20

249 45 1
                                    

"kamu inget ga, waktu kamu tau aku lihat kamu main piano. Badan kamu langsung bergetar hebat, bener-bener persis kayak tadi"

Aku terdiam, pasti tadi itu kelihatan sekali. Sial.

"Jadi, kalau kamu ga keberatan. Kamu bisa cerita siapa dia?"

----

Kalau udah begini, bisa apa?

"Dia elaine"

"Hmm?"

"Temen ku dulu"

"Sekarang ga temen dong?"

"Sepertinya."

"Kok?"

".... udah gausah dibahas deh, nih naik ke motor buru pake helm"

"....."

Tanpa banyak tanya lagi, dengan muka masam nya ayana menaiki motor ku seperti biasa.

---

"Makasih udah anterin beb"

"Iya sama-sama"

"Beb, sebelum pergi..."

"Hmm?"

"Aku mau bilang, aku tau pasti di hati kamu itu ada satu luka besar yang pingin kamu tutupin. Dan gamau kamu liat lagi, tapi luka itu ga cuman bisa ditutup. Dia harus disembuhin, dan aku mau bantuin kamu buat sembuhin luka dihati kamu itu beb"

Aku terdiam, ku serapi dulu kata-kata yang dimaksud ayana tadi.

"Hm oke, aku ngerti"

"Aku tau kita ketemu kebetulan, semua serba kebetulan kita bisa deket gini, tapi aku harap kebetulan ini bisa nyembuhin luka hati kamu"

Ayana tersenyum setelah ia mengucapkan kata-katanya barusan, lalu memelukku lembut.

"Jangan sakitin diri sendiri, kamu tau aku ada disebelah kamu kan?"

Aku hanya mengangguk pelan dalam pelukan ayana sebagai jawabannya, aku takut. Tapi kurasa kalau dengan ayana.... mungkin bisa?

"Makasih ay, aku gapapa kok"

"Oke, kamu bisa cerita kapan aja ke aku kok."

Apakah mungkin, sekarang saatnya?

"Ay"

"Ya?"

"Jadi pacar aku."

"Eh?"

Heal me.Where stories live. Discover now