PRESMA || CHAPTER 21

88.7K 7.3K 128
                                    

❗DILARANG SILENT READERS❗

Cara menghargai sebuah karya adalah dengan memberi bintang, komentar dan memfollow author 🧊🐬.

‼️ HAPPY READING ‼️



Hari ini setelah sarapan pagi bersama tibalah saatnya untuk mengucapkan salam perpisahan, untuk para anggota rumah.

Mario yang akan mengurus penurunan sahamnya di Singapura selama kurang lebih dua minggu, Kevin yang akan menjalankan tugas negara sampai waktu yang tidak ditentukan dan Devan serta Kiara yang akan staditur selama satu minggu di Bali.

Tidak terasa mereka sudah hampir satu bulan bersama dan kini ketiganya harus berpisah sementara.

"Semangat!" ucap Devan, Kevin, Mario serta Kiara yang memberikan ucapan semangat untuk diri mereka masing-masing.

"Jagain Arsen yang bener ya bapak!" ucap Kiara sambil menyeret koper berwarna peach ke bagasi mobil Devan.

***

Sekarang masing-masing mahasiswa/i sudah menaiki busnya, saat ini tujuan mereka adalah kota Yogyakarta sebelum ke Bali.

Devan duduk bersama Kiara, Gilang duduk bersama Nara, sedangkan Ocha duduk bersama boneka kelinci yang diberikan oleh Kevin satu minggu yang lalu.

"Bubuu, bubuu, nanti potoin Kia di jalanan Malioboro ya!" ucap Kiara sangat antusias.

"Hm," ucap Devan yang memejamkan matanya karna sinar matahari yang masuk melalui celah kaca jendela.

"Bubu, bubu, kan sekarang kita duduk boleh berdua terus nanti kita satu kamar hotel juga?" tanya Kiara yang tiba-tiba memikirkan dimana ia akan tidur.

"Staditur sendiri," ucap Devan yang membuat Kiara mengerucutkan bibirnya kesal.

Sepanjang perjalanan Kiara selalu menatap jalanan dari balik kaca jendela, sedangkan Devan sudah hanyut ke dalam mimpi indahnya.

***

Saat ini mereka semua sudah sampai di Yogyakarta atau yang lebih sering disebut dengan Jogja.

Sebuah kota yang mendapat berbagai macam julukan seperti kota pelajar, kota gudeg, kota perjuangan, kota pariwisata, maupun kota budaya. Dan, kota ini juga yang termasuk dalam daftar kota favorit Kiara.

Matahari mulai terbenam dan Kiara masih setia menatap hilangnya matahari lewat balik kaca jendela hotel yang ia akan tiduri selama semalam.

Hari mulai menjelang malam dan Kiara mulai merasa bosan dengan situasi ini, biasanya jika dirumah ia akan duduk di ruang keluarga dengan laptopnya sambil sesekali mengawasi Arsen. Sedangkan Devan, Kevin dan Mario akan heboh sendiri dengan game online atau pkay station yang mereka mainkan.

Bubuuu

Bubu gak ada niatan apa gitu?!

Mau kemana?

Memang boleh?

Sy tggu d lobby.

Sebenarnya niat awal Kiara adalah mengajak Devan untuk melakukan video call tapi Devan malah mengajak Kiara untuk jalan-jalan keluar, jelas hal langka seperti ini tidak akan Kiara sia-siakan.

"Kenapa lari-lari?" tanya Devan yang melihat Kiara berlari dari pintu lift sampai berada tepat di hadapannya.

"Takut bubu nungguin Kia," jawab Kiara sambil menunjukkan senyum manisnya.

Mereka berjalan menelusuri jalanan kota Jogja, tak jarang Kiara ingin Devan mendokumentasikan dirinya, sedangkan Devan ia juga terkadang memfoto Kiara secara diam-diam.

Lain halnya dengan Kiara yang mengambil foto wajah Devan secara terang-terangan.

"Kiara," ucap Devan sambil menggenggam erat tangan Kiara, karna takut gadis kecil itu hilang.

"Iyaa bubuu?!" ucap Kiara yang kini menatap kearah Devan dengan wajah sumringah.

"Jangan tinggalin saya," ucap Devan yang dengan tiba-tiba mengatakan hal yang ia sendiri juga tidak paham mengapa bisa berkata seperti itu.

"Enggak, Kia suka bubuu," ucap Kiara dengan polosnya.

***

Hari ini setelah melakukan sarapan pagi di hotel, saatnya mereka melanjutkan perjalanan menuju kota Bali.

Setelah melakukan perjalanan panjang, akhirnya mereka tiba di Bali atau yang sering dikenal dengan julukan Pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura.

Pulau Dewata berhasil membuat Kiara melupakan segala hal termasuk keberadaan Devan.

Kini Kiara sedang asik berbincang-bincang dengan salah satu turis yang kebetulan pernah tinggal di Amerika sama seperti dirinya.

Sedangkan, disisi lain ada Devan yang sempat mengkhawatirkan Kiara karna pasalnya ia tidak melihat Kiara sendari turun dari bus. Devan masih mengingat bahwa Kiara memiliki phobia terhadap ombak pantai, tentu saja Devan tidak ingin hal yang tidak mengenakan terjadi lagi.

Devan berjalan mencari Kiara dengan menggunakan celana pendek, kaos putih lengkap dengan kaca mata hitam.

Jika seperti tentu saja penampilan Devan banyak mengundang perhatian kaum hawa, terutama anak kampusnya sendiri.

Kiara yang mulai menyadari keanehan disekitarnya, langsung mengikuti arah pandang mereka semua, dan benar saja itu adalah ulah suaminya sendiri, Devan.

"BUBUU!!" pekik Kiara yang menghampiri Devan sambil menghentakkan kakinya.

Sebenarnya Kiara berada dibawah pohon karna takut dengan ombak pantai, ia tidak mau mengganggu kesenangan Devan yang sangat menyukai pantai.

Jika Kiara bertemu Devan pasti Devan akan menemani Kiara duduk di bawah pohon yang jaraknya lumayan jauh dari pantai, hal itu tentu membuat Kiara merasa mengganggu kesenangan Devan.

"Kamu darimana ajasih, saya cariin juga?!" ucap Devan yang kesal dengan Kiara.

"SIAPA YANG NYURUH BUBU PAKEK PAKAIAN KAYA GINI?!" ucap Kiara yang menghiraukan ucapan Devan.

"Aneh?" tanya Devan sambil melihat gaya berpakaiannya, sepertinya ini pakaian santai. Apa yang salah?

"IH TAU AH POKOKNYA KIA GAK SUKA!!" ucap Kiara dengan wajah kesal.

"Tapi yang lain suka?" ucap Devan sambil melihat sekitarnya.

"SIAPA?!" ucap Kiara sambil melipat kedua tangannya di dadanya.

"Cewek-cewek itu," ucap Devan mentap para gadis yang sedang melihat ke arah dirinya sambil tersenyum menggoda.

"ISH YA MAKANYA KIA GAK SUKA!!" ucap Kiara yang langsung meninggalkan Devan, sedangkan Devan dibuat melongo atas tingkah Kiara.

Kiara benar benar tidak habis pikir pada Devan, apa Devan memang sebodoh itu dalam hal seperti ini?

Sudah tau Kiara cemburu mengapa tidak dikejar, Devan justru asik menatap ombak pantai setelah memastikan Kiara baik-baik saja.

A/N

Menarik untuk dibaca? Vote
Terlalu alay? Stop, ini cuma imajinasi anak amatiran yang masih labil untuk bicarain tentang cinta, Ok?

PRESMAWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu