21

222 40 2
                                    

"Ay"

"Ya?"

"Jadi pacar aku."

"Eh?"

----

Bodoh. Bodoh kamu beby. Gini amat nembak orang.

Ayana terdiam sejenak mendengar aku berkata seperti itu padanya, kemudian menghela nafas dalam.

"ga salah omong beb?"

"eemm...."

"hm?"

Ayana hanya melihat intens kearah ku, diam. Seolah mengejek.

"yaudah, aku masuk rumah ya."

Ayana pun mulai bergerak memunggungi ku, ingin masuk kedalam rumah nya.

"ay"

"apalagi?"

"eemm.... aku...."

"selesaiin dulu masalah sama hati dan diri kamu sendiri beb"

Kata-kata nya, seolah memberikan tamparan hebat padaku. 

Aku pun hanya diam terpaku, tidak bisa membalas kata-kata nya yang seolah sangat tepat untuk ku.

Melihat ku yang terdiam, ayana pun menghela nafas nya panjang. Kemudian tanpa berkata apapun lagi ia masuk kedalam rumah nya, meninggalkan diriku sendiri termenung di depan rumah nya yang banyak kenangan itu.

------

Keesokan hari nya, aku tidak masuk kuliah.

Lemas.

Kata-kata ayana kemaren seolah menjadi tamparan hebat bagiku.

Ga nafsu makan, ga nafsu gerak, ga nafsu megang handphone, padahal sedari tadi handphone ku bergetar menandakan ada chat-chat yang masuk. Namun ku hiraukan.

Apakah aku harus memaafkan semua yang ada di masa lalu? Kemudian, kembali bergerak dari nol lagi? Bagaimana kalau rasa sakit itu ter ulang lagi seperti dulu?

Aku hanya.... Takut.

Tiba-tiba, handphone berdering pertanda panggilan masuk.

Aku pun melihat siapa yang menelpon ku di jam kuliah seperti ini.

'Elaine is calling'

Heal me.Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu