PRESMA || CHAPTER 33

71.8K 6.5K 644
                                    

❗DILARANG SILENT READERS❗

Cara menghargai sebuah karya adalah dengan memberi bintang, komentar dan memfollow author 🧊🐬.

‼️ HAPPY READING ‼️




"Lo suka sama Kiara?" tanya Elisa pada Devan.

Saat ini mereka berdua tengah berada di rumah Elisa, karna Elisa yang akhir akhir ini sering membantu Devan mengerjakan tugas organisasinya.

Ya bisa dibilang saat ini Devan tengah mengerjakan tugasnya dengan bantuan Elisa.

"Gak," ucap Devan yang masih fokus terhadap layar laptopnya tanpa sadar sambungan teleponnya dengan Kiara belum Kiara patikan karna suara Elisa yang tiba-tiba terdengar di sebrang sana.

"Terus?" tanya Elisa sambil duduk di hadapan samping Devan, sambil memilah file-file yang penting dan yang tidak penting.

"Gue cuma nyoba baik aja," ucap Devan yang membuat Kiara merasakan sesak didadanya.

"Bersikap seolah-olah jadi apa yang dia mau?" tanya Elisa yang menatap Devan.

"Hm," ucap Devan yang masih fokus terhadap tugasnya tanpa mengecek panggilan telepon yang masih tersambung dengan Kiara.

"Capek" tanya Elisa sekali lagi.

"Lumayan," jawab Devan dengan tenangnya.

Ternyata perlakuan manis yang selama ini Devan tunjukan adalah karna Devan ingin menunjukkan sikap perhatian yang Kiara ingin lihat, sikap yang hanya Kiara ingin lihat saja.

Tidak tau ada banyak kebohongan di perilakunya, Devan hanya ingin melihat Kiara baik-baik saja. Kiara semakin merasa selama ini ia adalah beban untuk Devan. Seharusnya ia paham dengan situasi yang tengah terjadi, perjodohan paksa tentunya pasti tidak ada perasaan, terlebih Devan yang disebut memiliki alergi terhadap wanita, bodohnya Kiara jatuh hati padanya. Dan percaya bahwa Devan sebenarnya memiliki perasaan terhadap dirinya.

Ya, Kiara paham mereka dijodohkan bukan karna rasa suka. Tapi, karna terpaksa. Dan dirinya bukanlah tipe ideal Devan.

Awalnya juga Kiara hanya menyukai wajah tampan Devan serta jabatan yang dimilikinya, Kiara tidak akan menjadi naif untuk itu.

Sedangkan Devan, ia hanya memenuhi syarat menjadi laki laki normal karna perintah kedua orang tuanya.

Tidak ada yang salah disini, hanya saja Kiara yang terlalu bodoh menyikapinya.

"Kalo gue bilang suka sama lo?" ucap Elisa yang membuat Devan berhenti mengetik.

"Lo mau saingan sama Kiara?" tanya Devan yang terdengar jelas di telinga Kiara.

"Gak masalah," ucap Elisa yang kemudian dijawab dengan kalimat yang Kiara sendiri tidak mau dengar.

"Oke—" ucap Devan yang belum selesai menyelesaikan kalimatnya tapi sambungan telepon telah Kiara matikan karna tidak ingin dengar kalimat yang lebih menyakitkan.

Setelah mendengar percakapan antara Elisa dan Devan, Kiara benar benar ingin menangis tapi ia tahan karna ini kesalahannya, akar masalahnya ada pada Kiara, ia tidak boleh terlihat seolah-olah dirinyalah yang paling tersakiti.

PRESMAWhere stories live. Discover now