5

25.6K 2.3K 21
                                    


Selamat membaca!!!

“Nona biar saya saja,” Rara meringis ngeri melihat bagaimana nonanya membelit tubuh tuan mudanya seperti mumi.

Rayta menghentikan kegiatan melilit perban pada tubuh Reymond yang terluka dan menoleh, “Kenapa?”

“Karena anda membuat tubuh tuan muda seperti mumi, seharusnya anda tidak melilit perban pada tubuh tuan muda seperti itu.” jawab Rara yang membuat Rayta menatap hasil karyanya.

Suara ringisan  Rayta kini terdengar, gadis itu tertawa canggung menatap Reymond yang hanya menatap dirinya dengan ekspresi polos . Rayta lalu mulai beranjak berdiri dari kursi sofa.

“Baiklah Rara kau saja yang membantu Kakak sepertinya aku tidak berbakat dalam bidang ini.” ucapannya sambil memberikan perban di tangannya pada Rara.

“Baik.”

Setelahnya Rayta duduk bersandar pada sofa di ujung ruangan, sambil menatap ruangan besar yang ia tempati. Rara bilang ini adalah ruangan baca yang jarang di gunakan setelah orang yang mempunyai ruangan ini meninggal. tidak Rayta sangka di mansion tua ini ada tempat sebagus ini. Rayta juga belum sempat menanyakan siapa pemilik ruangan ini karena Reymond lebih membutuhkan pertolongan pertama untuk luka-luka di tubuhnya.

“Sudah, tuan muda hanya perlu beristirahat selama satu minggu untuk pemulihan.” ucap Rara pada Reymond.

Reymond tersenyum manis sambil mengangguk pelan. “Terimakasih.”

Rara menggeleng cepat, “Tidak usah sungkan membantu anda dan nona muda sudah menjadi tugas saya.” ucapannya.“Tapi, tuan muda mengapa sikap nona bisa menjadi lembut seperti ini? Apa nona benar-benar sudah gila.”

“Siapa yang kau sebut gila.” ucap Rayta yang kini sudah berdiri di samping Rara.

“Anda nona.”

Rayta mendegkus. “Kau jujur sekali, ya.”

“Tentu saja anda mengajari saya untuk tidak pernah berbohong pada anda jika tidak ingin lidah saya di potong.”

Suara yang terdengar polos itu membuat Rayta tercengang. Gila saja kenapa Rayta asli memiliki sifat yang begitu mengerikan.

“Baiklah, baiklah. ” Rayta mengibaskan tangannya mencoba untuk tidak peduli.“Aku ingin tahu ruangan siapa ini? Apa perkataan mu bisa di percaya bahwa ayahku dan Edwin untuk sementara waktu tidak akan bisa menemukan kita?”

“Saya yakin. Ruangan baca ini milik nyonya kedua, setelah nyonya meninggal tuan besar melarang orang-orang untuk datang ketempat ini. Jadi saya pikir tuan tidak akan pernah datang ketempat ini lagi.”

Tunggu nyonya kedua, jika nyonya kedua bukankah kepala keluarga Kinsey memiliki dua isteri sebelumnya. Tapi, di dalam novel tidak disebutkan seperti itu lalu tatapan mata Rayta beralih pada Reymond yang berubah murung.

Ada apa dengan kak Reymond?  Sepertinya dia terlihat tertekan?! ”batin Rayta.

“Siapa nyonya kedua? ” tanya Rayta yang membuat Rara dan Reymond seketika menatap Rayta dengan ekspresi berbeda.

“Rayta apa ingatan kamu benar-benar terganggu?” tanya Reymond  terdengar khawatir.

“Ah, benar ingatan ku sebelumnya sedikit terganggu.” Jawab Rayta setelah diam beberapa saat.

“Astaga nona, anda bahkan melupakan ibu kandung anda bagaimana caranya saya menghadap tuan besar jika tuan tahu keadaan anda sekarang.” ucap Rara sambil menarik rambutnya sendiri terlihat jelas sekali saat ini Rara sedang frustasi.

“Ibu kandungku?” gumam Rayta lirih, jika nyonya kedua ibu kandungnya berarti, Rayta melirik Reymond. “Apa Kak Reymond anak dari nyonya pertama keluarga ini?” batin Rayta melanjutkan.

Sedangkan Reymond lelaki itu berjalan mendekati Rayta dan menggenggam tangannya.

“Ayo temui  dokter Saka, kamu harus segera di periksa Rayta.” Rayta menghela napas jengah seraya melepaskan tangan Reymond, “Aku baik-baik saja Kakak, sebaliknya kakak yang butuh seorang dokter sekarang.” Ucap Rayta menolak.

Reymond menghela napas mendengar penolakan Rayta,“Kenapa selama ini kamu menyembunyikan bahwa ingatan kamu sedikit terganggu?”

Karen aku tidak tahu akan ada Plot twist seperti ini di dalam novel ini Kakak. Rayta ingin sekali berkata demikian jika saja ia bisa.

Akhirnya Rayta hanya berkata. “Aku tidak ingin membuat kakak khawatir.” alasan klise, namun Rayta harap Reymond tidak mencurigainya.

Tidak ada jawaban apapun. Rayta melirik Rara yang masih saja terlihat frustasi di ujung sofa.  Dasar, pelayan pribadi apanya! Ia dalam kesulitan menghadapi Reymond gadis itu malah sibuk sendiri.

“Sebaiknya kakak beristirahat, kebetulan di tempat ini ada kamar tidur.” ucap Rayta sambil menggenggam tangan Reymond dan membawanya ke sebuah ruangan yang terpisah.

Sampai di ruang itu Rayta mendorong tubuh Reymond untuk memasuki kamar.

“Beristirahatlah dan jangan pikirkan kesehatan aku. Sekarang pikirkanlah keadaan Kakak sendiri,”ucap Rayta tegas,“Kakak boleh bersikap egois jangan terlalu memikirkan orang lain yang bahkan belum tentu memikirkan keadaan Kakak, itu juga termasuk diriku.” lanjutnya sambil mengusap lembut puncak kepala  Reymond.

Rayta tersenyum manis, sebelum Reymond sempat berbicara kembali Rayta menyela dengan cepat. “Selamat beristirahat kakak.”

Tuk

Selepas menutup pintu dengan cepat Rayta bergegas ke tempat ruangan baca menemui Rara. Ada hal yang perlu ia tahu mengenai apa saja yang selalu Rayta lakukan dan apa saja yang belum ia tahu mengenai sang pemilik tubuh.

Di dalam kamar luas itu Reymond menatap lama pada lukisan seorang wanita cantik bersurai violet dengan senyuman manis yang menghiasi wajah cantiknya. Wanita itu adalah penyesalan terbesarnya pada Rayta.

“Seandainya hari itu aku tidak bertindak egois mungkin Rayta masih memiliki seorang ibu sekarang.” gumamnya lirih. Ia tersenyum miris, “Tapi, aku malah membuat Rayta tidak memiliki seorang ibu sama sepertiku yang membunuh ibuku sendiri setelah aku lahir ke dunia ini, ayah benar aku hanya anak pembawa sial.”

Reymond lalu berjalan dan duduk di pinggiran ranjang. Sekarang Reymond tahu mengapa sikap Rayta berubah padanya. Itu karena Rayta tidak mengingat masa lalunya. Dalam ingatan Rayta sekarang dia  hanya menganggap dirinya seorang kakak yang baik yang selalu menemani dan  menjaganya bukan sosok yang menjadi penyebab ibunya mati. Jika ingatan Rayta kembali mungkin sikapnya akan berubah lagi padanya.

“Jika begitu buat dia tidak bisa mengigat masa lalunya, dengan begitu dia akan tetap berada di samping mu.”

Suara itu lagi, Reymond menepuk - nepuk kepalanya dengan keras berharap suara yang selalu mengganggunya itu menghilang.

“Berhenti bicara padaku!!!” Teriak Reymond tertahan.

“Reymond itu tubuhku sampai kapan kau mau memakainya.”

“Aku bilang berhenti!!!” teriaknya sambil membanting lampu tidur di sampingnya.

PRANG

Bersambung....





Nyasar Di Novel BL ✓Where stories live. Discover now