#31

97K 11.3K 2.5K
                                    

"Kasih tau aku," Suri tidak tau kenapa napasnya terengah ketika dia mengatakan itu. "Apa kamu emang udah ngerencanain semuanya dari awal? Sejak sebelum kamu masuk ke rumahku dan tinggal sama Wati juga Melly?"

"Jangan menatapku seolah-olah aku baru saja mengkhianatimu. Faktanya, aku adalah pihak yang terkhianati di sini. Oleh makhluk-makhluk yang kuanggap teman, oleh keadaan, oleh waktu, bahkan oleh Sang Pencipta yang kukagumi. Kamu tidak semenarik itu, pada awalnya, Oriana Suri Laksita." Blanc memberi jeda sejenak. "Tetapi tidak setelah kamu berurusan dengan dunia tak kasatmata lebih dari yang seharusnya. Saat kamu mempertanyakan dalam hatimu tentang apa yang harus dan tidak harus. Ketika kamu memilih mengikuti kata hatimu daripada ancaman tentang dosa dan pahala. Kamu mengingatkanku padanya. Setelah hampir seribu tahun berlalu dalam hampa, kamu memberiku harap bahwa mungkin saja, suatu saat nanti, aku bisa bertemu lagi dengannya. Dan ternyata, firasatku tentang itu tidak salah."

Suri menatap Blanc dengan nanar. Sekian banyak memori tentang waktu-waktu yang pernah dilaluinya bersama hantu-hantu yang tinggal di rumahnya—dan tentu saja Mpok Jessica termasuk di dalamnya—lewat dengan cepat serupa kilas-balik dalam film bisu. Dia selalu mengira segala perhatian itu, mulai dari yang menyebalkan hingga yang menghangatkan dada adalah ketulusan. Nyatanya, semua tak lebih dari sekedar kebohongan memuakkan.

"Aku nerima kamu tinggal di rumahku dengan tulus."

Blanc memandang Suri dengan sorot mata yang sulit diterjemahkan. "Kamu bersikap seolah kita adalah sahabat lama. Mengharukan sekali. Apa kamu memang benar-benar menganggapku sebagai sahabat? Kamu berhak membenciku, karena aku juga tidak merasa butuh pengakuan atau penghargaan dari makhluk mortal sepertimu. Hanya saja, aku melakukan ini semua bukan tanpa alasan. Sama seperti kamu yang ingin melakukan apa saja untuk menyelamatkan ibumu, aku juga ingin menyelamatkan Noir dari takdir. Takdirnya terlalu buruk untuk makhluk sebaik dirinya. Melihatnya terhukum. Melihatnya harus merendahkan diri di depan Sang Pencipta membuatku marah. Kenapa aku dan dia harus jadi korban dari skenario kejam seperti itu? Seandainya saja Sang Pencipta tidak sejahat itu, dia tidak akan menciptakan aku atau Noir dengan kemampuan merasa lebih dari yang seharusnya seperti ini."

Rasa sesak merambati dada Suri, membuatnya kian sulit bernapas. Namun diantara tarikan napasnya yang makin memberat, Suri masih mampu melontarkan sebaris tanya. "Terus apa yang mau kamu lakukan?"

"Aku mau kamu membantuku."

Sebastian masih membenci hantu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebastian masih membenci hantu.

Awalnya, dia benci hantu karena hantu adalah makhluk tanpa wujud nyata yang mampu membuat jantungnya berdegup dua kali lebih cepat hanya dengan memunculkan diri. Sebastian berani pada manusia mana pun, tapi dia paling takut sama yang namanya setan. Kemudian, dia benci hantu karena hantu membuatnya harus berurusan dengan gadis seperti Suri terlalu sering—dimana kalau harus Sebastian ingatkan, Suri adalah salah satu dari banyak jenis orang yang akan Sebastian hindari di dunia ini. Sekarang, dia benci hantu karena mereka sudah membuatnya gagal merayakan ulang tahun Suri hari ini. Bukan itu saja, salah satu dari mereka—Sebastian tidak peduli meski Calvin bersikeras kalau makhluk itu lebih mirip siluman ular putih dalam drama kolosal Mandarin ketimbang hantu—telah membawa pacarnya pergi tanpa jejak.

NOIRWhere stories live. Discover now