6

23.9K 2.5K 37
                                    


Selamat membaca!!!

“Nona Rayta!!”

“Sial.” Rayta mengumpat saat berbalik kebelakang dan mendapati Edwin dengan empat pria besar tengah berlari ke arahnya.

“Rara, lari.” teriak Rayta seraya menggenggam tangan Rara dan berlari memutari taman.

“Nona, jika anda bersikeras untuk kabur tuan besar akan menambah hukuman untuk tuan muda. Apa itu yang anda inginkan?”

Suara teriakan Edwin berhasil membuat Rayta berhenti berlari. Kedua tangan gadis itu terkepal erat. Ia melirik Rara di sampingnya.

“Pergi dan obati luka kak Reymond. ” ucap Rayta sambil memberikan kotak P3k yang tadi  ia ambil dari kediaman utama.

“Tapi nona... bagaimana dengan anda tuan pasti akan menghukum anda nanti.”

Rayta menggeleng. “Ada keluarga Jorell. Dia tidak mungkin menghukum ku.” kata Rayta sebelum mendorong tubuh Rara.“Cepat pergi temui kakakku.”

“Baik.” Rara kemudian berlari pergi dari tempat itu.

“Jangan kejar dia.” kata Rayta tatkala melihat gerak-gerik Edwin yang akan memberikan perintah untuk menangkap pelayannya. “Bukankah aku yang kalian inginkan, ayo pergi.” lanjutnya sambil berjalan mendahului mereka semua.

“Tuan Edwin.” satu pria bertubuh besar berbicara.

“Tidak usaha dikejar,  kembali ke kediaman utama.”

Edwin lantas berjalan mengikuti nonanya dengan patuh diikuti oleh keempat pria besar dibelakangnya.

Sampai di kediaman utama. Rayta melihat para pelayan tampak berkeliaran membawa banyak menu makanan ke ruangan perjamuan utama. Rayta menghela napas jengah saat Edwin menariknya untuk pergi ke ruangan atas tempat kamarnya berada.

“Aku bisa berjalan sendiri.” kata Rayta ketus membuat Edwin melepaskan tangannya. Ia kemudian berjalan menaiki tangga.

“Nona peri.” kedua kelopak mata Rayta sejenak terpejam, gadis itu dengan cepat menarik pergelangan tangan Edwin agar lebih cepat lagi berjalan.

“Tunggu nona peri jangan pergi.”

Suara teriakan itu berhasil membuat para pelayan melirik lelaki bersurai hijau panjang yang kini berlari ke arah Rayta.

“Dasar orang gila.”   Rayta berucap pelan setelah berhenti berjalan ia kemudian melirik Tundra yang berlari menaiki tangga mengejarnya hingga ke lantai atas.

“Nona saya akan membereskannya.”

“Membereskannya?” Sepasang netra Ruby Rayta melotot melihat Edwin mengeluarkan pistol dari saku jasanya.“Kau ingin membunuhnya?”

“Iya, meskipun dia tuan muda dari keluarga Jorell. Jika dia menganggu anda saya akan membersihkannya tanpa pandang bulu.”

“Tidak perlu membunuhnya.” tolak Rayta,“Cegat saja dia agar tidak terus mengikuti ku.”

Edwin menyimpan kembali pistol miliknya. Lantas ia mengangguk tegas, “Seperti yang anda perintahkan.”

“Dia sangat patuh.”  Rayta menggeleng pelan. Rayta lalu mulai berlari pergi tatkala melihat Tundra hampir sampai ke tempatnya.

“Tundra orang mesum itu kenapa dia terus mengejar ku.” gerutu Rayta pelan di sela langkah kakinya yang mulai melambat.

“Rayta.”

Langka kaki Rayta terhenti tatkala seseorang menghalangi jalannya. Rayta kemudian mendogak melihat orang yang barusan memanggil namanya.

“Rambut cokelat dan sepasang mata berwarna emas?” tunggu matanya benar-benar berwarna emas?!

Nyasar Di Novel BL ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang