👹 BUHUL || Bab 15

361 45 21
                                    


Sekelebat Bayangan di Halaman Rasmi

👹👹👹

Selamat membaca

***

Bu Ratna sejak tadi bergerak dalam tidurnya, dia menahan sesuatu yang seharusnya dikeluarkan sejak tadi. Niatnya ingin menunggu subuh tiba, tetapi hasrat tersebut telah berada di ujung.

Terpaksa wanita baya itu segera bangkit, pelan dia menggoyangkan lengan sang suami agar ikut terjaga.

"Pak, antar ke belakang," kata Bu Ratna. "Ibu kebelet pipis, Pak."

Tidak lama kemudian Pak Wisnu bergerak, Bu Ratna mengira sang suami segera bangun untuk mengantarnya ke kamar mandi. Ternyata lelaki bertahi lalat di pipi itu hanya berpindah posisi dan kembali tidur.

Hal itu membuat Bu Ratna kesal, dia berusaha membangunkan Pak Wisnu kembali. Namun, sang suami susah untuk dibangunkan, terpaksa wanita baya itu beranjak dan lekas keluar kamar sendirian.

Kicau walang kecek berbaur dengan burung hantu, ditambah gemeresik daun-daun yang diterpa angin membuat malam itu terasa lebih mencekam dari biasanya.

Bu Ratna membuka pintu dapur pelan, netranya melihat kebun singkong yang gelap. Nyalinya mendadak menciut, ingin sekali dia berbalik arah. Mengempaskan tubuhnya ke ranjang serta bersembunyi di balik punggung sang suami.

Namun, dia tidak lagi bisa menahan hasrat untuk berkemih. Membuang ketakutan di pikirannya, lekas Bu Ratna berlari kecil menuju bilik mandi. Letak bilik tersebut berada di sisi timur rumah, tampak redup hanya lampu oren yang menerangi.

Kelegaan langsung dirasakan Bu Ratna, dia keluar setelah menuntaskan hasratnya. Namun, tiba saja sekelebat bayangan muncul di halaman Rasmi. Wanita baya itu melihat samar seseorang berjongkok di bawah pohon sawo, tetapi ketika dia mengerjapkan mata sosok tersebut menghilang.

Embusan angin yang cukup kencang, seolah menyadarkan Bu Ratna. Bulu kuduknya langsung berdiri membuat dia mengusap tengkuk sembari bergegas masuk ke dalam rumah.

Suara debuman ranjang membuat Pak Wisnu langsung tersadar, dia menoleh ke belakang mendapati istrinya yang bersembunyi di balik punggungnya.

"Ada apa, Bu. Jangan berisik, ini tengah malam," sahut Pak Wisnu.

Bu Ratna menegakkan kepalannya, dia mengintip untuk melihat sang suami. Raut tegang masih terlihat bahkan kedua matanya bergerak-gerak menjelaskan ketakutan.

"Ibu tadi lihat penampakan, takut."

"Penampakan?" sahut Pak Wisnu dengan kening berkerut.

"Iya, Pak. Di rumah Rasmi, di pohon sawo."

Pak Wisnu menghela napas, dia kembali ke posisi semula untuk kembali tidur. Dia merasa jika perkataan istrinya hanya bualan semata.

"Bapak tidak percaya, Ibu serius, loh!"

Pak Wisnu bergerak menyamankan posisinya sembari berkata, "Ibu salah lihat, sudahlah kembali tidur Subuh masih beberapa jam lagi."

Bu Ratna mencebikkan bibirnya, dia lekas menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Kembali tidur sepertinya keputusan yang benar, tetapi beberapa kali dia mencoba larut dalam mimpi. Sayang, yang ada hanya sosok orang berjongkok terus berkelebat di matanya.

👹BUHUL👹

Rasmi melangkah dengan santai menuju rumahnya, lebih tepatnya rumah peninggalan almarhum Dani yang banyak kenangan.

Semalam wanita itu memutuskan untuk menginap di rumah Ambar, setelah membantu ibunya menyiapkan sarapan. Lekas dia pulang dengan alasan ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

Kaki rasmi menginjak ibun dari rerumputan jalan. Meskipun matahari mulai melakukan tugasnya, hawa dingin sungguh masih menusuk tulang.

Kicau burung terdengar bersahutan, membuat pagi ini terasa lebih hidup. Rasmi tersenyum ketika melihat anak-anak dusun berangkat ke sekolah, mereka serentak berjalan kaki karena letak sekolah dasar cukup dekat.

Senyum Rasmi terus mengembang ketika beberapa tetangga berpapasan dengannya. Mereka memulai aktifitas masing-masing, seperti menyapu halaman, menjemur pakaian bahkan di pagi hari seperti ini sudah ada ibu-ibu yang bercengkrama.

Langkah Rasmi melewati pos ronda, di sana kalau pagi memang digunakan Bu Ningsih untuk berjualan sayuran. Beberapa wanita tampak berkerumun di sana, salah satunya Bu Ratna.

"Dari mana, Ras?" tanya Bu Ratna

"Dari rumah Ibu saya, Bu Na."

Kening Bu Ratna berkerut, melihat Rasmi ingatannya semalam pun muncul. Lekas wanita itu bertanya, "Kamu semalam tidur di rumah ibumu, Ras?"

"Iya, Bu. Biasalah, kangen," sahut Rasmi. "Memangnya kenapa, Bu?"

Bu Ratna menggeleng, senyum tipis dia perlihatkan sebagai jawaban. Bagaimanapun juga kejadian semalam tidak boleh ada yang tahu, wanita baya itu kasihan dengan Rasmi. Jangan sampai warga membicarakan hal yang tidak-tidak. Bisa saja apa yang dikatakan sang suami benar, dirinya hanya berhalusinasi.

"Memangnya kamu tidak capek mondar-mandir, Ras?" tanya Bu Ningsih sembari melayani pembeli.

Bu Dini mengangguk, dia menatap Rasmi sembari bertanya, "Kenapa tidak pindah saja tinggal dengan ibumu?"

Rasmi tersenyum tipis, beberapa warga sering kali menanyakan hal itu. Namun, bagi Rasmi sering datang ke rumah ibunya adalah satu hal yang menarik. Dia bisa menggunakan setiap langkah menuju rumah Ambar sebagai hiburan tersendiri di saat sepi.

"Lebih enak bolak-balik, Bu Dini. Bisa untuk olahraga meskipun tidak setiap hari," jelas Rasmi santai.

Mbak Dewi menghela napas pelan sembari berkata, "Ya, tidak apa-apa, to, ibu-ibu. Itu kegiatan yang bagus buat kesehatan, lagian rumah Bu Ambar ndak jauh-jauh amat, iya 'kan."

"Iyo, sih," sahut Bu Dini pelan.

Rasmi lekas berpamitan kepada mereka, dia ingat jika belum membereskan rumah. Melihat itu, Bu Ratna juga ikut pulang. Dia lekas menjangkau jaraknya dengan Rasmi.

"Ras!" panggil Bu Ratna.

"Iya, Bu?"

"Kamu serius semalam tidur di rumah ibumu?" tanya Bu Ratna memastikan lagi.

Rasmi mengangguk, dia melihat raut wajah tetangganya yang berbeda dari biasanya. Seperti ada sesuatu yang ingin diceritakan oleh Bu Ratna, tetapi wanita baya itu ragu.

"Ada apa, Bu Na?"

"Entah mataku atau bagaimana," kata Bu Ratna dengan netra melihat ke depan. "Semalam aku lihat penampakan di rumahmu."

👹BUHUL👹








Berikan tanggapan bab 15, kawan. Dengan cara vote dan komen👌🏻Terima kasih.

Buhul || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang