15

18.4K 1.9K 110
                                    


Selamat membaca!!!!
Tandai typo?

Jangan lupa kasih dukungan kalian 🔥


Part 15; Problems that happened in the past.


Rayta mulai kewalahan menghadapi ciuman Falcon yang tiba-tiba dan terasa menggebu-gebu, lelaki itu melahap bibirnya dengan rakus bak menemukan air di gurun pasir yang tandus. Menyesap dan sesekali menggigitnya, Rayta mencoba memberontak dengan kedua tangannya yang bebas, namun Falcon malah mengangkat tubuhnya dan memojokkannya ke arah dinding hingga sekarang tubuhnya benar-benar terhimpit oleh tubuh kekar  lelaki itu dan dinding dibelakangnya.

Tidak berhenti sampai di sana Rayta mencoba menggerakkan kepalanya menolak ciuman lelaki itu, tapi lagi-lagi Falcon menahan kepala Rayta menggunakan lengannya agar tak bergerak dan membuat ciuman itu semakin  dalam. Falcon baru melepaskan ciuman itu saat merasa gadis dalam dekapannya kehabisan napas.

“Kau breng––hmpp.”

Falcon kembali melumat bibir Rayta kali ini dengan lembut dan berhati-hati.  Sampai-sampai Rayta  terbuai karenanya merasa tidak ada lagi perlawanan dari Rayta, Falcon menyimpulkan hal itu sebagai lampu hijau. Tangan Falcon bergerak menyusuri belakang kepala Rayta dengan lembut satu tangannya yang lain bergerak turun menelusuri pinggang Rayta yang terbalut seragam sekolah. Menarik tubuh gadis itu semakin merapat padanya dan menyesap bibirnya dengan lembut dan penuh perasan.

Kesadaran Rayta mulai kembali tatkala merasakan kecupan menggoda di area lehernya.“Berhenti!”

Rayta mencoba menghentikan ciuman Falcon yang kian turun kearah telinga dan lehernya. Falcon melirik Rayta sekilas, sepasang netra emas lelaki dewasa itu tampak sayu menatap sepasang netra Ruby milik Rayta.  Rayta mulai merasakan perasaan tak enak tatkala  tangan Falcon yang kini menyusup ke dalam seragam sekolahnya mengelus lembut pinggangnya.

Jika ini terus dilanjutkan adegan berbahaya yang berada di otaknya mungkin akan terlaksana. Jiwanya yang asli sudah dewasa ia seorang wanita dewasa normal yang tidak pernah berkencan secara serius dan baru merasakan yang namanya ciuman pertama. Sungguh menyedihkan tapi itu adalah faktanya dan ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika ia benar-benar kebablasan nanti.

Seolah tuli Falcon tak memperdulikan ucapan Rayta lelaki itu kembali menunduk hendak mencium bibir Rayta. Namun Kepala Rayta menoleh tak membiarkan Falcon menciumnya lagi. tapi, Rayta tidak menduga karena penolakannya  malah membuat Falcon mencium bagian lehernya menyesapnya dengan lembut dan menggoda.

“Falcon.” Rayta berucap lirih  menahan desahannya yang akan keluar sembari berusaha melepaskan kedua tangannya yang kini sudah dicekal oleh tangan lelaki itu. tubuh Rayta bergerak- gerak tak karuan mencoba melepaskan diri. Apalagi saat ini Rayta merasakan sesuatu yang keras menyentuh pahanya dibawah sana.

Gila! Falcon benar-benar sudah tidak waras!!  Dengan usaha keras akhirnya Rayta memberanikan diri untuk menendang aset berharga milik lelaki itu.

Bugh!

  Tubuh Falcon mundur beberapa langkah kebelakang, kaki lelaki itu tampak terlipat menahan rasa sakit pada area berharganya. Di sisi lain Rayta menghembuskan napas lega tanpa memperdulikan Falcon.

“Aku masih di bawah umur dasar Pedofil gila.”  kata Rayta keras seraya berjalan melewati tubuh Falcon. Yah, Rayta akui ia harus mengacukan jari jempolnya melihat Falcon sama sekali tidak berteriak kesakitan karena tendangnya itu.

Falcon benar-benar sangat ahli menyembunyikan rasa sakit dan mempertahankan ekspresi datarnya. Sebelum benar-benar menaiki tangga menuju lantai atas Rayta sempat melirik Falcon yang sudah bersikap biasa-biasa saja di ujung ruangan sana.

Nyasar Di Novel BL ✓Where stories live. Discover now