19

268 46 2
                                    

".... beby?"

Aku menoleh, aku sudah berekspektasi bahwa ayana akan segera sampai di ruangan ini. Tapi ternyata bukan...

".... elaine?"

----

"Kamu... beneran beby kan?"

"......"

"Jadi kamu kuliah disini beb?"

"....."

"Haha, masih kaku aja ya kayak dulu"

Aku mematung, ini bukan saat yang tepat untuk bisa mengobrol seperti orang biasanya. Seperti dahulu kala. Dia. Orang yang dahulu telah....

Tiba-tiba suara pintu terdengar terbuka kembali.

"Beby kita pulang... yuk?"

Ayana. Dia menatap bingung pada ku dan juga elaine yang terlihat hanya diam saja. Tapi sepertinya dia lebih bingung melihatku, karena saat ini tangan dan tubuh ku sedang bergetar. Mungkin orang biasa tidak akan sadar, tapi ayana yang sadar langsung menarik tangan ku keluar dari ruang musik itu.

"Udah udah ayo pulang ah, ngapain disini?"

Kami pun berjalan melewati elaine begitu saja, aku menunduk tidak berani melihat kearah elaine, sedangkan elaine menatap ku dengan pandangan kosong nya. Bisa kulihat dari ujung mata ku.

---

"Itu siapa, beb?"

"Hah?"

"Yang tadi di ruang musik, temen kamu? Aku ga pernah liat"

Benar juga. Selama aku berkuliah disini juga aku tidak pernah melihat sosoknya, apakah dia kuliah disini juga? Kuharap.... tidak.

"Bukan siapa-siapa ay, aku gatau."

Tiba-tiba ayana menghentikan langkah kaki nya, lalu menatap ku dalam.

"Kalo bukan siapa-siapa... kenapa tadi gemeter? Aneh, bukan kamu banget."

Aku terdiam, memang. Memang bukan diriku banget, harusnya aku juga sadar hal itu dan berusaha untuk tenang, tidak peduli seperti biasa. Aku masih terus diam tidak menjawab pertanyaan ayana, ayana yang melihat ku terdiam kemudian menghela nafas.

"Beb"

"......"

"Inget ga waktu dulu, waktu awal banget kamu ketemu aku? Kamu lagi main piano, aku ga sengaja liat kamu main piano, dan kamu langsung gemeter kayak gitu tadi sambil pergi?"

Lagi-lagi aku tidak menjawab, tentu saja aku ingat. Mana mungkin aku lupa momen itu kan. Momen yang setidaknya merubah kehidupan ku menjadi sedikit berwarna.

"Beb!" Kali ini ayana sedikit membentak karena aku terus terdiam, lalu aku hanya memberikan anggukkan sebagai jawabannya.

"kamu inget ga, waktu kamu tau aku lihat kamu main piano. Badan kamu langsung bergetar hebat, bener-bener persis kayak tadi"

Aku terdiam, pasti tadi itu kelihatan sekali. Sial.

"Jadi, kalau kamu ga keberatan. Kamu bisa cerita siapa dia?"

Heal me.Where stories live. Discover now