(29)

7.8K 933 60
                                    

"Menurutmu tempat yang akan kita kunjungi ini sedang musim apa?" tanya Vivian ketika memasukkan pakaian-pakaiannya ke koper yang sama seperti yang Vivian bawa saat ke Santorini. Masih dua koper dan mungkin akan bertambah seiring perjalanan mereka. Seharusnya Cal tidak heran. Ini 'kan Vivian.

"Karena sebagian besar tujuan kita berada di Eropa, mungkin kita tiba di sana saat awal musim dingin atau akhir musim gugur. Yang jelas kita butuh baju hangat. Musim gugurnya lebih dingin daripada di sini."

"Aku seperti mendengarkan pengarah perjalanan."

Cal tersenyum, senang mendengar Vivian menggerutu meski hubungan mereka sudah seserius ini. "Kau tidak bisa menyalahkanku, Sayang. Kau yang bertanya."

"Jadi... kita berkeliling dunia sekarang? Bagaimana jadinya kalau kita nantinya menikah? Kita tidak punya cadangan tempat untuk berbulan madu."

Cal terkesiap setiap kali Vivian mengatakan kata 'menikah'. Membuatnya bertanya-tanya apakah wanita itu memang menginginkan hal itu menjadi kenyataan. Cal melihat sebuah jiwa yang bebas, namun juga masih terluka akibat pernikahan terdahulunya. Ia harus mengingatkan diri bahwa hubungan mereka masih baru, mereka baru saja mengenal, dan waktu adalah sesuatu yang mereka butuhkan untuk saat ini.

"Aku yakin bisa menemukan satu tempat yang tidak akan kau duga," jawab Cal akhirnya. "Aku punya banyak cara untuk menyenangkanmu."

"Ah! Jangan menggodaku dulu, oke? Aku sedang sibuk." Vivian mengangkat bikini merah muda yang pernah Cal lihat di Santorini. Membayangkan kembali Vivian mengenakan potongan itu membuatnya kembali bergairah. Cal memang suka menggoda Vivian dan memanjakannya. Vivian mengangkat alis dan bertanya-tanya saat menatap Cal. "Ini tidak dibutuhkan, kan?"

"Kita pasti akan membutuhkannya," kata Cal dengan suara parau. Ia bisa memikirkan sebuah fantasi yang melibatkan bikini merah muda itu. "Di suatu waktu. Siapa yang tahu? Aku suka baju itu."

"Ini bukan baju. Ini bikini. Tentu saja kau menyukainya. Kau pria.," dengus Vivian. "Serius. Aku perlu berbelanja untuk menghadapi musim dingin di Paris. Semua yang ada di koperku adalah pakaian musim panas di pinggir pantai. Ini semua tidak cocok untuk perjalanan kita."

"Tapi kau sudah memenuhi kopermu. Sepertinya kau membawa semua barang."

"Baju hangat belum dihitung. Aku masih harus membelinya. Dan mungkin koper tambahan?"

"Viv, kau sudah bawa dua koper," tegur Cal.

"Aku tahu! Tapi ini seperti tak akan pernah cukup. Aku butuh lemari yang bisa kubawa ke manapun. Aku tidak bisa hidup dengan dua koper untuk menjelajahi lima negara."

Cal tertawa dan menarik Vivian hingga jatuh ke pangkuannya. Ia memeluk Vivian dan menghirup aroma wanita itu. "Sayang, aku mengunjungi lebih dari lima negara tapi aku selalu membawa satu ransel. Mesin cuci diciptakan untuk suatu tujuan, oke? Kau bawa saja yang penting. Yang lain-lain bisa kita pikirkan nanti."

"Kenapa kau tidak berkemas?"

"Karena aku ingin memeluk pacarku," kata Cal di kulit Vivian. "Dan karena aku hanya butuh dua puluh menit untuk berkemas."

"Dua puluh menit?! Itu tidak adil. Kau menontonku berkemas selama dua jam dan ini jauh dari kata selesai."

"Itulah bedanya kau dan aku. Senang kita masih memilikinya." Dan Cal senang memiliki momen ini bersama Vivian. "Aku mencintaimu."

Vivian beringsut dari pelukan Cal supaya bisa membalikan tubuhnya menghadap Cal, masih berada di pangkuannya, tungkainya mengait pinggul Cal, dan memberi sebuah ciuman manis yang Cal sukai. "Apa kita akan melakukan permainan ini? Menyatakan perasaan sampai umur kita lima puluh tahun? Kupikir hanya Cara dan Rick yang akan melakukan itu."

REPLACE THEMWhere stories live. Discover now