26

10.1K 1.1K 46
                                    

Selamat membaca!!!!

Tandai typo?

Part 26 ; One step faster than me

“Rayta!”

Dari balik daun pintu kamarnya Rayta bersandar sambil memejamkan kedua kelopak matanya mendengar panggilan Reymond untuk kesekian kalinya selama 10 menit itu.

“Apa yang harus aku katakan pada Kakak,”Rayta mengigit bibir bawahnya, seraya mengusap air matanya.“Kenapa pemilik tubuh ini begitu kejam?”

“Rayta buka pintunya jangan membuat kakak khawatir.” Reymond kembali berteriak sambil mengetuk pintu.

“Tidak, menghindar bukanlah sikap yang baik Rayta, hadapi dan meminta maaf secara langsung.”gumamnya lirih.

Sebelum membuka pintu Rayta menarik napas panjang dan menepuk-nepuk kedua pipinya.

Cklek

Perlahan Rayta membuka daun pintu kamarnya, ia melihat di hadapannya Reymond berdiri dengan senyuman lega, Belum sempat Rayta bicara, Reymond  malah memeluk tubuhnya secara tiba-tiba.

“Rayta... maaf tolong jangan membenci kakak lagi.” Rayta menepuk pundak Reymond sebanyak tiga kali,“Aku tidak membenci kakak....” jawab Rayta lirih.“Maaf untuk semuanya, kak Reymond.”lanjutnya.

Maaf! Reymond rasa tidak di benci oleh Rayta saja itu sudah cukup, namun kata “maaf” Reymond tidak memperkirakan bahwa Rayta akan berkata demikian, Reymond kemudian mengurai pelukannya. ia menatap lekat wajah Rayta sambil mengusap sudut mata adiknya. “Jangan menangis lagi.”

Rayta menggeleng keras, ia memang bukanlah orang yang gampang menangis. Namun ketika ia kembali mengigat semua ingatan milik Rayta asli, saat ini rasanya ia sangat ingin menangis kencang.

“Aku juga ingin berhenti menangis, tapi air mataku terus menerus muncul.”kata Rayta seraya kembali terisak lebih keras dari sebelumnya,ini benar-benar memalukan, selama aku hidup sebagai Sigrid baru kali ini aku menangis begitu lama dan sekencang ini.

“Kalau begitu menangislah kalau hal itu bisa membuat hati kamu tenang Rayta.”kemudian Reymond kembali memeluk Rayta seraya mengusap punggung gadis itu.

Detik, menit, berlalu sampai tidak terdengar lagi suara tangis dari Rayta.

Lelaki bersurai pirang yang sebelumnya mengusap punggung Rayta mengurai pelukannya, ia menunduk seraya tersenyum tipis menatap wajah Rayta sebelum kemudian mengusap pipi gadis itu yang terlihat memerah.

“Rayta, jika ada hal lain yang membuat hati kamu tidak tenang kamu bisa berbagi cerita dengan kakak dan  kamu jangan pernah menyalahkan diri kamu sendiri.” karena sampai saat ini kakak belum bisa jujur tentang alasan kenapa kakak tidak bisa berterus terang padamu soal kejadian waktu itu.

Rayta tak membalas. Gadis itu hanya diam memikirkan beberapa hal mengenai informasi  baru di dalam ingatan Rayta asli yang tidak dituliskan di dalam isi novel. Namun terasa janggal dan tidak mungkin benar adanya.

Beberapa menit berlalu setelah kepergian Reymond. Rayta kini berdiri dihadapan Rara yang duduk di atas sofa kamarnya.

“Jadi, apa itu benar Rara?”

“Saya hanya tahu akhir-akhir ini dari buku catatan anda nona.” jawab Rara sambil mengeluarkan buku catatan harian milik majikannya yang dia temukan di tas ranselnya.

“Saya menemukan ini saat ingin mencuci tas ransel anda yang anda bawa saat anda mendaki bukit dibelakang mansion, kebetulan tas itu baru ditemukan  kemarin oleh beberapa penjaga di mansion ini.”kemudian Rara bersujud di bawah lantai, membuat Rayta gelagapan menghadapi tingkah gadis itu.

Nyasar Di Novel BL ✓Where stories live. Discover now