👹 BUHUL || Bab 10

387 52 7
                                    

Pemakaman

👹👹👹

Selamat membaca.

***

Pak Amin menuju ke tempat pemandian, dia baru pulang dari makam setelah mengecek penggalian. Tampak Jaka keluar dari sana setelah meletakkan beberapa batang kelor serta bidara, melihat Pak Amin lelaki itu lekas berkata, "Pemandiannya sudah siap, Pak."

"Iya, Mas Jaka. Kalau sudah siap, bisa langsung dimandikan jenazahnya."

"Siapa yang memandikan jenazah Mas Dani, Pak Rete?" tanya Arip.

Pak Amin melihat ke depan, di sana orang-orang sibuk dengan tugas masing-masing. Tampak Mbah Karim baru saja datang, melihat lelaki berusia lanjut itu Pak Amin lekas menjawab, "Itu, Mbah Karim sudah datang."

Tanpa disuruh, Arip mendekati Mbah Karim. Dia mengajak lelaki lanjut usia itu ke area pemandian jenazah.

"Alhamdulillah sudah siap, tetapi berhubung Mas Dani tidak memiliki kerabat dekat dan hanya istrinya saja, kita yang akan memandikan," jelas Mbah Karim sembari menatap Jaka, Arip dan Wandi. "Namun, sebelum itu Amin bisa menanyakan kepada Mbak Rasmi. Apakah dia mau memandikan jenazah suaminya atau pasrah kepada kita."

"Siap, Mbah. Saya akan mencari Mbak Rasmi."

Memandikan jenazah hukumnya fardu kifayah, artinya jika sudah ada orang yang mewakili maka gugur kewajiban untuk orang lain.

Bagi Dani yang sebatang kara, hanya memiliki istri maka orang yang memandikan bisa tetangga sesama lelaki.

Menurut jumhur ulama, yaitu Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad. Istri bisa ikut karena dapat dikategorikan mahram dan muhrim dari adanya pernikahan suci. Suami istri bisa dikatakan keluarga dalam pernikahan tersebut.

Meskipun begitu, seorang istri tidak boleh menyentuh langsung ke tubuh jenazah lantaran sebelum dimakamkan jenazah harus dalam keadaan suci. Riwayat dari ibunda Aisyah RA mengatakan ; mandikanlah nabi SAW dalam keadaan berpakaian.

👹__BUHUL__👹

Derik pintu dapur terdengar halus, Pak Amin masuk ke dalam rumah untuk mencari keberadaan Rasmi. Di sana dia bertemu beberapa tetangga yang sibuk membuat tumpeng selamatan. Biasanya adat Jawa, sebelum atau sesudah jenazah dimakamkan akan ada tahlil bersama.

"Mbak Rasmi di mana, ibu-ibu?"

Bu Ratna menoleh, dia menatap Pak Amin sembari menunjuk ruang tamu. "Sedang mengaji di depan, Pak."

Pak Amin pun melanjutkan langkahnya, sampai di pintu antara ruang tengah dan ruang tamu. Lelaki baya itu bersimpuh, dia melihat Rasmi, Ambar serta yang lainnya membaca surat Yasin dengan khusyuk. Tidak menunggu lama, Pak Amin memanggil Rasmi membuat wanita berwajah sembab itu lekas bangkit.

"Jenazah Mas Dani siap dimandikan, Mbak. Berhubung hanya Mbak sebagai mahram, apakah Mbak Rasmi ikut memandikan?" tanya Pak Amin.

Rasmi tanpa berpikir panjang lekas mengangguk, dia akan ikut serta memandikan sang suami. "Iya, Pak saya ikut."

"Kalau begitu Mbak Rasmi yang akan mengguyurkan air, nanti ada Mbah Karim yang memimpin," jawab Pak Amin yang segera Rasmi angguki.

Jam dinding tepat di angka sembilan, para pelayat yang sedang mengaji di ruang tamu berhenti sejenak karena Ruslan, Latif dibantu beberapa orang akan menggotong jenazah Dani. Mereka membawa jenazah ke tempat pemandian, di sana sudah tersedia dipan yang diduduki Wandi, Arip dan Jaka yang siap mangku jenazah.

Buhul || TAMATWhere stories live. Discover now