(27)

7.8K 971 91
                                    

Cal dan Vivian hanya diam di bawah tatapan menyelidik Cara. Vivian menatap lantai, merasa bersalah. Cal tidak memandang kakaknya, tapi Vivian―menatap tubuh Vivian yang telanjang di balik mantel karena Vivian belum sempat berpakaian. Sepertinya pria itu menduga-duga apa yang ada di balik mantel itu.

Cara melipat tangan di atas perut buncitnya. Tiba-tiba Vivian merasa dirinya adalah Starr yang baru saja menumpahkan makanan dari mangkuknya. "Jadi... jelaskan. Apa yang terjadi? Sejak kapan? Di mana? Bagaimana? Siapa yang lebih dulu mulai?"

Cal memandang santai pada kakaknya. "Kau ingin aku menjawab sesuai urutan pertanyaan?"

"Aku lebih suka menjawab: pas," cetus Vivian.

"Ini bukan kuis," gerutu Cara. "Aku hanya... tidak percaya melihat adikku dan sahabatku telanjang di tempat yang sama. Apa Cal menyakitimu, V?"

"Sebenarnya, dia yang menyakitiku," sela Cal sebelum Vivian sempat menjawab. "Dia mencakar punggungku saat orgasme."

"Jangan dengarkan dia!" tukas Vivian. Demi Tuhan! Mengapa detail itu perlu dibicarakan? Ia memelototi Cal. "Bisakah kau serius? Aku sedang tegang di sini."

Cal menyeringai dan mengerling. "Aku juga, Sayang."

"Ha-ha." Cara tertawa datar. "Sejak kapan kau punya selera humor, hm? Aku tak percaya kau tiba-tiba pulang untuk tidur bersama sahabatku. Dan kalian sukses menyembunyikan ini dari semua orang."

Tidak semua orang, pikir Vivian. Quinn bisa melihat dengan mata telanjang apa yang terjadi antara dirinya dan Cal. Tapi Vivian tetap menggumamkan kata, "Maaf."

Cara sepertinya tidak memedulikan gumaman pelan itu. Ia sibuk memelototi adiknya seolah Cal adalah putranya yang nakal.

"Apa yang kau harapkan?" tanya Cal pada kakaknya. "Maksudku, aku tidak tahu apa inti dari pembicaraan ini. Kau ingin melarangku mendekati Vivian? Jawabanku adalah tidak mungkin." Cal melirik Vivian. "Aku ingin bersamanya."

Kenapa hal itu terdengar sangat manis bagi Vivian? Tidak seorang pria pun mengatakan hal itu padanya, atau dengan tegas menjelaskan itu pada orang lain. Hal sepele semacam itu sanggup membuat Vivian tersentuh. Tidak ada kartu kredit emas atau berlian.

Cara bangkit dan menghadapi Cal dengan tangguh. Vivian sendiri akan menciut jika dirinya yang diperlakukan begitu. Cara terlihat begitu hebat dengan penampilannya saat hamil. "Aku tidak mau kau menyakitinya, oke? Dasar kau tukang kabur. Kau tidak bisa menjanjikan sebuah hubungan untuknya, lalu keluar sesuka hati. Dia sahabatku. Aku tidak peduli kalau kau adalah adikku. Aku akan tetap membunuhmu jika kau menyakitinya."

Wow. Oke. Itu tidak terduga. Kata-katanya sedikit jahat dan Vivian takut itu akan menyinggung Cal yang rapuh mengingat masa lalunya yang tidak menyenangkan. Awalnya Vivian pikir Cara akan menghakiminya sebagai wanita murahan yang menggoda adiknya atau sesuatu. Tetapi yang di depan matanya tidak menyiratkan demikian. Cara membelanya. Bukan Vivian yang membuat Cara ragu, tapi Cal. Bagaimana mungkin? Cal lah bagian keluarga ini, bukan Vivian. Jadi ketakutan Vivian akan hubungan ini sama sekali tidak berdasar.

Alih-alih tersinggung, Cal justru menyeringai geli saat memandang Vivian lalu beralih ke kakaknya. "Aku sedang melakukan usaha terbaikku. Seperti yang kau lihat, aku di sini sekarang. Tidak pergi ke manapun."

Cara memandang Cal dan Vivian bergantian untuk menilai. "Apa kalian benar-benar serius? Beritahu aku, seberapa serius?"

Kali ini Vivian yang angkat bicara, ia cukup yakin dengan jawabannya. "Saat ini aku hanya ingin bersamanya." Cal terlihat terkejut mendengar Vivian, namun Vivian sangat yakin bahwa ia masih bisa bertahan dengan prinsip itu. Belum sepenuhnya menyadari apakah perasaannya sedalam Cal, tapi ia cukup yakin keinginan dalam dirinya sekuat Cal untuk bisa bersama dan menghabiskan waktu sesering mungkin. Vivian tidak mau memikirkan perjalanan yang akan Cal lakukan besok atau lusa atau entah kapan.

REPLACE THEMWhere stories live. Discover now