16

16.9K 1.7K 143
                                    


Selamat membaca!!!

Jangan lupa kasih dukungan kalian 🔥

Tandai typo?

Part 16; A belated apology and shameless woman.

“Aku seolah  melihat orang yang bertempur di medan perang sekarang.”  Rayta menyanggah sebelah pipinya dengan tangan bertumpu pada meja yang tersedia di dapur  seraya melihat Callix memotong ayam dengan beringas  tak jarang lelaki itu menjatuhkan peralatan masak yang dia gunakan.

Callix sebisa mungkin mengabaikan ucapan Rayta kemudian Callix menatap panci berisi air mendidih dihadapannya dengan ekspresi bingung.  Bagaimana ini setelah memotong-motong ayam apa yang harus ia lakukan?

“Kakak apa kau lupa caranya memasak?”

Callix menoleh, “Tidak, bukankah memasak memang seperti ini. Menyalakan kompor lalu memasukkan ay–– hei kenapa air di dalam panci ini menghilang?”

“Kakak matikan kompornya,” teriak Rayta kelabakan tatkala melihat dari dalam panci kini mengeluarkan asap disertai bau gosong yang menyengat mulai memasuki penciuman hidungnya.

Callix dengan terburu-buru mematikan kompor di hadapannya. Callix berdehem pelan seraya tertawa kecil. “Ini, benar-benar tak terduga.”

“Apanya yang tak terduga?”

Rayta berkacak pinggang seraya menghela napas panjang. Rayta kemudian berjalan menuju tempat Callix.

“Duduk di sana aku yang akan memasak untuk kakak.”  ucap Rayta sambil mendorong tubuh Callix untuk duduk di kursi yang tadi ia tempati. “Kakak suka ramen, aku akan membuatkan ramen untuk kakak.”

“Baiklah.”

Pada akhirnya Callix hanya bisa berkata demikian, sejujurnya dalam hati Callix merasa takut bila Rayta mencurigai identitasnya. namun sepertinya adiknya itu tidak terlalu mempermasalahkannya.

Setelah selesai dengan kegiatan memasaknya Rayta menyajikan hidangan sederhana yang ia buat.

“Silakan di cicipi, rasanya pasti enak.” kata Rayta percaya diri karena tidak satu atau dua kali ia membuat ramen.

Callix menatap ramen yang berada di dalam  panci besar  dihadapannya. Ia lalu mulai membawa rame itu kedalam mangkuknya.

Rasanya enak seperti yang Rayta katakan. Callix tersenyum manis, ia merasa senang karena ini pertama kalinya setelah sekian lama ada anggota keluarganya yang mau membuatkan makanan untuknya.

“Enak bukan?” tanya Rayta. “Lain kali aku akan membuat makanan lain untuk kakak.”

“Terimakasih Rayta, kakak sangat menantikan–––ugh....”

Callix menyentuh bagian kepalanya yang terasa berdenyut sakit, sial, Reymond ini bahkan baru dua hari. Dalam hati Callix mengumpat kesal dengan keadaannya yang tak sepenuhnya memiliki tubuh ini.

Callix muak harus terus berbagi tubuh bersama Reymond. Orang yang bahkan tidak ingin mencari tahu sebab akibat yang terjadi di masa lalu hingga dirinya muncul. Mengapa hanya Reymond yang tidak bisa mengingat rasa sakit itu mengapa semuanya harus ia yang menanggung.

“Keparat Reymond.” Callix berdesis kesal.

Di sela-sela kesadarannya yang mulai menghilang Callix merasakan seseorang menopang kepalanya disertai suara yang terdengar khawatir.

Rayta? Callix benar-benar tidak ingin berpisah dengan adik kecilnya, Callix harus menepati janjinya untuk selalu menjaga Rayta. Callix ragu Reymond yang lemah bisa melindungi Rayta.

Nyasar Di Novel BL ✓Where stories live. Discover now