5

525 70 4
                                    

"Beby?"

Tanpa banyak kata, aku pun berdiri dari duduk ku. Lalu meraih tangan mungil nya itu.

"Ayo, kata nya mau pulang bareng, ayana?"

-------

Aneh. Hening.
Keadaan jadi terasa canggung sekali.
Kami sudah berjalan kearah parkiran dengan keaadan tercanggung yang pernah kurasakan.

"Beby, gamau lepas pegangan nya?"

Aku pun tersadar bahwa sedaritadi aku terus menggenggam tangan nya, berarti dari sejak keluar dari ruang musik dong? Buru-buru aku melepas genggaman tangan ku.

"Maaf."

"Hahaha gausah panik gitu kali"

Dia terkekeh pelan kepada ku, entah kenapa setelah perkataan nya tadi. Melihat wajah nya menjadi sedikit teduh. Yah, baru sedikit kok.

"Jadi....."
"Kenapa tadi seorang beby chaesara nangis?"
"Aku salah ngomong ya?"
"Apa aku bikin kamu risih?"
"Atau kamu benci banget sama aku sampe nangis?"
"Plis kasih tau dong, kamu bikin aku penasaran tau ga"
"Beby, kenapa nangis?"

Kuping ku panas mendengar celotehan gadis mungil ini, dia menanya hal yang sama bertubi-tubi seperti itu.

"Aaahhh bawel!"

"Ya makanya kasih tau!"

"Dibilang gapapa ya gapapa!"

"Bohong ih!"

Aku menghela nafas kesal, baiklah nanti saja tidak usah diladeni. Tanpa terasa kita sudah berjalan sampai motor ku, aku pun menyuruh nya memakai helm.

"Nih, pakai"

"Loh, kok kamu bawa helm dua sih?"

"Gapapa, buat jaga-jaga."

Benar, memang aku selalu membawa helm dua untuk berjaga-jaga. Karena terkadang ada saja orang-orang menyebalkan yang akan merengek meminta pulang bersama ku, mungkin termasuk dia sekarang? Eh, tidak tidak tidak, dia tidak terlalu menyebalkan.

"Rumah anda dimana?"
Ucap ku setelah aku sudah mengendarai motor cukup dekat dengan kampus, aku tadi lupa menanyakan alamat nya.

"Hahahaha, kirain aku mau diajak jalan-jalan. Habis kamu ga nanya rumah aku dimana."

"Iya maaf, lupa."

"Deket kok, komplek xyz nanti habis itu aku kasih tau lagi jalan nya"

Aku mengangguk pertanda paham dengan pernyataan nya, lalu kami hanya hening terdiam satu sama lain sambil menikmati angin sejuk sore ini.

---------

"Makasih udah di anterin!!"

Aku hanya mengangguk kecil sebagai jawaban nya, setelah ia turun ia mencoba membuka helm nya. Dan terlihat sedikit kesusahan, baiklah akan ku bantu saja biar cepat.

"Eits, kamu mau ngapain?!"

"Bantuin kamu lepas helm"

"Gausah gausah, aku bisa kok. Agak susah aja, aku ga kayak cewe cewe lain yang genit modus sama kamu minta di bukain helm nya"

Wow. Sekarang lihat dia barusan berkata apa?

"Dan bagaimana kamu tau kalo banyak cewe genit yang modus sama aku?"

"Yaelah bebyyy! Emang siapa yang gatau kamu gebetan se jagat raya kampuuzzz, tapi kamu nya aja yang dingin kayak kutub"

"Dan kenapa mereka gebet aku? Yang sudah jelas ga akan mereka dapatkan?"

"........."

Tiba-tiba suasana hening dan canggung, mungkin gadis mungil ini juga bingung harus menjawab apa. Terlihat sekarang ia menggaruk tengkuk nya, yang sudah pasti tidak gatal.

"Eemmm... Mungkin karena kamu cantik? Berbakat? Pinter? Banyak faktor beby"

"Semestinya mereka gausah buang-buang energi untuk mengejar patung hidup seperti ku"

"Beby chaesara!"

Dia membentak ku, barusan ia membentak ku. Aku menatap kaget kearah nya, terlihat tatapan sendu tersirat disana. Entah kenapa.

"Aku masuk ya."

"Oh iya"

Ia pun mulai membalikkan badan nya, berjalan kearah rumah nya itu.

"Ayana!"

Merasa di panggil, ia menoleh kearah ku.

"Makasih ya!"

"Buat?"

Aku hanya tersenyum kecil sebagai jawaban dari pertanyaan nya, lalu melajukan motor ku menjauh dari rumah nya.

Biasa nya orang-orang tidak pernah memuji kerja keras ku, mereka hanya tau aku berbakat dan di berkati dari lahir. Biasa nya orang-orang tidak akan membiarkan ku merendahkan diri, pasti mereka akan selalu membalikkan perkataan ku. Biasa nya orang-orang akan mencoba mendekati ku, tetapi hanya untuk menguntungkan diri mereka sendiri. Tapi kurasa.... Dari banyak orang itu ada satu orang yang berbeda. Seperti dia.

Heal me.Where stories live. Discover now