(6)

7.6K 902 86
                                    

Setelah waktu yang terasa seperti selamanya, Vivian dan Cal akhirnya tiba di bandara kecil Santorini. Vivian pikir Cal sudah muak padanya sampai tega mengancam menurunkannya di jalanan, tetapi pria itu dengan manisnya membantu Vivian menurunkan dua koper besarnya.

Sepanjang perjalanan yang tersisa Cal begitu tegang sampai hanya menanggapi Vivian dengan kata singkat. Seperti; ya, tidak, oh, sungguh. Jika ia terjebak lebih lama dengan Calvin Beverly yang jelas-jelas berbeda dari identitas Beverly yang lainnya, Vivian pasti gila.

Vivian bertanya-tanya apakah Cal punya kekasih. Meski Cara sudah menegaskan sejak lama sekali bahwa Cal tidak punya kekasih.

"Kau tahu, aku lebih berharap dia punya kekasih," kata Cara sewaktu membicarakan masalah ini. "Dia mungkin akan punya alasan pulang. Tidak perlu kami mengancam akan membunuhnya lebih dulu untuk pesta ulang tahun anak-anakku."

"Benar," dukung Jesse. "Seperti Max yang selalu pulang untuk Keith dan Lean meski dia hanya harus jadi kuda seharian penuh."

"Mungkin Max harus mulai mempertimbangkan memelihara kuda," cetus Cara. "Rumah kalian sempurna untuk kuda. Kalian punya banyak ruang tersisa. Lagipula, ide berkuda menuruni tebing dan melintasi pantai pasti sempurna."

"Aku tidak mau punya kuda. Mereka mungkin akan memakan tanaman-tanamanku. Keith dan Lean baru akan menginjak tiga tahun. Aku lebih suka mereka punya kuda imajiner ketimbang kuda sungguhan. Sekarang saja, baik Max, Keith, dan Lean terlalu bersemangat bermain futbol hingga bolanya merusak kebunku. Rasanya, aku seperti menjadi ibu untuk tiga bayi. Aku tidak mau menanggung makhluk lain yang mungkin merusak tanamanku."

"Kembali ke topik Cal, lupakan soal kuda dan tanaman," kata Vivian. "Apa menurut kalian Cal punya kekasih yang ia tinggal entah di manapun itu? Dia mungkin selama ini sudah menikah dengan seseorang, mungkin punya anak, dan kuda." Mengingat pria itu punya rambut memanjang, Cal mungkin hanya harus mengenakan kostum koboi dan mengikuti pertandingan rodeo.

"Wah, aku pasti mencekiknya lebih dulu sebelum memberinya selamat atas pernikahan, kelahiran anaknya, dan kuda yang dimilikinya," kata Cara. "Bagaimana menurutmu, Quinn?"

Vivian nyaris tidak menyadari Quinn yang terdiam sepanjang pembicaraan tentang Cal itu. Jika diingat-ingat lagi, Quinn memang tidak pernah begitu antusias menceritakan Cal, padahal pria itu adalah kembaran suaminya.

"Dia..." Quinn berpikir sesaat. "Dia pantas mendapatkan seseorang yang baik. Kalau dia punya seseorang, kita harus menghormati pilihannya." Sangat khas Quinn Beverly yang bijak. Keluarga Beverly beruntung mendapatkan Quinn yang masih punya akal sehat ketika semua anggotanya hanya bertindak sebagai perusuh.

Vivian nyaris melupakan pembicaraan itu. Jika dipikir-pikir lagi, Cal memang tidak menunjukkan gelagat memiliki seseorang dalam hidupnya. Kalau saja ia punya seseorang, siapapun itu dan di manapun dia, orang itu pasti sedang di sini bersama Cal; meramaikan penthouse besar nan modern, menghabiskan sarapan bersama, dan menikmati paket-paket yang kini dinikmati Cal seorang diri.

"Viv?" Cal menyentak lamunannya. "Kau mungkin harus memilih tiket. Kau ingin mendarat di mana?"

Benar, mereka sedang berada di loket untuk kepulangan Vivian. Lamunan tadi mengingatkannya bahwa selain keluarga Beverly, ia tidak memiliki siapapun yang tersisa di Manhattan. Ia bahkan tidak akan pulang ke apartemen Anthony. Ia mungkin harus menyewa tempat baru, atau kembali ke apartemen mewah Cara yang selama ini menjadi tempat menumpangnya karena Cara mempercayakannya untuk menjaga tempat itu―yang seharusnya sama sekali tidak lagi diperlukan karena gedung elit itu seharusnya punya penjagaan ketat.

"Viv?"

Mungkin ia akan kembali ke Westerly? Menemui sahabat-sahabatnya untuk berbagi kesedihan? Sial, mengingat apa tengah menimpanya saat ini, Vivian tidak menyangka itu semua mengubah kehidupannya dalam semalam.

REPLACE THEMWhere stories live. Discover now