16

348 65 2
                                    

Keheningan pun terjadi, dan aku paling tidak suka keheningan yang terjadi saat bersama ayana. Ini.... Sesak rasanya.

"Ayana, mau kumainkan piano untuk mu?"

-----

Ayana refleks melihatku dengan tatapan kaget nya, tapi aku hanya membalas tatapan nya dengan senyuman lembut.

"Kamu..."

"Hm?"

"Bukannya udah gasuka main piano?"

"Yaaahh, tapi kalo mainin buat ayana aku mau mau aja kok"

Sekali lagi, senyum mengembang dari wajah ku kepada gadis mungil di depan ku yang melonggo kaget dan bingung. Karena untuk pertama kali nya, aku yang menawarkan diri untuk bermain piano, bukan permintaan atau suruhan nya.
Aku pun mulai berjalan kearah piano yang ada di rumah ayana, duduk didepan piano itu. Namun menatap kosong kearah piano yang masih tertutup oleh penutup kayu itu.

"Kamu ga harus maksain diri beb"

"Hmmm, kamu juga ga harus maksain diri kamu"

"Maksud kamu?"

"Ya kamu bisa ceritain kamu ada masalah apa, kamu ga harus maksain diri kamu buat jadi orang tertutup. Itu ga kamu bangeettt!"

Ayana menatap kosong kepada ku, keheningan terjadi antara kita berdua. Kemudian ia mulai mendekat dan duduk di kursi piano yang sama dengan ku, bersebelahan.

"Kenapa kamu kayak gini sih?"

"Kayak apa?"

"Dulu ga kayak gini, beby yang aku kenal dingin kejam ga peduli sama lingkungan"

"Masih beby yang sama kok, ay"

"Hah?"

"Masih sama, aku masih kejam sama orang lain, masih ga peduli sama orang lain. Tapi beda nya sekarang aku cuman peduli dan ga kejam sama kamu, itu aja sih"

Terlihat semburat merah tipis di pipi ayana sekarang, kemudian ia menundukan kepala nya di depan ku.

"Hoi hoi ayana, kalo sedih jangan nunduk!"

Aku pun mulai mengelus kepala nya dan mengangkat dagu nya supaya tidak melihat ke lantai, lagian ada apaan di lantai? Mending liat aku kan? Wkwk

"Ish! Apaan sih! Sono sono jangan pegang-pegang"

Ayana yang risih pun mulai merontakan tangan nya, supaya aku tidak menyentuh nya.

"Yaudah iya tapi jangan nunduk dong kalo sedih, liat kemana aja tapi jangan nunduk!"

"Ck ah, emang kenapa sih?!"

"Sebagai psikolog yang baik tuh harus bisa menjaga eye contact dengan orang lawan bicaranya jangan sampe dia nunduk soalnya orang sedih kalo nunduk tuh pasti energi negatif nya kekumpul dan malah jadi tambah sedih"

"....... Teori mu"

"Ih beneran ini! Ga percaya sama orang yang belajar psikologi"

"Engga, kan kamu kejam dingin dan ga peduli sama lingkungan. Ngapain percaya sama kamu?"

"..........."

Skakmat.

"Iya, maaf deh..."

"Aneh, masa sih orang kayak kamu belajar psikologi"

"Memang ga boleh?"

"Bukan ga boleh, cuman aneh."

"Psikologi itu unik, ay"

"Kenapa?"

Aku menatap kearah mata ayana dengan dalam, menelusuri setiap inchi nya.

"Soalnya kita bisa tau isi hati orang."

Heal me.Where stories live. Discover now