28

142 16 0
                                    

"ayah kamu...."

"ooohhh, iya. Chaesar Dhito ayah ku."

"kok kamu ga masuk jurusan musik aja beb?"

Beby tersenyum sakit kearah Ayana, mungkin sekarang saat nya menceritakan semua?

-------

"ayana"

"hm?"

"sebelum pertanyaan kamu sampe jauh-jauh kesana, mau aku ceritain dulu... kisah hidup ku?"

Ayana sejenak terlihat kaget, kemudian menatap Beby dengan kasian. Seolah menyadari kesedihan yang sudah tertimbun dalam mata itu.

"kamu ga harus maksain diri kamu buat cerita kok"

"engga maksain, makanya aku nanya kamu berkenan ga dengar cerita nya?"

"kebijakan kamu beb, tapi kalo kamu butuh didengar ya aku bakal dengerin"

Beby menghela nafas panjang, kemudian menghembuskan nya dengan berat.

"karena aku percaya sama kamu, mungkin aku bakal cerita ke kamu"

"tunggu dulu, emang kenapa gitu kamu percaya ke aku?" heran ayana

Beby tersenyum lembut pada ayana

"Sudah jelaskan? Cuman ke kamu aja, lebih dari sekedar suka"

Seketika wajah ayana memerah padam

"A-a apaan sih beb!"

"Ih? Muka nya merah tuh! Hahaha"

"Ga lucu!!"

"Eh Eh jangan ditutup tutupin dong muka nya kan lucu merah HAHAHA"

Beby mulai mencoba melepas tangan ayana yang menutupi wajah nya, alhasil karena tangan itu berhasil ditepis, mereka malah jadi saling pandang.

Beby yang mendapati tatapan mata Ayana yang seperti itu, dan juga kedua tangan Ayana yang berhasil dia tahan dikedua tangan nya membuat Beby tersenyum lembut kepada Ayana, kemudian merengkuh Ayana dalam pelukkan nya.

"Be- Beby?!"

"sssttt, diem. Mau kayak gini dulu, kamu kecil enak dipeluk."

Ayana yang salah tingkah hanya dapat pasrah dan mengeratkan dirinya pada Beby, menempatkan wajah nya pada caruk leher Beby.

"Aku sambil cerita, ya?"

"hmmmmm"

---

Flashback

Beby Chaesara Anadila, anak dari Chaesar Dhito. Bahkan lebih tepat nya, anak emas. Beby sejak kecil sudah di ajari bagaimana bermain Piano dengan baik dan benar, sejak kecil beby pun sudah menemani ayahnya untuk manggung ke penjuru dunia pada masa kejayaan ayahnya.

Kesuksesan ayah Beby tersebut membuat beliau menjadi orang yang sangat ambisius, sangat-sangat mengejar kesuksesan, harkat, martabat, dan hal-hal lainnya. Sejak kecil Beby sudah harus mengikuti jejak ayahnya, diajari bermain piano, di kursuskan piano disekolahkan piano paling mahal dan paling bagus untuk meneruskan segala hal yang sudah beliau capai.

Awalnya saat masih kecil, Beby senang-senang saja bermain piano, bahkan menganggap bahwa piano itu keren, terbesit dipikiran Beby kecil untuk bisa menjadi seperti ayahnya kelak. Mungkin karena sering menonton orkestra terkemuka, atau sekedar melihat ayahnya bermain piano.

Semakin Beby tumbuh besar kesuksesan pun semakin terlihat nyata dalam keluarga Beby, Beby dikenal sebagai pianist handal diusia muda. Bahkan berduet dengan orkestra-orkestra ternama. Sesuai dengan apa yang Ayah nya harapkan, bahkan meskipun bersekolah seperti biasa, Beby di sekolah pun menjadi orang yang tergolong pintar, dia tidak pernah keluar dari peringkat 5 besar di sekolahnya.

Akhirnya Beby beranjak masuk ke SMA, sekolah yang Beby masuki pun saat itu sekolah paling bagus dan berkualitas di daerahnya, dan lagi-lagi dia tetap bisa mempertahankan kepintarannya dalam pelajaran sekolah.

"Nak, hari ini les piano kan?"

"iya pah, ini Beby mau berangkat"

"baik, hati-hati dijalan"

Begitulah rutinitas yang biasa Beby lakukan sepulang sekolah, namun hari itu berbeda. Satu hari berbeda yang dapat mengubah segalanya.

Beby dengan nekat nya, membolos les piano untuk pertama kali dalam hidupnya.

Heal me.Where stories live. Discover now