(10)

7.4K 954 72
                                    

Ciuman itu bukan jenis ciuman bergairah. Cal menciumnya dengan sopan dan manis. Tidak ada tangan nakal yang saling menggeranyangi meski mereka berada di atas ranjang, meski pria itu telanjang dada sementara Vivian tidak bisa dibilang benar-benar menutupi tubuhnya dengan tanktop dan celana pendek yang ia kenakan. Cal hanya menciumnya, memberikan kecupan di akhir, dan berkata terima kasih. Kemudian menjauh dari Vivian seraya menetralkan napas. Setelah kecanggungan yang cukup lama, akhirnya Cal bangkit dan berkata akan mandi. Ia tidak mengajak Vivian mandi. Jadi itu kodenya supaya Vivian keluar dari kamar pria itu.

Ya Ampun, apakah Vivian memang baru saja bertanya kenapa Cal tidak menciumnya? Itu bodoh. Kenapa pula ia berpikir Cal akan menciumnya? Meskipun, ya, Cal memang akhirnya menyerah dengan memberikan ciumannya. Tetapi Vivian mulai meragukan kewarasannya sendiri karena pernah berpikir bahwa Cal pantas dicium.

Pria itu memang pantas dicium. Bibir Cal penuh, tegas, dan menggoda. Cal tidak menuntut seperti pria bergairah yang kehilangan akal. Cal tahu caranya mencium dan itu membuat Vivian bertanya-tanya mengapa pria itu tidak punya kekasih padahal ia cukup tampan, mapan, dan pintar mencium.

Vivian tidak pernah berpikir bahwa ia akan tertarik pada salah satu Beverly bersaudara. Max punya sepak terjang bersama wanita seperti atlet kebanyakan, sementara Kevin dulunya adalah bujangan yang paling diincar di kota. Mereka semua bukan tipe Vivian yang mencari cinta sejati. Mungkin karena ia tidak benar-benar mengenal Cal, itu sebabnya ia berpikir kembaran Kevin itu berbeda hingga membuatnya penasaran. Tapi tetap saja, itu tidak bisa dibenarkan sebagai alasan mengapa ia meminta Cal menciumnya. Demi Tuhan, baru beberapa malam yang lalu Anthony meninggalkannya dan sekarang ia sudah meminta seorang pria―adik sahabatnya―untuk menciumnya.

Vivian memang bahagia bersama Anthony, tetapi pria yang dilakukannya pada Vivian tidak bisa dimaafkan dan itu cukup untuk membuat Vivian kehilangan seluruh perasaannya untuk pria itu. Jika dipikir-pikir lagi, Vivian memang lebih suka Anthony mati dimakan hiu sehingga ia bisa mendapatkan warisan pria itu. Entah bagaimana Vivian bisa melihat bahwa Anthony memang hanya menjadikannya selingan karena seks yang mereka lakukan lebih sering daripada kebanyakan orang. Anthony bahkan dengan keras menolak adanya anak lebih dini, seharusnya tanda itu saja membuat Vivian mengenali watak pria itu. Vivian memang mencintai Anthony, tapi ia sendiri tahu cintanya tidak sebesar yang terjadi pada Rick dan Cara, atau Jesse dan Max, atau Kevin dan Quinn. Ia memang sedih saat Anthony meninggalkannya, tapi alasan terbesar kesedihannya karena tidak bisa mengenali akal picik Anthony lebih awal.

Vivian sudah berumur tiga puluh. Sahabat-sahabatnya sudah menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia. Vivian menginginkan pernikahan, juga anak-anak. Ia ingin menjadi ibu yang lebih baik daripada ibunya. Ia menginginkan cinta dalam hidupnya. Namun tentu saja bukan itu alasan terbesarnya bertanya kenapa Cal tidak menciumnya.

Mungkin Vivian hanya terbawa perasaan sedih karena baru saja menjadi janda. Mungkin Vivian hanya terbawa suasana Santorini yang romantis, karena semalam pria itu sudah membawanya melihat matahari terbenam yang indah, memberinya makan malam yang sempurna―meskipun gratis dan tidak bisa menambah anggur, paling tidak Vivian tidak berakhir terlantar di dermaga. Mungkin saja karena Cal terlihat begitu rapuh, namun tubuh pria itu hangat dan menggiurkan. Itu sebabnya Vivian bertanya.

Benar. Kebodohannya hanya boleh terjadi sekali dan tidak seharusnya terjadi lagi. Cal memang tampan dan manis, tapi pria itu juga yang mengancam akan mendorongnya ke laut. Pria itu agak brengsek. Titik. Tidak peduli jika ciumannya memabukkan.

Sepanjang sisa hari itu hanya ada kecanggungan di antara Cal dan Vivian. Mereka sarapan dalam diam. Vivian sebisa mungkin tidak menatap bibir Cal, atau bahkan mengingat kembali ciuman mereka. Cal berkata harus pergi untuk memotret siang itu. Pria itu mengijinkan Vivian menggunakan layanan kamar untuk memesan makan siang. Sama sekali tidak curiga Vivian akan membengkakkan tagihan. Vivian berpikir lebih baik ia tetap tinggal di hotel dan menerima tawaran layanan kamar demi menjauh dari pria itu. Membiarkan pikirannya lebih jernih.

REPLACE THEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang