(20)

8.4K 1K 84
                                    

"Bagaimana bisa kau punya tenaga ekstra?" keluh Vivian pada Jesse yang mengikuti di belakangnya, merangkak, mencari-cari di bawah rak etalase.

Mereka baru saja kehilangan Keith. Anak itu tadinya di belakang mengikuti ibunya dan Vivian belanja sambil bermain pistol-pistolan, kemudian menghilang. Menurut Lean, kembaran Keith yang jauh lebih tenang dengan duduk di keranjang sambil bermain boneka, Keith bersembunyi di suatu tempat di bawah kolong. Jesse mempercayai ikatan saudara kembar itu dan mengikuti saran putrinya untuk mencari Keith di kolong.

"Keith?!" seru Vivian. "Kau tidak takut pada tikus?!" Vivian berharap Keith takut pada tikus dan memutuskan untuk lari terbirit dan keluar dari persembunyiannya. Tapi Vivian juga punya sedikit firasat Keith tidak punya ketakutan apapun.

"Sst..." desis Jesse. "Tidak boleh ada indikasi hewan pengerat di supermarket. Mereka bisa menuntut kita atas pencemaran nama baik."

Vivian mendengus pada sahabatnya. "Serius? Kalau begitu apa yang bisa kutawarkan supaya dia keluar dari persembunyian?"

"Kita akan menemukannya," ujar Jesse penuh keyakinan. "Tenang saja."

"Menurutku, kita harus lapor polisi." Vivian menegakkan tubuh dan memandang Lean yang sangat manis dan penurut di dalam troli, sedang menyisir rambut boneka Barbie. Kenapa tadi Vivian tidak memasukkan Keith ke trolinya dan mengikat si anak nakal itu di sana? "Serius, Jesse. Bagaimana Keith bisa sangat hiperaktif? Lihatlah Lean! Dia sangat manis. Dari seluruh Beverly, Keith satu-satunya yang tidak bisa dikendalikan."

"Keith terbentuk dari dua kromosom berlainan," kata Jesse. "Aku hanya menyumbang rambut pirang pada bayi-bayiku. Masalah kepribadian ini tidak sepenuhnya salahku. Kenapa tidak kau tanyakan pada si kromosom Y? Lagipula, kata 'sangat hiperaktif' itu melebih-lebihkan."

"Dia hilang!" tukas Vivian. "Aku tidak melebih-lebihkan."

"Terserah." Jesse mencoba ke lorong satunya lagi, untuk ke sekian-sekian kalinya. Ia melihat melalui celah rak cokelat, siapa tahu Keith ada di lorong seberang dan membuntuti mereka. "Dia pasti di sekitar sini."

"Apa kau tahu kita sudah tiga kali mencari di lorong ini?"

"Mungkin Kit diculik," cetus Lean dengan santai. Kedua bocah kembar itu belum bisa menyebut nama kembaran masing-masing dengan benar. Mereka terdengar seperti Kit dan Len. Vivian menduga mereka akan terus seperti itu sampai mereka punya Keith dan Lean lainnya.

Vivian tertawa. "Ha ha! Percayalah, tidak ada yang mau menculiknya. Anak itu akan menendang kejantanan penculiknya lebih dulu sebelum dia berhasil diculik."

Mata Lean berbinar-binar ketika menemukan kata baru. "Ke-jan-tanan."

Vivian menutup mulut berharap kembali menelan kata-katanya. "Oh, sial."

"Menyingkirlah dari putriku, oke?" kata Jesse. "Kau tidak tahu mencuci otaknya dari Max saja sudah cukup sulit. Aku sudah cukup beruntung Lean mulai mengikuti Starr. Itu menyeimbangkan kehidupanku. Setidaknya, Lean tidak bermain futbol, atau menjadi polisi, atau menjadi pilot. Sekarang dia tidak ikut menghilang karena pengaruh permainan Barbie yang Starr berikan padanya. Syukurlah anak Cara perempuan dan akan bertambah satu perempuan lagi. Aku tidak bisa membayangkan Lean dikelilingi sepupu laki-laki. Dia mudah terpengaruh."

"Dia baru tiga tahun, Jesse. Tentu saja dia mudah terpengaruh. Semua anak berusia tiga tahun seperti itu. Lagipula, jadi polisi atau pilot cewek itu keren," kata Vivian.

Jesse mendengus. "Tidak ketika tiga polisi menangkapku."

"Tiga, ya?" ulang Vivian. "Max dihitung, kalau begitu."

"Kau akan terkejut dengan kehidupanku. Kadang-kadang itu membuatku merindukan New York, laboratoriumku, dan biji-bijianku." Jesse dulunya adalah seorang peneliti di pusat pengembangan teknologi pangan. Setelah menikah dan melahirkan bayi kembar, ia hanya sesekali mengambil proyek penelitian di beberapa universitas terdekat.

REPLACE THEMWhere stories live. Discover now