NOIR - TALE OF BLACK AND WHITE

242K 17.7K 4.9K
                                    

Pesta barbeque malam ini terasa spesial, bukan hanya karena tujuannya untuk merayakan kembali sadarnya Suri, tetapi juga sebagai ucapan terimakasih dari keluarga Suri untuk Keluarga Dawala yang telah berbaik hati menampung mereka semua—serta rela rumahnya menjadi tempat migrasi sementara para makhluk dunia astral selama hampir dua minggu. Awalnya, mereka sempat berniat mengadakan perayaan sesaat setelah Suri terbangun, tetapi situasi jadi tak terkontrol setelah tiga kakak laki-laki Suri tahu jika diam-diam, Sebastian telah menyatakan perasaan pada adik mereka—ditambah mencuri satu kecupan di pipi. Rumah Keluarga Dawala mungkin sudah akan berubah jadi area perang seandainya tidak ada Mami Jia dan Ayah.

Di hari-hari pertama Suri dan keluarganya kembali pulang ke rumah mereka, Mami sempat terlihat sedih. Beliau terlihat sudah terbiasa dengan suasana rumah yang ramai karena tak pernah lepas dari suara perdebatan, entah itu dari mereka yang berebut makanan atau menyerobot antrian bermain game. Tetapi Mami juga mengerti bahwa mereka harus kembali ke rutinitas mereka seperti biasa. Karenanya, Mami tak lepas mewanti-wanti Suri untuk tetap berkunjung ke rumahnya jika sedang senggang.

Menjelang malam, suasana kebun belakang tempat mereka mengadakan pesta barbeque tersebut kian ramai. Chandra dan Cetta adu unjuk keahlian dalam masalah bakar-membakar daging di depan Siena dan Rana, membuat Ayah berkacak pinggang sambil mendecakkan kepala.

"Barachandra, Dimitrio, kalau kalian mengipasnya sekeras itu, bisa-bisa bagian luar dagingnya gosong duluan sebelum bagian dalamnya matang!"

"Hm, iya juga. Jadi hangus gitu kayak Malika,"

Calvin yang sedang sibuk menuangkan soda ke dalam gelas-gelas kecil langsung mendengus keras-keras begitu mendengar namanya disebut. "Kenapa jadi gue yang kena?!"

"Stop. Gue geli lihat lo ngomong, berasa kayak lihat gigi melayang."

"Barachandra," Ayah berujar. "Jangan meledek saudaramu terus-terusan."

"Justru karena kita bersaudara, kita harusnya bisa saling mengejek tanpa mendendam, Ayah." Chandra menukas kalem, tak lupa sambil menarik seulas senyum tengil khasnya yang tak gagal membuat Siena tersipu diam-diam seraya tetap mengumpulkan tusuk-tusuk daging yang sudah dibakar.

"Liat aja, nanti begitu lo mati, gue bakal masukin kecoak dalam mulut lo sebelum lo dikubur!" Calvin berseru keras, membuat Ayah kontan memandang ke arahnya.

"Calvin, language."

"Dia yang mulai duluan, Ayah!"

"Duh mulai deh. Kalian sesama makhluk nista jangan ribut sehari aja bisa nggak, sih?" Rana menyentakkan kepala, lantas berlalu untuk mengambil potongan buah yang ada di dapur.

Kompak, Calvin dan Chandra menanggapi kata-kata gadis itu dengan cibiran. "Dasar Mak Lampir!"

"Bilang gitu sekali lagi, mulut lo berdua gue sundut pake arang." Cetta yang justru menyahut.

Suri menghela napas menyaksikan itu semua, meski diam-diam dia merasa senang. Masih tidak ada yang berubah dalam keluarga mereka, bahkan setelah peristiwa besar sekaligus aneh yang baru saja mereka alami. Segalanya baik-baik saja, dan mungkin akan jauh lebih baik ke depannya, melihat dari bagaimana Ayah memutuskan untuk kembali pulang dan tinggal di rumah. Juga Calvin yang kini tak sendiri lagi hingga Chandra yang entah sejak kapan sudah berhenti membawa perempuan ke rumah.

Suri berharap, Bunda bisa melihat jika mereka semua hidup dengan baik.

"Thankyou, cewek body goals." Wati berkata ketika Suri meletakkan nampan besar berisi beberapa kemenyan yang sudah dibakar dan sebaskom penuh air yang telah dicampur dengan tujuh jenis bunga. Suri tidak pernah tahu kalau makhluk astral bisa makan, tapi karena konon katanya mereka menyukai bau-bauan seperti kemenyan, Suri tak lupa meminta abang-abangnya menyiapkan benda-benda tersebut. Hitung-hitung sebagai tanda terimakasih untuk para makhluk tak kasat mata yang telah peduli sekaligus menjaganya selama dua minggu terakhir.

NOIRKde žijí příběhy. Začni objevovat