👹Buhul || Bab 29

323 24 7
                                    

Terungkap

Selamat Membaca

👹👹👹

***

 
“Sebelumnya Ibu mau mengatakan jika Panji adalah Mas kamu Jaka.”

Jaka menatap Mbok Nem dengan wajah datar, tetapi tidak dengan semua orang yang ada di halaman rumah Panji. Melihat Mbok Nem ternyata sehat saja sudah membuat kaget, apalagi mendengar pengakuan darinya.

“Dahulu Ibu dan Widodo sepasang kekasih, sebelum Ibu tahu jika ternyata Widodo sudah memiliki istri serta anak lelaki yang tinggal di dusun sebelah.”

Widodo adalah bapak Panji, dia orang terkaya di dusun Lawangan. Waktu itu Widodo menyukai Nemirah atau yang sekarang dikenal dengan panggilan Mbok Nem.

Perjalanan cinta mereka berdua tidak ada yang tahu, sampai pada Widodo yang dipaksa orang tuanya untuk menikahi gadis dusun Ngerandu.

Keinginan Widodo untuk menggantikan bapaknya sebagai kepala dusun membuat lelaki itu setuju untuk menikah dengan Ruby; gadis dusun Ngerandu yang juga menyukai lelaki itu.

Widodo dengan apik menyembunyikan rahasianya dari Nemirah dan Ruby selama lima tahun, lelaki itu bahkan telah memiliki anak lelaki yang diberi nama Panji.

Sampai suatu ketika Nemirah mendapati dirinya mengandung, meskipun pernikahannya dengan Widodo hanya dalam agama. Wanita itu sangat senang dan tidak segan untuk memberitahu kabar tersebut kepada suaminya.

Namun, ketika Nemira akan memberitahu Widodo. Takdir berkata lain, dengan mudah rahasia lelaki itu terbongkar.

Saat itu juga Nemirah memutuskan hubungannya dengan Widodo, kemudian menikah dengan Susilo Yusuf-lelaki baik hati yang dikenalkan oleh Kiai Abdullah atau ayah Almarhum Dani.

“Jadi Susilo Yusuf itu bukan bapaknya Jaka?” sahut Arip.

Wandi lekas menyikut lengan Arip, lelaki tambun itu menutup mulutnya saat sadar akan keadaan. Mbok Nem menatap Jaka dengan wajah bersimbah air mata.

“Maafkan Ibu, Le. Ibu menyembunyikan semua ini dari kamu.”

“Apa benar, bapak meninggal karena guna-guna?”

Mbok Nem mengangguk. "Widodo tidak terima Ibu menikah dengan bapakmu,” jelas Mbok Nem.

Mereka sangat terkejut juga terharu dengan jalan kehidupan Mbok Nem. Ambar segera mendekati wanita tua itu untuk mengusap bahunya pelan sembari berkata, “Semua sudah berlalu, yang lalu biarlah menjadi kenangan serta pelajaran.”

“Benar,” sahut Mbah Karim, “semua bisa kita ambil hikmahnya.”

Jaka segera memeluk Mbok Nem, dia mengusap punggung ringkih ibunya pelan. Dia bisa merasakan seberapa berat punggung itu menyangga beban masa lalu. Dia tidak boleh egois menghakimi ibunya hanya gara-gara rahasia tersebut.

Bagaimanapun juga, Mbok Nem tidak bisa digantikan dengan yang lainnya dan fakta lain tentang dirinya yang bersaudara dengan Panji.

Jaka melepas pelukannya dengan Mbok Nem, kemudian beralih menatap Ambar dan Rasmi. Apa yang menjadi rahasianya akan dia tuntaskan hari ini, bagaimana juga Rasmi harus tahu yang sebenarnya.

“Saya mau jujur dengan Mbak Rasmi,” ungkap Jaka. " ini tentang kematian Ustaz Dani.”

Netra Rasmi sedikit terlonjak, dia kaget ketika Jaka membawa-bawa almarhum suaminya. “Memangnya ada apa dengan suami saya, Mas Jaka?”

“Sebelumnya saya mau meminta maaf atas nama kakak saya Panji, begitu juga dengan saya.”

“Maksudnya?” tanya Rasmi dengan kening berkerut. “Mas Jaka jangan membuat saya penasaran.”

Ambar mengangguk setuju, semua orang yang mendengar pun juga begitu.

“Sebenarnya Panji menyukai Mbak Rasmi sejak dahulu. Dia berencana melamar Mbak, tetapi didahului Ustaz Dani. Maka dari itu, dia yang awalnya orang baik hanya gara-gara cinta membuat hati kakak saya dengki,” jelas Jaka dengan wajah menunduk. “Dia menyuruh saya untuk membunuh Dani.”

“Astagfirullah!” sentak mereka semua.

Bisik-bisik pun terjadi membuat Jaka menghela napas pelan. Dia memang bersalah dan pantas dihakimi.

“Memang Panji menyuruh saya memberikan bubur yang telah dicampur dengan losion nyamuk, tetapi hati saya menolak akan hal itu. Saya memberikan bubur milik saya kepada Ustaz Dani dan membuang bubur beracun tersebut.”

Rasmi menutup kedua mata aswadnya, tetesan air kesedihan turut membersamai. Dia tidak menyangka jika kematian sang suami ada sangkut-pautnya dengan Panji.

“Lalu, kenapa Mas Jaka malam itu bilang, kalau suami saya pasti pulang. Padahal kenyataannya tidak!”

“Maaf, Mbak Rasmi. Saya terpaksa memukul bahu Ustaz Dani agar pingsan dalam beberapa waktu. Saya hanya mengantisipasi agar Panji tidak curiga kepada saya, karena saya yakin jika dia pasti datang untuk melihat jasad suami Mbak Rasmi."

Jaka menghela napas pasrah. "Sekali lagi saya meminta maafkan, Mbak. Di sini saya tetap bersalah, Mbak dan Bude bisa melaporkan saya ke kantor polisi.”

“Apa saya boleh mengatakan jika Jaka tidak bersalah?” Arip memecah suasana yang tegang.

Mak Siti lekas berceletuk, “Kenapa begitu, Rip?"

“Saya saksinya ibu-ibu dan bapak-bapak,” ungkap Arip, “Waktu memandikan jenazah Mas Dani. Mbak lihat sendiri saya berada di dekat Jaka, dia menunjukkan bekas gigitan ular di kaki kiri Mas Dani. Saat itulah kengerian saya hilang, ternyata Ustaz meninggalnya tidak aneh.”

Rasmi juga semua orang yang mendengar kesaksian Arip lagi-lagi terkejut.

"Ya Allah, berarti Ustaz Dani meninggal gara-gara dipatuk ular!" sahut Ruslan dengan raut tidak menyangka.

Dalam tangisan Rasmi mencoba melapangkan dadanya. Dia sadar jika nyawa hanya milik Allah. “Saya tidak menyalahkan Mas Jaka, kebaikan hati Mas Jaka yang menolak untuk membunuh Mas Dani membuat saya lega. Memang sudah takdirnya suami saya meninggal saat itu."

"Terus, apa jangan-jangan yang nyantet Rasmi, Pak Wo juga?"

***

👹BUHUL👹












Jangan lupa vote en comen😌
***

Buhul || TAMATHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin