11

398 66 10
                                    

Tidak membuang-buang kesempatan, aku pun menahan tangan ayana yang menyentuh pipiku untuk terus berada disana.

"Ayana, cantik."

-------

"AH!!!"

Tiba-tiba ayana berteriak yang membuat ku kaget dan otomatis membuat genggaman tangan ku terlepas.

"Kenapa?! Ada apa?!"

"Kamu ganggu orang masak! Udah sana jangan disini diruang makan aja!"

"Yaelah, kirain apa. Gamau ah, sepi!"

"IH!!!"

Ayana yang berteriak sekencang toa itu membuat ku harus menutup kuping ku di depan muka nya.

"Yaudah iya maaf, pindah deh"

----

Piano.

Dirumah ayana ada piano.

Oh iya, ayah nya kan dulu dosen musik ya. Bisa main piano juga, ga heran ada piano.

Rindu, aku ingin memainkan nya. Tapi setiap melihat piano saja, kenangan buruk itu terus kembali. Lemah.

"Beb, udah nih"

Aku yang sedaritadi sibuk menatap piano yang terpampang disebelah tv pun jadi gelagapan dan berusaha untuk pura-pura sibuk menonton tv, kemudian menengok kearah sumber suara dan mulai berjalan kearah nya.

"Aku kok jadi ga laper ay"

"Hah? Tadi katanya laper?"

Kami akhirnya sama-sama duduk di meja makan yang sudah terhidang dua omelet buatan ayana, sebenernya aku lapar sih, pingin ngerasain masakan ayana juga, dimasakin gebetan cuy! Tapi jahilin dulu deh wkwk

"Iya nih ay jadi ga nafsu"

"Ooohh yaudah, aku makan duluan ya"

"Eeehhh enak aja! Makan bareng lah!"

"Katanya ga nafsu? Ya gausah makan beb"

"Nafsu kalo kamu suapin ay"

Aku mengeluarkan senyuman terbaik ku kepada orang dihadapan ku ini, tapi orang yang ada dihadapan ku nya malah bengong.

"Ay? Kenapa bengong?"

"Sehat ga sih beb? Dari kemaren aneh terus."

"Sehat wal afiat ay, sehat banget kok"

"Yaudah makan, kalo gamau makan gausah makan"

"Yaawla jutek amat"

Ayana hanya menatap ku malas dari seberang sana, aku yang melihatnya hanya terkekeh pelan kemudian mulai melahap masakan buatannya.

"Enak ay!"

"Iyalah, aku wkwk"

"Lebih enak lagi kalo aku dimasakin sama kamu tiap hari sih"

Mendengar perkataan ku ayana hanya melihat kearah ku sekilas, kemudian pura-pura sibuk melihat kearah lainnya tak mengubris ucapan ku. Dasar, gemes.

-----

"Makasih ya buat hari ini, ayana"

"Iya sama-sama, makasih ya udah anterin ke rumah. Hati-hati dijalan."

Aku tersenyum sebagai jawaban dari perhatian yang ia berikan, mungkin memang formalitas sih. Tapi entah kenapa aku senang jika dia yang berkata seperti tadi.

"Iya aku hati-hati, ga ngebut"

Ayana hanya mengangguk sebagai jawaban dari perkataan ku tadi.

5 menit sudah berada diatas motor, tapi aku belum berkunjung pergi dari depan rumah ayana. Masih nyaman untuk melihat muka lucu nya itu.

"Kenapa ga pergi-pergi? Pegel nih kaki aku"

"Ngusir?"

"Engga sih, engga deh"

"Yeeehhhh"

Keheningan pun kembali terjadi antara aku dan ayana.

"Ay?"

"Ya?"

"Gimana kalo tiap hari aku anterin pulang? Toh deket ini sama kampus"

Ayana terlihat kaget dengan pertanyaan ku barusan, dan terlihat berpikir tentang pertanyaan ku.

"Beb"

"Ya?"

"Kamu gausah sebaik itu sama aku, aku bisa kok pulang sendiri. Lagipula, aku ini ga sebaik yang kamu pikir."

Heal me.Where stories live. Discover now