(7)

7K 886 44
                                    

Cal sudah menyiapkan peralatannya untuk memotret, mengatur kameranya sedemikian rupa untuk ia bawa bekerja. Ia sudah berganti pakaian santai yang biasa ia gunakan untuk memotret. Meski ia akan mengulas paket makan malam di sebuah kapal mewah, ia hanya akan memotret untuk melakukan pekerjaannya sebagai fotografer. Jadi ia hanya menggunakan kaos berkerah dan celana kargo pendek yang nyaman untuknya.

Itu sebabnya ia agak terkejut saat keluar dari kamar dan mendapati Vivian yang telah bersiap dengan gaun ketat hitam dan tas tangan silver yang terlihat mahal dan glamor. "Apa yang kau lakukan?" tanya Cal. Kenapa Vivian berpakaian seperti itu padahal ini bahkan bukan makan malam resmi? Mereka bahkan hanya menikmati makan malam gratis dan besar firasat Cal menduga sosis akan menjadi menunya. Sudah pasti makanan gratis yang ditawarkan dalam paket bukan jenis makanan mahal.

"Tidak. Apa yang kau lakukan?" tukas Vivian. "Kau tidak mengenakan setelan."

"Aku akan pergi bekerja. Ini pakaian kerjaku."

"Tidak bisakah kau menggunakan pakaian yang lebih layak?"

"Pakaian ini layak," kata Cal. "Harganya sekitar seratus dolar ketika aku membelinya. Aku menyukai pakaianku dan tidak ada yang salah dari itu."

"Tentu saja salah ketika kau datang ke makan malam mengenakan kaos polo."

"Ini bukan Polo." Merek pasaran bukan sesuatu yang akan dipilih Cal jika ia memang punya uang.

"Tentu saja bukan. Mungkin lebih murah."

Cal menghela napas untuk mengumpulkan kesabaran yang sudah ia kerahkan sejak semalam. "Terserah kau saja, Viv."

"Benarkah terserah padaku? Maksudku, kalau aku memintamu mengenakan setelan, kau akan melakukannya?"

"Mimpi saja kau. Aku tidak akan melakukannya." Mengenakan setelan? Yang benar saja. Ia bahkan tidak pernah mengenakan setelan kecuali saat saudara-saudarinya menikah.

Vivian mengerucutkan bibir dan mendengus keras. "Kenapa aku tidak terkejut kau akan menggunakan kostum ini?"

"Bukan aku yang menggunakan kostum. Kau yang mengenakannya. Kita hanya akan datang untuk memotret dan menikmati jamuan ala kadarnya. Kau tidak perlu berpakaian seperti akan menghadiri pesta kerajaan." Meski tak dapat dipungkiri bahwa, ya, wanita itu cantik dengan gaun itu. Gaun yang berbelahan dada rendah, menonjolkan aset-aset dengan begitu seksi tapi tidak terkesan murahan. Ia menggelung rambut merahnya dan membiarkan beberapa helainya terjatuh di samping wajah, membingkainya dengan begitu indah. Vivian jelas tahu bagaimana caranya merias diri. Tahu betul apa yang harus digunakan dan apa yang bisa melengkapi penampilannya.

"Yah, aku tidak mau mempermalukan diriku atau dirimu," kata Vivian.

"Aku tidak malu."

"Kenapa kau tidak bisa menyenangkan diriku sesekali? Kau tinggal menggunakan setelan untuk melengkapiku."

"Yah, Viv. Seingatku aku baru saja membayar seribu delapan ratus dolar untuk penerbanganmu. Itu tiga kali lipat dari harga tiket ekonomi. Aku tidak tahu kalau itu belum membuatmu senang."

"Kenapa kita kembali ke masalah tiket pesawat ini?"

"Lagipula, aku tidak punya setelan. Kalau pun punya, aku juga tidak akan menggunakannya hanya untuk memotret kapal."

"Aku tidak akan menang, bukan?"

Cal senang Vivian memahami keadaan kali ini. Ia mengabaikan Vivian dan mengambil tas kamera yang akan ia bawa. Mereka keluar bersama dan Cal yang berjalan di samping Vivian saja bisa melihat bahwa wanita itu akan membuat setiap pria yang melihatnya menengok dua kali.

REPLACE THEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang