👹 BUHUL || Bab 06

413 68 14
                                    


Menghilangnya si Guru Mengaji

👹👹👹

Selamat membaca.

***

Ambar terlihat nyenyak dalam tidurnya, sesekali dengkuran halus terdengar. Namun, ketenangan itu terganggu oleh ketukan pintu bertubi-tubi. Tidak hanya sekadar ketukan, seseorang di luar tampak menggedor dengan kuat agar sangat pemilik rumah segera terjaga.

Benar saja, wanita baya itu langsung bangun. Keningnya berkerut merasa heran, siapa yang datang jam 3 dini hari seperti ini. Mau tidak mau Ambar berjalan ke ruang tamu, dia tidak ingin ketukan beruntun itu sampai mengganggu tetangganya.

Netra Ambar menjegil ketika melihat Rasmi tersedu-sedu, cepat dia memeluk anak tunggalnya membawa masuk ke rumah. Rasa penasaran bercampur khawatir dia tahan, langkahnya cepat membawa air minum dari dapur untuk Rasmi.

"Minum dahulu, Nduk."

Rasmi masih terisak, dia menerima gelas tersebut sembari dibantu Ambar. Setelah beberapa teguk air mengalir di tenggorokan, wanita itu langsung menerjang tubuh Ambar lagi.

"Ibu, Mas Dani Bu!"

"Kenapa dengan Dani?" tanya Ambar.

"Mas Dani sampai sekarang belum pulang, Rasmi tidak tahu ke mana."

Ambar kaget, dia mengurai pelukannya dengan sang putri. "Apa dia tidak izin sama kamu mau pergi ke mana?"

"Mas Dani izin bekerja pagi tadi. Ketika sore tidak pulang, Rasmi langsung mencari dan sempat bertemu Mas Jaka di dekat musala," ungkap Rasmi, dia melancarkan napasnya yang tersengal-sengal. "Mas Jaka mengatakan kalau Mas Dani pasti pulang. Namun, sampai sekarang belum juga pulang, Rasmi khawatir."

"Astaghfirullah, ke mana Dani sebenarnya?"

Rasmi menggeleng, dia menerima pelukan Ambar. Wanita baya itu mengusap punggung putrinya agar lebih tenang.

Setelah bertemu Jaka dan menanyakan soal Dani, Rasmi langsung pulang. Wanita itu duduk di ruang tamu beralaskan tikar dari daun pandan. Namun, sampai azan Isya berkumandang, suaminya tidak kunjung menampakkan diri.

Sayang sekali. Rasmi yang lelah sejak siang menunggu kedatangan sang suami, tegeletak dengan napas teratur. Wanita cantik itu tertidur hingga pukul 3 dini hari, ketika bangun ternyata Dani masih belum pulang.

Seakan jantungnya dicabut paksa oleh kenyataan, langkah sarat emosi membawanya menghadap Ambar.

"Bagaimana ini, Bu?"

"Sudah tenang dahulu, sebentar lagi azan Subuh. Kita meminta bantuan warga untuk mencari Dani," kata Ambar menenangkan.

Rasmi mengangguk, dia berdoa dalam hati semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk kepada suaminya.

👹__BUHUL__👹

Gelapnya langit mulai berubah seiring waktu berjalan, kokok ayam terdengar bersahutan. Corak kemerahan di sebelah timur menandakan jika fajar akan segera terbit.

Ambar, Rasmi serta warga dusun Lawangan mencari keberadaan Dani. Mereka saling memanggil lelaki saleh tersebut dari ujung dusun ke ujung yang lain. Selepas menunaikan salat Subuh sampai sekarang, mereka belum menemukan Dani.

Apa yang terjadi sebenarnya, ke mana perginya Dani si guru mengaji? Apakah kehidupan rumah tangga mereka tidak baik, sedangkan pernikahan belum genap satu bulan.

Beberapa warga bertanya-tanya. Memang, hal tersebut adalah sesuatu yang lazim bagi mereka. Namun, tidak untuk Rasmi. Hatinya yang lembut merasakan sakit ketika mendengar tetangganya mengatakan hal yang belum tentu benar.

"Bu Ambar, alangkah baiknya kita meminta bantuan Kamituwo," ungkap Pak Amin sebagai ketua RT.

Mak Siti mengangguk setuju, kemudian menjawab, "Iya, Yu. Mas Dani 'kan bekerja dengan Pak Wo, mungkin saja dia tahu terakhir kali Mas Dani pergi ke mana."

Warga yang ikut mencari keberadaan Dani membenarkan apa yang dikatakan Pak RT dan Mak Siti. Lekas Ambar menatap Rasmi, hatinya sakit ketika melihat putrinya bersedih. Tanpa berpikir lama, wanita baya itu mengangguk dan warga pun segera ke rumah kepala dusun.

Langit sudah terang sepenuhnya bahkan sorot matahari menembus sela-sela pohon mangga. Dinginnya subuh perlahan menghilang, menyisakan embun pagi yang segar.

Langkah serentak berhenti di depan bangunan besar milik Panji, tampak sepi dengan lampu teras masih menyala.

Sebagai ketua RT, Pak Amin mengetuk beberapa kali pintu menjulang di depannya. Sesaat kemudian derit pun terdengar, tampaklah Panji menatap warga yang berkumpul di depan rumahnya dengan raut berupaya heran.

Tidak perlu dipertanyakan, lelaki itu tahu apa yang sedang terjadi. Mata sembab Rasmi, kekhawatiran Ambar serta wajah para warga yang menunjukkan tanda tanya besar.

Cukup jelas bagi Panji, tetapi sebuah pertanyaan memang harus terlontar untuk mengawali kepura-puraan atau drama kali ini. "Apa ada sesuatu yang terjadi, kenapa warga berkumpul di sini?"

"Dani hilang, Pak!" sentak salah satu warga.

Dalam hati, Panji bersorak gembira. Sekarang tidak ada lagi batu sandung antara dirinya dengan Rasmi. Tinggal satu langkah, ambisinya akan tercapai.

Sekejap mata, kening Panji berkerut gerakan sengaja yang dia lakukan untuk membumbui sandiwara di depan para warga. Khususnya Rasmi, calon istrinya.

"Ustaz Dani hilang? Maksudnya bagaimana?" tanya Panji.

"Dani menantu saya, Pak Wo. Apa Bapak tahu ke mana Dani setelah bekerja kemarin sore?"

Rasmi maju beberapa langkah, dia berdiri di samping Pak Amin dengan netra berkaca-kaca membuat hati Panji bergetar hebat. "Suami saya sampai sekarang belum pulang, Pak Wo. Saya takut terjadi hal yang tidak-tidak, tolong bantu saya mencari. Mungkin saja suami saya ada di ladang milik Bapak."

"Baiklah, Mbak Rasmi tenang dahulu. Kita cari Ustaz Dani bersama-sama, semoga tidak terjadi hal yang buruk kepada suami Mbak Rasmi."

Wanita cantik itu menoleh ke belakang, kedua mata aswadnya menatap Ambar dengan sedih yang kentara.

Tanpa mereka sadari seseorang bersembunyi di balik pohon mangga. Penampilannya sama seperti biasa, rambut kelabu yang acak-acakan, baju kebaya kuno dengan jarit lusuh andalannya.

"Malang sekali nasibmu, Cah Ayu."

***
















Bagaimana menurut kalian tentang, si lelaki berudeng, alias Jaka?

Semoga suka bab 6 ini, ya, jangan lupa tinggalkan jejak kalian🙏

***

Buhul || TAMATWhere stories live. Discover now