35

7.5K 722 6
                                    

Selamat membaca!!!

Sepanjang menit Rayta terus mengulur waktu. Apapun yang terjadi dia tidak boleh membiarkan Kakek tua ini maupun Narka mendapatkan Dokumen hitam itu.

“Ah, sepertinya aku salah memasukkan kodenya lagi.” Rayta tersenyum lebar seraya menatap kedua orang tua yang menatapnya tajam.

“Jangan mencoba untuk mempermainkan kami, nyawa pelayan mu masih ada di tanganku, gadis kecil.” kata Kenzo mengancam dan hal itu membuat Rayta mendegkus.

Tangan Kenzo terulur memegang pergelangan tangan Rayta dengan erat. Lalu menariknya untuk berdiri tegak.

“Berikan kalung itu padaku sekarang.”tekan Kenzo.

Rayta menggeleng keras, “Kalungnya sudah hilang... ahkkk.”

Rayta memekik keras tatkala Kenzo menarik rambutnya kebelakang. Dasar kakek tua menyebalkan.

“Jangan coba untuk berbohong padaku, kesabaranku sudah mulai habis.”

Rayta menatap Kenzo lurus dan berkata,“Aku tidak berbohong, Kalungnya sudah hilang.”

Kenzo tak percaya, dia lalu melepaskan tangannya dari rambut Rayta,“Narka, apa kau pernah melihat Rayta menggunakan kalung itu di rumah mu?”

Narka yang sejak tadi diam berkata singkat,“Tidak.”

Plak!

Wajah Rayta menoleh ke arah samping saat mendapatkan tampar dari Kenzo. Hah, orang tua ini.

“Lakukan sesuatu agar anakmu ini mau bicara, Narka.” ucap Kenzo dengan nada marah.

Narka tersenyum kecil sambil mengusap dagunya, memikirkan sesuatu. Dia lalu beranjak mendekati Rayta dan mengulurkan ponselnya ke depan.

“Rayta, kau ingat foto ini bukan?”

Foto? Foto apa?! Rayta menoleh, tubuhnya tiba-tiba terasa kaku dia meremas erat kedua tangannya. Itu adalah foto seekor gagak mati dengan bercak darah.

Rayta berniat memalingkan wajahnya namun Narka lebih dulu mencengkram kuat pipi Rayta,“Lihat baik-baik foto ini, bukankah ini sangat indah, ini adalah mahakarya yang kau buat saat usiamu 7 tahun.”

Mengapa dia begitu takut saat ini, Apa ini rasa takut Rayta asli. Rayta memejamkan matanya dengan erat, Narka yang melihat hal itu tersenyum miring dan menarik rambut gadis itu.

“Aku bilangan lihat baik-baik, jangan menutup matamu.”

Rasa perih pada kulit kepalanya membuat Rayta mau tidak mau membuka kelopak matanya. Sial, tubuhnya benar-benar tidak bisa di ajak berkompromi.

Narka tersenyum,“Anak baik, sekarang katakan pada Ayah apa kode pintunya?”

Entah, sihir apa yang di berikan oleh Narka karena tanpa sadar Rayta berkata,“908...”

Bugh!!!

“Maaf, aku tidak semudah itu untuk di taklukan oleh orang seperti mu.”  Rayta berucap keras setelah menendang aset berharga Narka.

Rayta lalu berlari keluar dari pintu ruangan rahasia mengabaikan suara umpatan marah kedua pria tua di dalam sana.

“Rayta!!!” Suara Kenzo dan Narka terdengar amat marah.

Dor!

Peluru itu hampir mengenai pelipis kepala Rayta. Jika saja Rayta tidak buru-buru menghindar. Aku hampir mati lagi.

“Diam di sanah!” kata Kenzo sambil menodongkan pistolnya.“ Datang ke sini atau aku akan menembak mu.”

Rayta tak bergeming. Dia sibuk mencari celah untuk melarikan diri. Jika aku melompat ke bawah balkon sekarang, kemungkinan aku untuk hidup lebih besar karena di bawah sana ada kolam renang. 

Nyasar Di Novel BL ✓Where stories live. Discover now