PRESMA || CHAPTER 26

72.7K 6.6K 550
                                    

❗DILARANG SILENT READERS❗

Cara menghargai sebuah karya adalah dengan memberi bintang, komentar dan memfollow author 🧊🐬.

‼️ HAPPY READING ‼️



"Bubu makan siang bareng kan?" tanya Kiara yang berada di hadapan Devan.

Sekarang keduanya tengah berada di lapangan basket, Kiara yang berjalan menghampiri Devan dan Devan yang kini terlihat berjalan terburu-buru menuju arah Kiara.

"Maaf Kia, saya buru buru ada rapat tentang demo kamu bisa makan sendiri dulukan?" ucap Devan yang kemudian berlalu begitu saja.

Ya, Devan memang selalu seperti itu, membatalkan acara padahal dia yang membuat janji.

Kiara paham organisasi adalah dunia Devan jadi ia tidak bisa menyalahkan siapa pun.

Dengan berat hati, akhirnya Kiara berjalan sendirian menuju kantin, tidak jarang banyak para mahasiswa/i yang menegur Kiara disepanjang perjalanan.

Sesampainya di kantin hanya ada Nara dan Ocha, serta beberapa mahasiswa/i lainnya yang sedang istirahat.

"Katanya mau makan sama si bubu?" tanya Nara yang sudah tau bahwa Kiara pasti ditinggal lagi oleh Devan.

"Pasti gak jadi," ucap Ocha yang menepuk bahu Kiara pelan.

Sebenarnya Kiara tidak begitu kecewa akan hal ini, karna hal yang seperti ini sudah sering terjadi, hanya saja mengapa Nara berada disini padahal Nara juga termasuk anggota BEM.

"Kok lo ada disini?" tanya Kiara pada Nara.

"Lo ngusir gue?" tanya Nara balik yang bingung akan pertanyaan Kiara.

"Bukannya rapat bareng bubu?" tanya Kiara sekali lagi.

"Gak ada rapat, inikan jam istirahat," jawab Nara sambil melanjutkan makan siang.

***

Sekarang sudah pukul empat sore dan sudah waktunya untuk Kiara dan Devan kembali ke rumah mereka.

Kiara berjalan menuju fakultas Devan, ya jurusan Kiara dan Devan memang berbeda.

Devan yang mengambil jurusan Hukum dan Kiara yang mengambil jurusan Kedokteran. Kiara menunggu di depan pintu mobil karna Devan yang tidak bisa dihubungi. Sudah hampir setengah jam Kiara menunggu tapi Devan belum juga datang.

Hingga pada menit ke tiga puluh, Kiara baru melihat Devan berjalan menuju kearahnya.

"Bubu ayo pulang!" ucap Kiara dengan rasa kesalnya karna menunggu Devan sendari tadi diparkiran.

"Saya masih ada rapat sampai malam," ucap Devan yang baru keluar dari gedung fakultasnya setelah hampir tiga puluh menit Kiara berdiri diparkiran.

Seingat Kiara Devan sudah rapat tadi siang kenapa harus rapat lagi?

"Gak dirumah aja?" tanya Kiara yang merasa aneh dengan sikap Devan, karna tidak biasanya Devan mengadakan rapat di jam segini.

"Ada urusan yang ngelibatin anggota BEM sama rektor kampus, kamu bisa pulang sendiri dulukan?" tanya Devan yang kemudian diangguki oleh Kiara.

***

Pagi ini Mario dan Kevin tengah uring-uringan di ruang keluarga karna begadang semalaman. Sedangkan Devan, ia masih berada dikamarnya.

"Bubu, ada temen bubu dibawah," ucap Kiara yang kini berada di kamar Devan.

Semalam Devan pulang pukul sepuluh malam dan masih lanjut begadang bermain play station sampai jam tiga pagi, yang artinya Devan baru tidur selama dua jam.

"Siapa?" tanya Devan khas suara orang yang habis bangun tidur.

"Cewek yang kemaren peluk-peluk bubu," ucap Kiara sambil memutar bola matanya malas.

"Elisa?" tanya Devan yang merasa heran, pasalnya ini baru jam setengah enam untuk apa Elisa datang sepagi ini?

"Mana Kia tau," jawab Kiara kemudian melangkah keluar kamar.

Setelah Kiara menutup pintu kamar, akhirnya Devan bangun dan turun ke bawah untuk menemui Elisa.

"Kenapa Lis?" tanya Devan yang kini berada di hadapan Elisa.

"Berangkat bareng ya!" ucap Elisa dengan antusias.

"Yaudah gue siap-siap dulu,"  ucap Devan yang langsung diangguki oleh Elisa.

Setelah selesai mandi, Devan turun dengan pakaian yang sangat rapih dan hal itu tidak terlepas dari pandangan mata milik Kiara.

"Mau makan disini atau di luar?" tanya Devan yang kini sudah siap dengan pakaian serba hitamnya.

"Diluar aja, gue lagi mau makan bubur ayam," jawab Elisa yang langsung diangguki oleh Devan, bagaimana pun Elisa merupakan teman baiknya saat masih bersekolah dulu.

"Kia, saya berangkat ya!" ucap Devan yang mengacak lembut rambut panjang milik Kiara.

"Kia nanti sama siapa?" tanya Kiara sambil menghampiri Devan.

"Naik gojekkan bisa," ucap Devan yang kemudian melangkah pergi.

Dengan raut wajah emosi, Kiara menatap ke arah Elisa lekat-lekat, hanya karna berstatus teman lama Devan lebih memilih Elisa dibanding dirinya.

Memang pada dasarnya Devan tidak pernah ada perasaan apa pun terhadap Kiara.

A/N

Menarik untuk dibaca? Vote
Terlalu alay? Stop, ini cuma imajinasi anak amatiran yang masih labil untuk bicarain tentang cinta, Ok?

PRESMAWhere stories live. Discover now