23

238 43 0
                                    

"sebenernya ada satu hal yang bener-bener penting yang mau ku bilangin sama kamu"

Aku sudah malas berkata-kata, aku hanya menatap nya dengan tatapan malas dan mengintimidasi agar secepat mungkin aku bisa pergi dari sini.

"Ayah kamu ngehubungin aku, beb."

-------

"apa tadi?"

Ucap ku tak percaya mendengar apa yang barusan ia katakan.

"ayah kamu ngehubungin aku"

"buat apa pria egois itu menghubungi orang semacam kamu?"

Ucap ku sarkastik. Awalnya dia, kemudian ayah. Duo penghancur.

"kamu tahan dulu emosi kamu, bisa?"

"Jangan bertele-tele"

Elaine pun terlihat mulai tidak bisa mengontrol emosi nya, beberapa kali ia menghela nafas nya dalam. Pertanda ia sedang mengontrol emosi nya.

"katanya, beliau mau ketemu kamu."

"buat apa... BUAT APA?! Buat ngehancurin lagi?!"

"Aku gatau, beby!"

"Persetan, kalian berdua sama aja."

Bentak ku padanya, kemudian dengan kasar aku menepis tangan nya yang menahan ku untuk pergi sedari tadi. Kemudian dengan acuh aku mulai berjalan keluar dari ruangan ini. Entah kenapa, emosi ku memuncak.

"tunggu dulu, beby!"

Elaine dengan tiba-tiba memeluk ku dari belakang, mencoba menahan ku pergi.

"Aku tau ayah kamu dulu salah, aku juga dulu salah sama kamu. Tapi tolong kali ini, coba sembuhin luka hati kamu. Beby Chaesara Anadila."

Emosi ku memuncak, ku tepis pelukkan nya dan menghadap kembali kearah nya. Menatap nya tajam.

"dengar ya, Elaine Hartanto. Dulu aku memang cinta sama kamu, dulu kamu segalanya, tapi bukan sekarang. Aku udah gamau ada urusan lagi sama kamu, apalagi sama pria yang ngaku ayah ku itu! Kalian balik lagi mau hancurin kehidupan aku lagi?! Mau hancurin hati aku lagi?!"

"beby...."

Mata elaine mulai berkaca-kaca mendengar ucapan ku, begitu pula aku. Air mata ku sudah mengalir bebas sekarang, ku rasa trauma yang kudapat dahulu bisa mengalahkan akal pikiran dan gengsi ku saat ini.

Aku pun mulai beranjak pergi dari ruangan ini, tidak memperdulikan Elaine yang sudah terisak juga saat ini. Aku harus menenangkan pikiran ku sekarang.

Saat aku sampai pada gagang pintu ruang musik, aku merasakan ada sesuatu yang berat saat aku mencoba mendorong keluar pintu. Oh iya, aku masuk ke dalam ruangan ini dengan posisi ruang yang terbuka. Jangan-jangan yang membuka kunci pintu nya....

"ayana...."

Dia menunggu di depan pintu.

Heal me.Where stories live. Discover now