4

587 76 5
                                    

"Beby, gimana kalo permintaan nya ku ganti?"

"Maksudnya?"

"Iya, kalau mau KTM nya balik.... Gimana kalau pulang dengan ku?"

------

Aku hanya bisa menatap datar pada gadis mungil ini, dia kenapa sih? Pasti dia juga mendekati ku seperti orang-orang diluar sana kebanyakan. Membosankan.

Aku pun berdiri dari kursi piano, lalu mendekat kearah nya. Gadis mungil itu terlihat agak kaget melihat tubuh ku yang mendekat kearah nya.

"Gamau."
Ucapku singkat padat jelas, daripada meladeni nya lebih baik aku pulang dan mengerjakan tugas-tugas ku.

"Terus mau nya apa dong?"

"Balikin KTM ku."

Gadis mungil ini kini menatapku dengan tatapan heran, lalu sekejab kemudian ia terkekeh ringan. Entahlah, dia kenapa sih.

"Hahahahahahahahaha"

"Kenapa ketawa? Buruan balikin"
Aku pun mengulurkan tangan ku, pertanda meminta kembali KTM ku dari nya.

"Kamu kocak beb, udah ga terlalu formal lagi. Udah pake aku kamu cieee udah ga saya anda lagi~"

Sial, dia ini menggoda ku?

"Terserah! Kalau kamu ga kasih saya ambil sendiri!"

Aku pun mulai mendekat kearah nya dan bersiap akan merogoh saku celana nya, mencari dimana KTM ku berada.

"Eit eit, kamu mau megang apa? Mesum!"

"Eerrr bodo amat dah!"

"HAHAHAHAHAHAHA"

Kali ini tawa nya menggelegar, dan aku sudah memasang tampang paling marah yang pernah ku punya. Berani-berani nya orang ini. Baru juga kenal.

"Muka mu, beby chaesara! Hahahahaha!"

Aku masih menatap nya bengis, dan dia masih masih tertawa lebar.

"Oke oke maaf, hehe. Baiklah, aku punya 2 penawaran untuk mu kalau mau KTM nya balik. Dan kamu harus pilih satu"

"Jangan banyak basa-basi"

Gadis mungil ini terkekeh pelan melihat reaksi ku, lalu memasang tampang innocence nya.

"Penawaran kesatu, pulang dengan ku"

Aku langsung menggeleng cepat, pertanda tidak mau.

"Oke. Penawaran kedua."

Tiba-tiba gadis mungil ini meraih tangan ku, dan membawa ku kearah piano di ruang musik ini. Setelah sampai di depan piano, ia menyuruhku untuk duduk di kursi piano yang tadi kududuki saat menunggu nya.

"Penawaran kedua, mainkanlah piano ini untuk ku"

"Gamau"

Tolak ku cepat, aku tidak ingin bermain piano di depan nya. Tidak lagi.

"Kenapa? Padahal permainan mu kemaren bagus banget loh!"

Aku muak, lagi-lagi pujian-pujian seperti ini yang kuterima. Membosankan, aku membenci mereka orang-orang yang justru sangat menyanjung ku tanpa tau apa-apa.

"Beby, dulu juga aku sempet les piano. Ga lama sih, soalnya aku ga betah susah banget. Tapi dengerin permainan piano kamu yang kemaren.... Pasti kamu udah berlatih keras ya beb biar bisa kayak gitu hehe"

....... Apa?
Aku menoleh cepat kearah gadis mungil ini, dan menatap nya tak percaya. Seperti nya dia bingung dengan ku yang tiba-tiba menatap kearah nya dengan tatapan seperti ini.

"Tadi.... Tadi kamu ngomong apa?"

"Eh, bagian mana? Permainan piano kamu keren?"

Aku menggeleng cepat.
"Sehabis itu"

"Hmmmm...? Pasti kamu udah berlatih keras?"

........... Orang ini.
Dia..... Dia.....

"Beby?! Kenapa nangis?!!"

"Eh?"

Tanpa terasa, air mata ku meleleh.

Orang ini... Bahkan hanya dengan kata sederhana seperti itu.
Mungkin selama ini aku hanya butuh kata sederhana seperti itu, bukan pujian-pujian bohong yang orang-orang pakai dengan topeng mereka. Tapi perkataan sederhana yang gadis mungil ini pakai.

'Kamu udah berlatih dengan keras'

"Bebyyyy maaf kenapa nangis jangan nangis dooonggg"

Aku tersadar dari lamunan ku, dan menatap gadis mungil itu.

"Sorry, gapapa kok."

"Yang bener? Maaf ya beb, ada salah-salah kata ya aku?"

"Beneran"
Aku pun mengusap airmata ku, lalu menatap gadis mungil itu. Entah kenapa, aku tersenyum tipis pada nya.

"Beby?"
Tanpa banyak kata, aku pun berdiri dari duduk ku. Lalu meraih tangan mungil nya itu.

"Ayo, kata nya mau pulang bareng, ayana?"

Heal me.Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt