaan mendesak. Tapi kalau kamu tidak kuat, kamu bisa tidur di ruanganku saja," tawar Nako.

El menggeleng, raut wajahnya seperti berkata bahwa ia merasa sudah cukup banyak merepotkan Nako.

"Saya ingin punya tempat sendiri Kak, kalau kakak terburu-buru, kakak bisa tinggalkan saya. Nanti saya jelajahi sendiri." Senyum itu membuat Nako terpana sejenak, seseorang melintas di kepalanya.

"Kak?" El melambaikan tangannya di depan wajah Nako sebab tak kunjung mendapat jawaban.

"Ah i-iya. Begini saja, aku akan berangkat. Tapi sebelum itu, akan kulihat dulu ruangan yang tersisa, nanti akan kuberi tahu ruangan mana yang paling mungkin kamu tinggali."

"Bukannya nanti Kakak lelah? Ruangan yang tersisa 'kan masih banyak."

"Ah tenang saja. Ya sudah, tunggu disini sebentar ya."

Belum sempat El menjawab simpulan sepihak dari Nako, gadis itu telah melesat cepat menaiki anak tangga yang menuju ke lantai selanjutnya. Melihat itu, El tersenyum. Ia mengambil langkah mundur, menyenderkan punggungnya yang kemudian merosot pada tembok pembatas.

Diluruskan kakinya yang nampak semakin parah. Hidrogel itu perlahan ia buka, demi menilik lebih jelas bagaimana keadaan lukanya. Meringis, El tak kuat dan langsung menutup kembali bekas samsak peluru itu. Jahitannya sudah lepas, benar-benar lepas. Wajar sebenarnya, mengingat apa yang telah El lalui akhir-akhir ini.

Udara dingin semena-mena berhembus dari mulut kecil El, sedangkan matanya memandangi Nako yang sibuk keluar masuk ruangan.

El berada di lantai dua, dan ruangan yang tersisa ada sampai lantai delapan.

Cukup lama Nako berlarian di koridor-koridor, sampai kemudian terdengar teriakannya yang tercekik kebahagiaan, "LANTAI DELAPAN EL! AKU MENEMUKANNYA!"

"Haish, mulutnya benar-benar ...."

El menoleh, langsung menatap ke ruangan yang berada tepat di depannya. El yakin bahwa suara gumaman itu berasal dari sana.

"... Menganggu orang tidur saja."

El meringis, suara itu terdengar sinis. El sendiri berniat menghampiri lelaki dibalik pintu reyot itu, ingin meminta maaf atas kebisingan yang Nako buat. Tetapi nyalinya kurang besar.

"EL KAU DIMANA?!" Lagi, Nako berteriak kegirangan dari atas sana, sembari melongokkan kepalanya dari pembatas, mencari-cari keberadaan anak asuh barunya.

"Sialan!" umpatan yang cukup keras.

Memundurkan diri, hawa bahaya menguar dari ruangan di depannya. Degup jantung El semakin kuat, apalagi ketika knop pintu itu mulai ditekan. Tanda seseorang akan keluar.

Cklak!

"Ah, benar-benar!"

Rambut putih mengkilap yang awut-awutan, mata hitam kelam yang menjadi satu-satunya organ yang terlihat dari keseluruhan wajahnya. El ingin tahu, seperti apa ekspresi yang lelaki ini pasang dibalik topeng putih polos yang ia kenakan.

Tatapan mereka bertemu, walau El tak yakin. Lelaki itu menunduk.

"Siapa kau?"

----

THE LOST GIRL [UP TIAP HARI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang