#09

132K 14K 4.3K
                                    

Mereka beruntung karena sore itu, jalanan tidak terlalu macet

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mereka beruntung karena sore itu, jalanan tidak terlalu macet. Memang terjadi sumbatan kendaraan di beberapa titik, namun tidak butuh lama bagi tumpukan kendaraan yang berdesakan untuk terurai karena antisipasi yang telah dilakukan oleh sejumlah polisi lalu-lintas yang bersiaga. Warna jingga yang tertumpah mewarnai langit sudah mulai memudar ketika Sebastian membelokkan mobil masuk ke pelataran hotel tempat acara reuni SMA-nya diadakan. Biru yang gelap perlahan merajai, menelan habis sisa-sisa senja.

"Kayaknya yang dateng banyak banget, ya." Suri berkomentar sambil matanya menatap penuh antusias pada area parkir yang penuh sesaat setelah keduanya turun dari mobil. Tingkahnya membuat Sebastian menatap pada gadis itu sejenak dengan kepala yang dimiringkan, sebelum seulas senyum tipis yang hampir tak terlihat tertarik pelan disana.

"Namanya juga reuni besar-besaran. Kan yang datang bukan angkatan gue doang. Bakal ada angkatan lain, baik yang lebih tua maupun angkatan junior di bawah angkatan gue."

"Hm... berarti nanti di dalam banyak om-om, dong."

"Om-om?"

"Tadi kamu bilang bakal ada angkatan yang lebih tua. Kamu aja udah tua, kalau kata Abang Chandra. Apalagi yang udah lebih tua dari kamu. Jangan-jangan mereka bukannya bawa pacar tapi justru bawa anak."

"Gue belum tua."

"Iya, aku tau."

"Tadi lo bilang gue udah tua."

"Kan bukan aku yang bilang. Yang ngomong begitu Abang Chandra." Suri nyengir, lalu menepuk-nepuk bahu Sebastian dengan wajah santai. "Tapi tenang aja, Tian. Mau kamu tua atau muda, aku tetap sayang, kok. Jadi nggak usah khawatir kayak gitu."

Sebastian mendengus. "Mending kita masuk sekarang."

"Yaudah, ayo." Suri mulai berjalan, tetapi kontan menghentikan langkah saat menyadari jika Sebastian tidak ikut bergerak. Bukannya turut melangkah, cowok itu justru terus saja berdiri diam di tempatnya dengan ekspresi wajah yang sukar dibaca. Tindakan Sebastian tentu saja membuat Suri merasa heran. "Tian, katanya tadi mau masuk?"

Sebastian justru membisu. Masih dengan wajahnya yang nyaris tanpa ekspresi, dia melangkah mendekati Suri. Kemudian tangannya terulur, membuat Suri hanya bisa terperangah selama sesaat.

"Apa?"

"Ini acara reuni SMA gue. Lo datang kesini sebagai partner gue, jadi cara masuk yang betul bukan jalan sendiri-sendiri kayak anak SD lagi musuhan." Sebastian berdecak tidak sabar. "Siniin tangannya."

"Ya ampun. Kenapa nggak bilang dari tadi?"

"Bilang apa?"

"Bilang kalau kamu mau gandeng aku." Suri terkekeh sambil meraih tangan Sebastian yang terulur. "Let's go!"

Sebastian menyentakkan kepala, tapi lagi-lagi ada senyum bermain di wajahnya. Mereka berjalan masuk dengan jari-jari saling terkait menuju ke sebuah ruangan besar tempat reuni sekolah Sebastian diadakan. Seperti yang sudah laki-laki itu bilang, peserta reuni tersebut memang banyak dan berasal dari berbagai lapisan usia, meskipun jelas perbedaan usia itu tidak terlalu jauh. Sesuai dugaan Suri, ada beberapa yang datang bersama anak-anak kecil yang kemungkinan besar adalah anak mereka. Para peserta terbagi ke dalam kelompok-kelompoknya sendiri, yang Suri tebak berdasarkan angkatan masing-masing. Sebastian sendiri sibuk menyapu seisi ruangan dengan pandangan sebelum matanya berhenti pada satu titik diikuti satu lambaian tangan.

NOIRWhere stories live. Discover now