👹Buhul || Bab 17

377 42 25
                                    

Cantik Sekali Istriku

👹👹👹

Selamat membaca

***

Perlahan Rasmi terjaga, dia mengerjap ketika kedua matanya melihat ke arah lampu kamar. Lekas wanita itu bangun karena merasakan pundaknya sakit akibat tidur yang tidak benar.

Sembari menguap, Rasmi menelisik baju-baju yang berserakan di ranjang. Keningnya berkerut, tentu hal itu menimbulkan tanda tanya besar di kepalanya. Dia merasa janggal, ketika baju yang sempat dilipat berantakan kembali.

"Ah, apa kakiku yang merusak baju yang sudah aku lipat, tadi?" renung Rasmi dalam hati.

Netranya menoleh ke arah jam dinding yang berada di atas pintu, jam tersebut menunjukkan pukul 11 malam. Guruh sesekali terdengar, hawa dingin juga menyeruak melalui sela-sela jendela. Tanpa berpikir yang aneh, lekas Rasmi kembali melipat baju-bajunya agar bisa kembali tidur.

Tap!

Baru satu baju yang dia lipat, lampu kamar tiba-tiba padam membuat Rasmi memekik kaget.

"Astagfirullahalazim, kenapa lampunya mati lagi?"

Jantungnya berdebar kencang, sudah dikatakan wanita itu takut kegelapan. Terpaksa dia bangkit, pelan-pelan berjalan keluar kamar sembari meraba dinding.

Cukup lama, hingga akhirnya usaha itu membawanya sampai lincak yang ada di dapur. Lekas Rasmi berjongkok mengambil cublik serta pemantik yang memang selalu diletakkan di bawah sana.

Tidak ada penerangan yang membantunya. Hanya sorot rembulan yang tampak terang, dilihat dari ventilasi membuat Rasmi cepat-cepat menyalakan pemantik tersebut.

Seperti ada yang janggal. Entah kenapa, beberapa kali percobaan api selalu mati. Hanya menyisakan bau khas yang lama-lama berubah menjadi anyir. Padahal kala itu, angin tidak berembus sama sekali. Guruh yang tadinya bersahutan pun mendadak lenyap.

Tanpa Rasmi sadari, sosok lusuh dengan kuncir di kepala tepat berada di belakang tubuhnya.

Sosok tersebut selalu meniup api yang Rasmi nyalakan. Aroma bangkai mendadak mengusik penciuman, refleks tangan wanita itu mengusap hidung sembari menelisik sekitar dapur.

"Apa ada bangkai tikus, ya?"

Semakin lama suasana terasa mencekam, angin semilir membuat badan Rasmi meremang. Di saat itu, dia terus berusaha untuk menghidupkan cublik, usaha pun berhasil. Benda tersebut akhirnya bisa menyala.

Setelah berhasil menyalakan cublik, Rasmi bermaksud kembali ke kamar. Langkahnya pelan sembari berusaha agar cublik tidak padam.

Namun, kakinya terpaksa berhenti saat dia melihat, ada sesuatu yang menghadang jalannya. Penerangan dari cublik, membuat sosok tersebut tampak samar bersandar di tembok dekat pintu kamar.

Napas Rasmi tercekat, badannya juga kaku, hanya netra aswadnya yang terus menelisik sosok tersebut.

Kain putih yang membungkus tampak lusuh. Kedua matanya membelalak, seakan mengikat ruang gerak Rasmi dengan tajam.

Buhul || TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang