(11)

7.7K 954 122
                                    

Ketika Vivian tiba di bandara Providence, seorang sopir dengan setelan formal sudah menunggunya. Meski bukan Cara atau Jesse yang langsung menjemputnya, ia cukup terharu sahabat-sahabatnya itu mengurus segala hal untuknya. Mereka bahkan menyewa mobil bagus untuk mengantar Vivian ke Westerly. Sungguh aneh bagaimana Vivian begitu diterima di sana, membuatnya begitu merindukan kota kecil itu meski ia bukan berasal dari sana.

Vivian tak habis pikir mengapa Cal lari dari kehidupannya yang sempurna ini. Cal punya keluarga besar yang hebat. Ia tak perlu meragukan apakah keluarganya akan menerimanya. Kenyataannya, Vivian saja sangat diterima di keluarga itu meski ia tidak punya hubungan persaudaraan apapun.

Vivian memang pernah diasuh oleh keluarga yang baik dan Vivian bersyukur mendapatkannya. Tetapi satu-satunya keluarga yang ia ketahui adalah keluarga Beverly yang selalu menerimanya dengan tangan terbuka. Gerald Beverly bahkan bersedia mengantarnya melewati altar saat menikah dengan Anthony.

Serius, kenapa Vivian pernah tertarik dicium oleh orang tolol seperti Cal?

Vivian tiba di rumah besar Cara yang indah. Meskipun itu bukan mansion era Victoria, tetapi rumah itu terlihat elit, apik, dan menawan. Pemandangan sungai melatari rumah itu. Dan jangan lupakan kapal yang dimiliki Rick. Orang kaya harus punya kapal ketika mereka punya rumah yang punya dermaga.

"Ahoy, Storm!" seru Vivian ketika tiba di rumah Cara.

Seorang gadis kecil dengan rambut gelap terkepang berlari ke arahnya seraya berteriak, bahkan sebelum Vivian mencapai teras. Starr Storm, putri pertama Cara terlihat sangat cantik meski wajahnya mirip sang ayah. "Aunt V!"

"Ini dia, gadisku!" Vivian memeluk putri Cara yang sudah ia anggap sebagai keponakannya sendiri. "Aku sangat merindukanmu!"

"Kulitmu terbakar matahari. Kau terlihat berbeda," oceh Starr.

"Benar. Aku suka kulitku yang eksotis. Apakah kita benar-benar baru berpisah satu bulan? Kau terlihat tinggi."

"Dad bilang, bagus kalau aku jadi tinggi. Teman-teman di TK mungkin tidak akan menggangguku. Apakah aku bisa mendapatkan kulit yang ek-so-tis?"

"Tentu saja!" sahut Vivian. "Kita bisa bergi ke pulau tropis. Kita akan berjemur di pantai yang indah. Bagaimana dengan Bali? Kau dan aku? Dengan ayahmu yang membayar perjalanannya?"

"Jangan racuni putriku, oke?" gerutu Rick yang datang dari halaman belakang. Ia mengenakan sepatu bot dan membawa sekop. Celana jinsnya terkena tanah dan dia berkeringat hingga otot tubuhnya terlihat di balik kaos putih tipis. Vivian ingin tertawa melihat penyanyi besar Amerika yang punya jutaan penggemar ternyata bisa kotor karena berkebun. Seorang lelaki kecil mengikutinya seperti anak itik. Oh, itu Brendan, Rick versi usia dua tahun. "Selamat datang, V."

"Trims! Aku senang kembali," kata Vivian. Ia menyapa anak kedua Cara dan Rick. "Halo, Brendan, Sobat! Siapa yang sebentar lagi ulang tahun? Kau tidak mau memelukku?"

Tetapi Brendan hanya diam mengamati Vivian, lalu bersembunyi di balik kaki ayahnya seolah Vivian adalah monster jahat. Sekarang Vivian percaya bahwa Rick dulunya pemalu. Brendan sepenuhnya menggambarkan sifat itu.

"Apakah itu kau? Akhirnya kau datang!" seru Cara yang keluar dari dalam rumah. Perutnya menggembung, tubuhnya membengkak, tetapi dia terlihat sangat cantik dan bahagia. Cara menghampirinya dengan langkah susah payah hanya untuk memeluknya. "Oh, V! Aku menyesal soal Anthony. Aku senang kau memutuskan ke sini."

Vivian tidak ingin membicarakan Anthony setelah dua puluh jam penerbangan dan hampir dua jam menuju kota. "Bagaimana kabar keponakanku yang lain?" tanya Vivian seraya melihat perut Cara.

REPLACE THEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang