(2)

8K 1K 71
                                    

Vivian tidak ingat kapan terakhir kali ia berjalan sejauh ini, atau kapan terakhir kali ia berjalan telanjang kaki sambil mengangkat gaunnya. Sepertinya opsi yang kedua, belum pernah dilakukannya. Ia jelas terlihat seperti turis sehingga banyak pasang mata memperhatikannya, tapi Vivian tidak yakin bagaimana orang-orang lokal ini memandang dirinya. Seorang wanita dengan gaun merah, telanjang kaki, dan menaiki bukit dengan susah payah. Belum lagi ia tidak membawa dompet ataupun ponsel. Ini adalah hari tersialnya. Bagaimana mungkin ini terjadi padanya?

"Dasar keparat idiot," gerutunya seraya terengah-engah melintasi kota berbukit itu. Sungguh, kenapa kota ini hanya punya jalan menanjak dan menurun? "Aku akan membuatnya menderita. Lihat saja nanti." Vivian bicara tanpa berpikir dan ia jelas tidak tahu bagaimana caranya membuat seorang pialang kaya raya melarat.

Anthony memang melebihi ekspetasinya dan selalu memberinya kejutan, tapi tentu saja bukan kejutan semacam ini yang ia inginkan. Jadi Anthony bahkan menutupi status pernikahannya, bahkan mengganti nama depannya. Menipu Vivian habis-habisan padahal mereka belum genap sebulan menikah.

Sekarang Vivian harus kembali dari dermaga dengan berjalan kaki karena tidak membawa uang. Vivian tidak yakin ia bisa masuk ke hotel untuk mengambil barang-barangnya, seluruh barangnya di sana adalah barang-barang Anthony, termasuk kartu kredit dan benda lain yang Anthony berikan padanya. Ini masalah harga diri. Ia tidak mau memakai sampah apapun dari penjahat wanita itu. Kalau saja bukan karena hanya gaun ini yang tersisa darinya, ia pasti sudah melempar gaun ini ke wajah Anthony.

"Dasar mata keranjang!" gerutu Vivian lagi. Rasanya ia sudah berjalan berkilo-kilo. Tidak yakin sekarang pukul berapa. Tidak yakin sekarang ia berada di mana. Tidak yakin tempat apa yang ditujunya. Dugaannya, Anthony mungkin sudah kembali ke hotel dan hengkang dari pulau ini sebelum Vivian bisa membunuhnya.

Vivian menjatuhkan tubuhnya di depan toko kelontong. Ia lapar dan haus setelah berjalan sejauh berkilo-kilo. Ia yakin ini pasti masuk ke dalam rekor tersial dalam hidupnya. Kenapa insiden tadi tidak terjadi setelah makan malam? Vivian belum sempat menyantap hidangan laut itu.

Vivian memandang jalanan yang dipenuhi turis. Banyak turis mengabaikannya, tetapi orang lokal justru mengamatinya. Jadi inilah akhirnya? Vivian menjadi gelandangan di negara orang. Ia memang berniat tinggal di Santorini, tapi bukan dalam skenario seperti ini.

Vivian menghela napas sekali lagi. Ini hal buruk, tapi bukan yang terburuk. Sebelum memiliki kehidupan, Vivian dulunya juga menggelandang. Ia yatim-piatu dan hanya anak jalanan. Ia melakukan apa saja untuk bisa makan. Sampai akhirnya dinas sosial menemukannya dan memasukkannya dalam program anak asuh.

Vivian beruntung mendapatkan Sam Tillman sebagai orang tua asuhnya. Orang itu maniak pendidikan karena ia kepala sekolah di sekolah elit di Manhattan. Ia benci melihat kebodohan negeri. Jadi ia mendorong Vivian untuk belajar. Memarahi Vivian ketika tidak belajar dengan sungguh-sungguh. Vivian berusaha keras sejak hari itu. Pengasuhan Sam Tillman memang keras, tetapi itu cukup untuk memacu Vivian menjadi pribadi yang lebih baik/ Vivian menantang diri untuk mengikuti program beasiswa di sekolah Sam Tillman yang elit itu. Ia mendaftar diam-diam dan beruntung bisa mendapatkannya.

Vivian tahu Sam merasa cukup puas dengan apa yang dilakukannya. Ia memang tidak membantu Vivian untuk mendapatkan posisi itu, tetapi ia pasti ada di balik alasan Vivian mendapat beasiswa penuh sekaligus uang saku yang cukup untuk hidup mandiri di rumah sewa murid beasiswa. Di sanalah ia bertemu Jesse McGraw, kemudian ia bertemu Cara Beverly yang membuat hidupnya berubah drastis.

Cara adalah penulis novel terlaris di Amerika. Awalnya ia meminta Vivian menjadi editornya. Bukan pekerjaan sulit, Vivian menyukai romansa, buku, dan bisa mengatasi kesalahan penulisan. Tetapi ia tak pernah mengira novel Cara akan melejit hingga namanya mengikuti. Cara sekarang juga menjadi penulis skenario film dan tetap mempercayakan pengeditannya pada Vivian.

REPLACE THEMWhere stories live. Discover now