7

493 71 3
                                    

"Aku ambil KTM aku sama kamu, biar impas"

"Eh?!"

"Udah jam segini, aku ada kelas, sampai ketemu"

"Woy! Beby! Mau kemana? Ish!"

---

Akhirnya semua kelas ku sudah berakhir, dan jam masih menunjukan pukul 2 siang. Waktu santai ku masih banyak sepertinya.

Aku mulai berjalan menyusuri lorong, melewati kelas per kelas, menyahuti setiap sapaan yang ditujukan padaku. Seperti ini contoh nya:

"Halo beby!"

"Beby mau kemana? Bareng yuk!"

"Beby jalan bareng kita aja!"

"Bebyy senyum lagi dooongg"

Dan segala macam nya yang aku tak terlalu ingat dan mungkin tidak penting untuk di ingat, dan aku hanya menanggapi mereka dengan anggukan dan lambaian tangan, seperti biasa.

Tiba-tiba, ruang kelas yang akan ku lewati di lorong telah selesai kelas nya sehingga membuat para mahasiswa nya berhamburan keluar dari kelas tersebut. Takut risih, aku pun menunggu orang-orang itu keluar terlebih dahulu, tidak ingin terbawa arus orang-orang keluar kelas.

"Beby!"
Aku mengangkat kepala begitu mendengar suara yang khas itu memanggil ku

"Ayana...."
Tanpa sadar, sungguh tanpa sadar aku tersenyum kecil sambil mengucap namanya

"Kena kamu! Ikut aku!"
Ucap nya, sambil menarik tangan ku melewati kerumunan orang-orang dan menerobos arus yang mereka buat

---

Balik lagi, sepertinya ini sudah menjadi basecamp tempat kita bertemu. Ruang musik.
Kebetulan atau bagaimana tapi rasa nya akhir-akhir ini kelas ku selalu ada di gedung yang sama dengan ruang musik, apakah ayana juga?

"Kenapa kamu bisa punya kunci ruang musik?"
Tanyaku saat kita sudah memasuki ruang musik, dia melihat sekilas kearah ku lalu tersenyum kecil

"Ayah ku dosen musik disini"

"Oh ya? Siapa?"

"Tapi beliau sudah meninggal."

".... Maaf, ga bermaksud"

"Gapapa, santai aja koookkkk"
Dia membalas ku dengan senyum tipis, meskipun terlihat bahwa matanya sedikit berkaca-kaca

"Mengapa beliau meninggal?"

"Serangan stroke, telat untuk di selamatkan"

Kemudian suasana menjadi hening, kami sama-sama tak tau harus berkata apa. Tiba-tiba, ia menarik ku kearah piano lalu menyuruhku untuk memainkan piano itu.

"Gamau."

"Kenapaaaaa? Ayolah beb, biar rameeee!"

"Piano itu sebagian kecil dari rahasia ku, cuman tuhan orangtuaku sama aku yang tau"

"Tapi sekarang aku kan udah tau, hehe"

Aku menatap datar kearah nya, benar juga sih. Haruskah ku mainkan piano untuk nya?

"Kenapa kamu persistent banget buat ga main piano? Padahal permainan kamu bagus!"

"Ada kenangan buruk didalam nya."

"Lupakan kenangan buruk itu sejenak, aku tau kamu pasti sebenernya suka banget kan sama piano? Tatapan mata kamu gabisa bohong, beb."

Aku menghelas nafas berat, baiklah... Kali ini saja....
Aku sudah terduduk dibangku piano, aku menengok kearah ayana sekilas dan ia memberikan ku senyum tipis. Seperti berkata 'gapapa, kamu bisa' secara tidak langsung dari senyuman itu. Aku mengangguk paham, dan mulai memainkan denting nada-nada piano yang berada dalam setiap tuts nya.

Chopin - Spring Waltz

Aku rasa sebentar lagi air mata ku akan tumpah, piano dan kenangan akan lagu ini tiba-tiba menyeruak dalam pikiran ku. Membuat mata ku terpejam menahan semua emosi ku yang meluap di masa lalu, tidak mungkin aku menangis lagi didepan ayana. Lebih tepat nya, tidak mau.

Permainan ku terhenti, ayana secara tiba-tiba memeluk ku membuat permainan ku terhenti. Bahkan kini ia memeluk ku erat, sangat erat.

"Udah, cukup"
Katanya dalam pelukan, badan mulai bergetar pertanda ia menangis?

"Ayana, kenapa...."

"Kamu kayak mau nangis pas main, dan lagi pula... Ini lagu kesukaan ayah ku kalo main piano"
Ucap nya, kemudian isak tangis terdengar dari nya. Bahu ku perlahan mulai basah. Melihat dia nangis rasa nya aku juga ingin nangis...

Pada akhirnya, kami menangis bersama. Kami menangis dalam diam, dalam satu pelukan. Setelah kami sama-sama reda tangisan nya, ayana mulai melonggarkan pelukannya.

"Maaf...."

Aku hanya diam menatap wajah nya yang sembab sehabis menangis dalam pelukan ku tadi, mungkin lebih tepat nya dia juga melihat mata ku yang sembab.

Suasana menjadi hening dan canggung, aku tak suka yang begini. Biasa nya ayana ceria, dan biasa nya tidak ada suasana seperti ini.

Perlahan tapi pasti aku memajukan wajah ku kepada wajah nya, kemudian mencium kelopak mata nya dengan lembut.

"Beb...."

"Kamu mau KTM kamu balik ga?"

"Eh?"

"Aku punya satu permintaan buat kamu dapetin KTM kamu...."
"Jadi pacar aku, ayana."

Heal me.Where stories live. Discover now