(23)

7.9K 962 83
                                    

Cal merasa Vivian lebih diam selama sisa makan malam itu. Well, tidak benar-benar diam karena wanita itu masih seorang Vivian Bume. Tapi ia sepertinya tidak terlalu tertarik untuk bicara dengan Cal. Hal itu membuat Cal merasa gusar.

Vivian lah satu-satunya alasan mengapa Cal bisa menghadapi makan malam ini lebih dari satu jam. Jika dipikir-pikir Vivian juga lah yang membawanya pulang ke Westerly secara tidak langsung. Berkat Vivian pula sekarang ia lebih mengenal keluarganya. Semuanya terasa lebih mudah karena Cal punya seseorang yang menemaninya. Cal mencintai wanita itu, ia tak meragukannya. Melihat Vivian menjauhinya membuat Cal tidak senang.

"Kau melihatnya seperti ingin membunuhnya," cetus Kevin di sebelahnya. Setelah makan malam, Vivian dan Quinn membicarakan sesuatu tentang kegiatan sosial di kota dan yang lainnya, sementara Cal dan Kevin menghabiskan waktu untuk menonton berita olahraga. "Wajahmu―atau wajah yang mirip aku―jadi tidak terlalu tampan. Aku bahkan tidak menyangka aku bisa terlihat semenyedihkan itu."

Cal mendengus. "Memangnya kenapa? Aku sudah membuat perbedaan di antara kita ketika kau tidak melakukannya. Aku memanjangkan rambutku, kau tidak."

"Yah, setidaknya aku tidak merengut dan mengernyit sambil menatap wanita. Kau benar-benar membuat perbedaan."

Kevin menatap Quinn dan Vivian yang sedang tertawa-tawa. Sama seperti yang dilakukan Cal. Persetan dengan tayangan di hadapan mereka. Wanita-wanita itu terlihat lepas dan bahagia. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi Cal senang melihat tawa Vivian. "Ceritakan tentang kau dan Viv."

Cal tidak yakin akan memulainya dari mana. Baik Vivian maupun Cal tidak ada yang memulainya, semuanya terjadi begitu saja. Kadang Cal berpikir seluruh hasrat itu hanya buah tangan dari Santorini dan masih terseret sampai ke Westerly. Namun Cal sepenuhnya tahu bahwa perasaannya nyata. Ini terlalu emosional bagi Cal dan itu jelas tidak ada dalam daftar rencananya. Cal tak tahu apakah ia harus bersyukur soal itu atau sebaliknya.

"Dia berpikir ini hanya hubungan fisik," jelas Cal singkat. Percintaan mereka jelas panas, tapi ia tidak akan membagikan itu pada Kevin.

"Oh, Man. Itu buruk."

"Ya."

"Tapi kau mencintainya. Sangat."

Cal tertawa, menertawai ironinya sendiri. "Aku bahkan tidak tahu apa itu hubungan fisik belaka. Aku tidak tahu cara mainnya. Tapi aku juga tidak berniat terlibat sejauh itu―sedalam ini."

"Hubungan fisik belaka?" Kevin menggeleng. "Bukan gayamu."

Cal mengendik. "Perbedaan lain di antara kita."

Kevin menyeringai. "Sekarang aku punya Quinn. Masa lalu hanya masa lalu."

"Ya." Cal melirik Quinn yang melirik ke arahnya dan Kevin. Ketika mendapati ia dipandangi, wanita itu mengalihkan pandangan, ada rona di wajahnya. "Kalian cocok bersama."

Kevin menghela napas dan menepuk bahu Cal. "Bro, dengar. Setelah apa yang terjadi pada kau dan April, aku hanya ingin kau melanjutkan hidup. Aku tidak tahu kalau kau... punya pengalaman traumatis soal itu. Aku tidak tahu apakah itu salah satu motif kau tak pernah di sini, tapi kau punya keluarga ini yang selalu ada untukmu. Kau tidak harus menjauhi kami. Kau punya aku. Kita... saudara. Kembar. Kita dulu berbagi tempat selama sembilan bulan. Dan... kau tahu kita masih bisa saling berbagi."

Cal menatap saudaranya yang terlihat bersungguh-sungguh. Dulu mereka adalah kembar Beverly yang selalu dikenal semua orang. Dulu mereka melakukan segala hal bersama-sama. Jika di sana ada Cal, maka di sana ada Kevin. Tidak yakin siapa mengikuti siapa, tapi dulunya mereka memang satu kesatuan. Cal merasa bodoh karena selama ini menjauh dan mementingkan penderitaan diri sendiri, ketika semua orang menawarkan posisi untuk mendampinginya. Mereka orang-orang yang peduli padanya.

REPLACE THEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang