👹 Buhul || Bab 20

330 38 17
                                    


Kecurigaan Rasmi

Selamat membaca

👹👹👹

***

Acara rutin Kamis malam Jumat baru saja selesai, cukup panyak warga yang ikut ke musala. Mereka pulang setelah melaksanakan salat Isya berjemaah, begitu juga dengan sekumpulan ibu-ibu yang berjalan pelan sembari bercengkerama.

Melihat garak-gerik wajah mereka, sepertinya ada sesuatu yang membuat kengerian muncul. Jelas saja jika hal itu terjadi karena di sana ada Bu Ningsih, dia sedang mengutarakan apa yang didengarnya tadi pagi.

"Ih, masa sih, Bu RT?" sahut Bu Ali terkejut.

Bu Ningsih mencebikkan bibirnya, dia menghela napas pendek sembari berkata, "Kapan sih, Bu Ali saya ini bercanda, 'kan waktu itu saya pernah bilang, kalau orang yang meninggalnya tidak masuk akal, pasti arwahnya bergentayangan."

"Iya, juga. Mas Dani 'kan meninggal tanpa sebab yang jelas," kata Mbak Dewi. "Eh, tapi Bu Ningsih, tahu dari mana kalau arwah Mas Dani gentayangan?"

Bu Ningsih menatap Mbak Dewi, netranya berbinar semangat.

Namun, saat memulai bercerita, Bu Ali lekas memutus sembari menunjuk rumah miliknya. "Ceritanya dilanjut di rumah saya saja, hayuk."

Malam itu suasana tampak lebih hangat dan ramai, tawa anak-anak dusun terdengar seperti biasanya karena hari ini hujan tidak turun. Tanpa membuang waktu, mereka bertiga langsung berbelok ke rumah Bu Ali. Sampai di sana Bu Ningsih lekas melanjutkan ceritanya.

"Jadi, Bu RT tahu dari cerita Arip," sahut Bu Ali sembari mengangguk paham.

"Iya, aku tidak sengaja mendengar siang tadi ketika mau beli gorengan," kata Bu Ningsih sembari menatap mereka semua. "Kalian tidak takut, gitu. Demit menghantui dusun kita."

"Ih, ya, takut dong, Bu RT!" Bu Ali mengedikkan bahunya.

Mereka tampak cemas saat membayangkan pocong berkeliaran di dusun serta mengganggu para warga. Untuk pertama kalinya ada hal seperti itu di dusun Lawangan, ingin sekali tidak mempercayai cerita dari istri ketua RT. Lantaran yang menjadi arwah gentayangan adalah seorang ustaz.

"Namun, saya kurang percaya, Bu Ningsih," ungkap Mbak Dewi.

"Kenapa tidak percaya, sih, Wi. Sudah terbukti, Bu Ratna saja beberapa hari yang lalu melihat penampakan di halaman Rasmi!"

"Ih, masa? Saya kok tidak tahu, Bu!" sentak Bu Ali kaget.

Bu Ningsih terlihat mencebikkan bibirnya, wanita bergincu merah itu tampak bangga karena dia lebih dahulu tau dari teman-temannya.

Tidak hanya berpenampilan mewah, sejak dahulu istri Pak Amin itu gemar sekali bergosip bahkan seluruh dusun menjulukinya sebagai Bakul Gosip.

"Mue, hehe ... Ningsih istri ketua RT, kok tidak tahu." Bu Ningsih tersenyum bangga.

Langkah serempak terdengar mendekat, Bu Dini, Bu Lastri serta beberapa ibu-ibu lainnya baru pulang dari musalah. Mereka penasaran ketika melihat rumah Bu Ali ramai, lekas tanpa banyak kata Bu dini mendekat diikuti ibu-ibu lainnya.

"Gitu, ya, Bu Ningsih. Kumpul-kumpul, tetapi tidak mengajak saya!"

Bu Ningsih meringis ketika melihat Bu Dini datang, dia segera menggeser duduknya agar mereka yang baru saja datang kebagian. "Sini-sini, ada berita mengejutkan."

"Berita apa?" tanya Bu Lastri penasaran.

Bu Dini menepuk pundak Bu Ningsih pelan sembari berkata, "Cerita dari awal dong, Bu Ning. Saya tidak tahu, nih, baru sampai."

"Begini, saya mendengar dari Arip. Katanya, suami Rasmi gentayangan."

"Apa?!" sentak Bu Dini. "Maksud Bu Ning, Mas Dani?"

"Iyalah, siapa lagi suaminya Rasmi!" sahut Bu Ningsih tegas.

👹BUHUL👹

Malam semakin larut, Rasmi merasakan gerah di tubuhnya karena tidur masih menggunakan jaket milik Dani.

Lekas dia bangun, kemudian melepas jaket yang dikenakan. Netranya menatap Ambar yang tidur nyenyak di sampingnya, sesekali dia mengibaskan tangan ketika nyamuk berkelebat di sekitar telinga.

Sejak melihat keadaan Rasmi yang mengenaskan, Ambar bertekad untuk merawat putrinya sampai sembuh.

Tadi wanita baya itu membuat bubur untuk makan malam Rasmi. Dia juga membuatkan wedang jahe agar mengurangi mual yang wanita ayu itu keluhkan.

Rasmi menghela napas pelan, tangannya mengusap peluh yang mengalir di pelipis. Sakit perut yang dirasakan hilang, tetapi kering di tenggorokannya membuat dia turun dari ranjang dengan pelan agar tidak mengganggu tidur Ambar.

Setelah sampai di dapur dan mengisi mug miliknya dengan air, Rasmi kembali lagi ke kamar. Namun, langkahnya terhenti ketika sayup suara aneh terdengar.

Wanita itu mengerutkan kening sembari mempertajam pendengarannya. Kedua matanya menoleh ke arah ruang tamu, kelambu pembatas tampak berkibar pelan. Dia yakin, suara tersebut berasal dari halaman rumah.

Bug!

Suara tersebut amat berat, seperti seseorang yang melompat dengan pelan. Rasa penasaran membuat Rasmi berjalan ke ruang tamu, dia ingin memastikan siapa orang yang ada di luar malam-malam.

Rasmi sengaja tidak menyalakan lampu ruang tamu, dengan berani dia menyibak sedikit tirai jendela. Sorot senter lekas mengenai matanya membuat dia mengernyit kaget dan menutup kembali tirai tersebut.

"Itu 'kan Mas Jaka," gumam Rasmi. "Kenapa dia malam-malam di sini?"

Wanita itu kembali mengintip di sela-sela tirai, dia melihat gelagat aneh Jaka yang sedang menelisik sekitar bunga-bunga miliknya. Setitik perasaan buruk muncul, Rasmi berpikir jika lelaki berudeng itu akan berbuat hal buruk di rumahnya.

Ingin sekali Rasmi menegur, tetapi keberaniannya menciut. Bersama itu juga dia merasakan pundaknya ditepuk seseorang dengan pelan, sekejap mata dia menoleh ke belakang. Napasnya berembus lega ketika Ambar pelakunya.

"Kamu ngapain di sini, Nduk. Ibu cari kamu?"

Melihat Ambar berada di sana, Rasmi segera menarik lengan ibunya agar melihat ke halaman. Namun, sayang sekali apa yang ingin dia perlihatkan ternyata sudah pergi.

"Mana, katanya ada Jaka?"

"Tadi Mas Jaka ada di situ, Bu," kata Rasmi menunjuk tanaman bunganya. "Gelagatnya sangat mencurigakan."

Ambar menghela napas tegas, wanita baya itu tidak setuju dengan perasangka buruk yang Rasmi katakan. Lekas dia menutup tirai dengan benar, kemudian mengajak putrinya kembali tidur.

"Ibu sudah bilang, jangan berperasangka buruk, ndak ilok."

👹BUHUL👹










Gak nyangka, viwersnya udah sampek 1k.
Terima kasih, untuk teman-teman yg sudah dukung cerita aneh saya.

Meskipun sangat jomplang antara yg baca dan yang memberikan vote, saya tetap senang😄

Double up, untuk merayakan😁satunya entar sahur.

Selamat membaca.

Buhul || TAMATWhere stories live. Discover now