👹 BUHUL || Bab 03

501 75 34
                                    


Sah dan Dendam yang Muncul

👹👹👹

Selamat membaca!

***

Cericip burung prenjak membuat suasana rumah Ambar tampak lebih ramai. Beberapa warga sekitar datang untuk mempersiapkan pernikahan Rasmi dan Dani.

Pernikahan yang sederhana adalah pilihan mereka berdua terutama Rasmi. Gadis itu tidak ingin menghamburkan uang untuk sebuah pernikahan karena sunah Rasulullah bisa dilakukan secara sederhana.

Tidak menunggu lama, gema kata sah terdengar di ruang tamu. Dani dan Rasmi sudah menjadi suami istri. Mereka berdua terlihat bahagia, begitu juga dengan Ambar. Doa wanita baya itu terkabul bisa melihat anak tunggalnya menikah sebelum dirinya dipanggil yang Kuasa.

Namun, perbedaan samar terjadi pada lelaki gagah duduk di samping kedua mempelai. Lelaki yang dihormati warga dusun Lawangan, terkenal kaya, dermawan dan masih belum menikah. Siapa lagi jika bukan Panji.

Mendengar kabar Rasmi yang menikah saja, membuat lelaki itu berusaha untuk menguatkan hati serta menghalau emosi. Tampaknya takdir ingin bermain-main dengannya, ketika Ambar datang untuk meminta dirinya menjadi saksi pernikahan gadis yang disukai.

Bertahun-tahun Panji menaruh rasa suka pada Rasmi, dia memang menunggu gadis itu genap berusia 25 tahun sebelum dipersunting.

Akan tetapi, kesabarannya ternyata menjadi sebuah petaka. Genapnya umur Rasmi bukan Panji yang memiliki, tetapi lelaki yang bekerja di ladang cabai miliknya yang juga berstatus sebagai ustaz dusun.

Jadi seperti itu lelaki yang Rasmi inginkan, bukan kaya, dermawan setra memiliki kedudukan yang tinggi seperti Panji. Namun, yang terpilih hanya lelaki saleh, miskin yang belum tentu bisa memenuhi semua permintaannya.

"Alhamdulillah, Rasmi dan Mas Dani sudah sah menjadi pasangan. Sebagai kepala dusun saya turut senang, semoga hubungan kalian baik sampai maut memisahkan." Panji mengatakan hal tersebut dengan tenang.

Dani tersenyum sopan, dia menerima jabatan tangan yang diulurkan oleh Panji. Lelaki itu menghormatinya tidak hanya sebagai kepala dusun, tetapi juga orang yang mau memberinya pekerjaan di ladang cabai. "Terima kasih, Pak Panji. Anda sudah mau menjadi saksi pernikahan saya bersama Rasmi."

"Iya, Pak. Saya sebagai orang tua mereka berdua, saya mengucapkan terima kasih," sahut Ambar. Wanita itu lekas menyuguhkan camilan yang tersedia. "Silakan nikmati hidangannya, Pak Panji dan yang lainnya. Maaf, hanya hidangan sederhana."

"Iya, Bu Ambar, terima kasih."

Tamu undangan pun menyantap hidangan yang Ambar sajikan, diselingi pembicaraan serta tawa ringan. Mereka terlihat ikut senang atas pernikahan Rasmi dengan ustad dusun.

Demikian juga seorang Panji, dia meminum teh yang tersedia di depannya. Dalam lirikan yang terhalang gelas berisi teh tersebut, dia menatap kedua mempelai dengan tajam.

Perasaannya tercabik ketika melihat kemesraan yang Dani berikan terhadap pujaan hatinya. Lelaki itu beberapa kali mengusap kepala Rasmi, membuat cekungan di pipi kiri gadis itu tampak mengintip dari balik kerudung.

"Alhamdulillah kita sudah sah, tidak ada suatu perbuatan yang nantinya akan menjadi aib maupun dosa," sahut Dani pelan.

Rasmi hanya mengangguk setuju, gadis yang sudah menyandang status istri masih tampak malu-malu. Dia belum berani menatap wajah Dani, mungkin saja masih ada para tetangganya di sana membuat Rasmi sungkan.

Dari balik pohon jambu terlihat wanita tua sibuk menyantap buah yang jatuh, rambut kelabu panjang menjuntai yang acak-acakan membuat wanita tua itu menyeramkan. Tangan ringkihnya kembali meraih jambu yang terlihat bagus, bibirnya bergerak sebelum menyantapnya kembali. Warga sekitar memanggilnya dengan sebutan Mbok Nem, dia tampak tersenyum menatap Rasmi dan Dani yang bahagia setelah ijab kabul.

"Kalian tidak tahu apa yang terjadi setelah ini," gumamnya dengan mulut penuh buah jambu.

***

Klontang!

Panji baru saja melempar asbak yang ada di meja, banyak puntung rokok berhamburan mengotori lantai. Wajah yang terlihat baik, dermawan juga berkarisma hilang dalam sekejap mata.

Kedua netranya nyalang menatap ke depan, jelas jika lelaki itu tidak terima melihat Dani telah menikahi sang pujaan hati.

"Jadi Bapak menyukai Rasmi?"

Panji mengangguk, dia menghela napas keras kemudian menyandarkan badannya ke kursi. "Sudah lama aku menaruh hati dengan Rasmi, aku siapkan pangkatku hanya untuk menjadikan gadis itu sebagai istriku. Namun, sekarang malah Dani yang memilikinya!"

Jaka yang berdiri di samping Panji menatap lelaki itu dengan dingin, dia tidak menyangka ternyata bos besarnya menyukai kembang dusun. Tidak salah memang jika Panji menyukai Rasmi karena tidak hanya cantik. Namun, gadis itu  juga baik dengan semua orang.

"Jika sudah seperti ini, apa yang akan Bapak lakukan?"

Jaka berjalan beberapa langkah ke arah jendela, dia mengambil asbak dan meletakkannya di atas meja.

"Apa yang harus aku lakukan memangnya, Jaka?" tanya Panji. Lelaki itu menatap Jaka dengan kening mengernyit. "Apa yang harus aku lakukan Jika tadi aku mendoakan mereka baik-baik saja hingga maut memisahkan."

Desau angin menerpa dedaunan yang tumbuh di halaman rumah Panji, menciptakan gemeresik yang terdengar di malam sunyi.

Setelah urusannya dengan Panji selesai, Jaka keluar rumah dengan siulan santai. Lelaki itu terlihat berjalan menuju pos ronda karena hari ini jadwalnya untuk menjaga kampung. Sebagai warga yang baik, Jaka turut berpartisipasi akan ketenangan dusun Lawangan.

Namun, jantungnya seakan jatuh ketika melihat wanita tua dengan rambut acak-acakan muncul mendadak. Mbok Nem datang dari balik pohon mangga yang tumbuh di halaman rumah Panji, dia menatap nyalang Jaka dengan mulut bergerak-gerak seakan ingin menyampaikan sesuatu.

"Kenapa di sini?!" tanya Jaka tajam. "Pulang, sisir rambut Ibu dan jangan ikut campur urusan ini."

Langkah Jaka berlanjut, lelaki itu meninggalkan Mbok Nem sendirian di sana. Apa yang terjadi sebenarnya dengan mereka, kenapa Jaka tidak menghiraukan Mbok Nem sebagaimana mestinya anak yang baik kepada ibu.

Netra wanita tua itu masih nyalang menatap Jaka, setelah itu beralih ke rumah Panji yang tampak luas dan besar.

***













Jangan lupa, vote juga komen.

Sampai jumpa, di Bab selanjutnya😉

Buhul || TAMATWhere stories live. Discover now