PRESMA || CHAPTER 17

88.3K 7.5K 283
                                    

❗DILARANG SILENT READERS❗

Cara menghargai sebuah karya adalah dengan memberi bintang, komentar dan memfollow author 🧊🐬.

‼️ HAPPY READING ‼️



Sekarang ruang keluarga yang seharusnya diisi oleh canda tawa kini berubah menjadi tempat adu argumen, hingga membuat Arjuna dan Renata gemas melihat tingkah anak-anaknya.

"Duduk yang rapih!" sentah Arjuna.

Kini posisinya Kevin duduk di sofa bulatnya sendiri, Mario dan Devan duduk di sofa yang satu tempat dengan Kiara. Sedangkan, Kiara yang menjadi penengah diantara kedua kakak beradik itu.

"Jadi dulu sebenernya Kiara mau mama jodohin sama Mario tapi malah Mario tolak," ucap Renata yang berdiri didepan televisi.

"Pakek acara kabur ke luar negeri pula, dasar king drama!" ucap Arjuna yang langsung dibalas dengan putaran bola mata malas milik Mario.

"Mama sama papa gak bilang kalo bilang kalo ceweknya segemes ini, kalo bilang Rio juga gak bakal nolak," ucap Mario yang membuat Devan bangga pada dirinya sendiri, karna ini kali pertama dihidupnya seorang Mario iri dengan adiknya.

"Kok enggak sama Kevin aja sih ma," ucap Kevin yang sengaja memanas-manasi hubungan kakak dan adiknya.

"Kamu sih dulu anak nakal!" ucap Arjuna sambil menoyor kepala Kevin.

"Lah Kia juga dulu nakalnya sama Kevin Pa, di SMA, " ucap Kevin yang langsung mendapatkan tatapan tajam Kiara.

***

Sekarang waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, dan saat ini semuanya berkumpul dipinggir kolam renang untuk membuat barbeque bersama, terkecuali Devan dan Kiara.

"Bubu Kia mau ikutan bakar bakar juga," ucap Kiara yang kini ditahan oleh Devan di ayunan rotan gantung berbentuk bulat yang sengaja ditaruh di pinggir kolam berenang untuk bersantai.

"Gak usah!" ucap Devan yang masih fokus mengetik tugas kuliahnya.

"Bubu kenapa sih? Gak usah akting gak apa apa kok lagian mama sama papa lagi asik bakar bakar juga disana," ucap Kiara yang masih dibuat bingung akan sikap Devan.

"Saya gak akting," ucap Devan yang kemudian mengecup pucuk kepala milik Kiara dengan wajah polos tanpa dosanya.

"Bubu kenapa sih, Kiara capek tau sama sikap bubu kadang Kia dicuekin, dimarahin, dibentak depan banyak orang, bubu yang belain Ayna, makan bareng Ayna, belajar bareng Ayna, berangkat ke kampus bareng Ayna, pulang juga bareng Ayna, kemana mana sama Ayna, setiap hari Kia ngerasa jadi beban untuk bubu, makanya bubu gak mau akuin Kia, itu alasannya iyakan?"

"Kiara dibilang cewek gak bener juga bubu diem aja, setiap masuk kampus Kia denger orang-orang bilang Kia cewek sok polos, cewek gak bener, gak pantes jadi keturunan putri konglomerat, malu-maluin kampus, jalang berkelas, Kiara belum pernah di buli,"

"Kia malu setiap dateng ke kampus tapi kalo gak dateng ke kampus Kia gak bisa liat bubu senyum, bubu ketawa, biar pun sama orang lain bukan Kia. Bubu, Kia capek tau, dirumah bubu cuekin Kia, dikampus Kia di kata katain-" ucap Kiara yang terpotong karna suara Devan.

Kiara berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan Devan, Kiara terus menundukkan kepalanya karna ia pikir pasti Devan akan mengeluarkan kata kata pedasnya.

"Sshhttt...maafin saya," ucap Devan sambil mengelus rambut milik Kiara.

"Kiara mau bilang kalo Kia benci sama bubu tapi bubu gak bolehin Kia ngomong gitu, jadi Kia gak ngomong," ucap Kiara yang mulai meneteskan air matanya, dadanya sudah sangat sesak karna menahan air matanya agar tidak keluar.

Kiara benci situasi ini dimana ia seperti manusia paling tersakiti, padahal belum tentu. Bisa jadi Devan juga merasakan hal yang sama karna kesalahpahaman kemarin.

"Saya sejahat itu ya?" ucap Devan yang mendapatkan gelengan kepala dari Kiara, Devan menaikan wajah Kiara agar menatapnya sedangkan Kiara yang malu akan wajah jeleknya karna menangis beralih memeluk Devan.

Devan yang merasa dipeluk akhirnya membalas pelukan Kiara, tangan kanannya melingkari pinggang milik Kiara sedangkan tangan kirinya mengelus pucuk rambut milik Kiara sambil sesekali mengecupnya karna Kiara yang masih menangis.

Selama bersama Kiara ini kali kedua Devan menyesal karna sikapnya sendiri.

***

"Kayanya kita gak salah jodohin anak deh," ucap Renata kepada Arjuna sambil menatap Devan dan Kiara dari ujung kolam renang.

"Jelasnya Kiara lagi nangis," ucap Mario yang sedang bermain game online sambil memeluk Arsen yang berada di pangkuannya.

"Ya, mungkin terharu sama kekompakan keluarga kita," ucap Arjuna yang membuat Mario memutar bola matanya malas.

"Iya, kamu itu iri aja sama adek kamu, makanya punya pacar," ucap Renata menimpali.

"Iya, bener itu. Mana, katanya mau bawa pacar?" tanya Arjuna yang membuat Mario terdiam seribu bahasa.

"HAHAHA, mampus gak lo bang! Makanya, cari aman aja kaya gue," celetuk Kevin.

***

Kiara membuka kedua matanya perlahan, ia menoleh ke arah nakas, waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi.

Kiara berjalan ke luar kamarnya, rumah ini tampak sepi, Kiara berpikir kemana perginya kedua orang tua Devan. Biasanya, Renata sudah sibuk didapur tapi kenapa sekarang rumah seperti tidak berpenghuni?

"Buna," ucap Arsen yang tiba tiba menghampiri Kiara memasang wajah sedihnya, sudah dapat dipastikan Arsen sedang lapar.

Arsen memang jarang mengeluarkan kata kata selain buna pada Kiara karna Arsen yang belum bisa berbahasa Indonesia dengan lancar. Bahkan, yang seharusnya bunda pun menjadi buna.

"Dimana nenek?" ucap Kiara yang berjongkok untuk menyetarakan tinggi badannya dengan Arsen, sayangnya Arsen hanya menjawabnya dengan gelengan kepala.

Arsen merupakan anak yang mengerti akan bahasa Indonesia tapi tidak bisa melafalkannya karna belum terbiasa. Melihat Arsen, Kiara seperti melihat dirinya sendiri saat kecil dulu.

Kiara turun ke lantai satu untuk membuatkan makanan Arsen tidak disangka ada Mario dan juga Kevin diruang keluarga.

"PAK MARIO!!" ucap Kiara yang melihat Mario sudah siap untuk lari pagi.

"Jangan teriak-teriak Kiara, ini masih pagi," ucap Mario yang gemas akan tingkah Kiara, andai saja bukan milik Devan pasti Kiara sudah menjadi miliknya.

"Mama sama papa kemana?" tanya Kiara yang dibalas dengan helaan nafas kasar dari laki-laki itu.

A/N

Menarik untuk dibaca? Vote
Terlalu alay? Stop, ini cuma imajinasi anak amatiran yang masih labil untuk bicarain tentang cinta, Ok?

PRESMAWhere stories live. Discover now