Chapter 26 - Emosi

15K 1K 59
                                    

🎶 Dive – Ed Sheeran

***

"Halo!"

"........."

"Iya, saya sendiri?"

"........"

"Oh gitu, ya Pak? Makasih ya, Pak?"

"......."

Batara menutup teleponnya. Dia menghela nafasnya lega. Itu adalah dosennya, acara sidang diundur beberapa hari lagi. Pria itu begitu senang mengingat bahwa dia bisa menemani istrinya dua hari lagi.

"Siapa nak?" tanya Darwin.

"Itu Yah. Dosennya Batara. Mau bilang sidangnya diundur dulu," terang Batara.

"Oh. Semoga sukses ya nak? Berarti sekarang nggak jadi pulang nih ceritanya?"

"Iya, Yah."

"Ya sudah. Ayah sama Bunda pergi kerja dulu ya, nak? Nanti malam kita main catur." Batara mengangguk tersenyum.

"Kalau ada apa-apa, langsung kabari Bunda sama Ayah ya, sayang?" tambah Bunda Yanti.

"Iya, Bun."

Sepeninggalan mertuanya, Batara duduk di sofa ruang tamu. Dia memejamkan matanya, padahal tadi pagi istrinya hampir saja menangis karena dia akan pulang sekarang. Dia tersenyum, pasti dia nanti senang banget, batin Batara.

"Halo, Mah?" sapa Batara saat mengangkat telepon dari mamanya Lena.

"Halo sayang? Kamu masih di Bandung?"

"Iya, Mah. Kenapa?"

"Nggak. Gimana kabar menantu mama? Sehat kan? Kamu nggak buat dia nangis kan?"

Mendengar itu, Batara memutar bola matanya jengah. Lalu berkata, "Iya Mah, iya. Istriku baik-baik aja Mah." Lena tersenyum di seberang sana.

"Ciee... Yang panggil istri..."

"Apaan sih, Mah?"

"Kak Batara??? Gimana?? Enak nggak tidur bareng Kak Melati??" teriak Febby.

"Bukan urusan kamu."

"Ih, Kak Batara nggak seru deh".

"Hus.. itu urusan pribadi mereka. Kamu masih anak-anak. Sana belajar!" Lena mengusir Febby yang sejak tadi sibuk menempelkan telinganya pada handphon Mamanya. Terdengar suara Febby yang ngamuk-ngamuk tidak jelas, membuat kakaknya Batara tersenyum.

"Mama ada keperluan apa nelpon aku?"

"Nggak. Ya udah Mama tutup teleponnya ya? Kirim salam sama mertua kamu."

"Iya, Mah."

Batara bosan sekali pagi itu. Dia menghabiskan untuk bermain game online di handphonenya. Sesekali dia mengumpat kasar saat temannya bermain tidak becus. Kadang dia tertawa jika berhasil membunuh lawannya.

Waktu cukup singkat untuk pria itu, bermain game memang cara ampuh untuk menghilangkan kejenuhannya. Dia memutuskan untuk keluar dari permainannya. Pria itu melihat jam yang ada di handphonenya.

Kayaknya dia udah pulang, batin Batara. Pria itu meraih kunci motor dan jaketnya. Dia mengambil helm. Pria itu sungguh bersemangat hari ini. Entahlah. Saat membuka pintu, Batara melihat istrinya sudah di gerbang. Diantar oleh teman perempuannya. Batara mengerutkan keningnya.

"Makasih ya?" ucap istrinya saat dua kawannya pergi meninggalkan rumah mereka. Gadis itu menutup gerbang, lalu berjalan menuju rumah tanpa melihat ke depan. Sangat lambat sekali.

Pelukan Saat Senja [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora