Chapter 37 - Kesal dan Bahagia

11.3K 873 32
                                    

🎶 Uptown Funk – Mark Ronson ft Bruno Mars

***

Hari ini, hari Minggu. Batara dan Melati mempunyai jadwal hari ini. Mereka berdua sedang lari-lari pagi di sekitar perumahan. Mentari sangat mendukung pagi ini. Begitu cerah dan suasananya bagus. Melati, gadis itu sudah merencanakan sesuatu.

"Ai... kita foto yuk?" ajak gadis itu berhenti di salah satu kursi setelah berlari lama. Wajah gadis itu dipenuhi keringat, begitu juga dengan Batara.

"Sekarang?"

"Iyalah."

"Aku lagi keringat, nanti aja."

"Ya justru itu. Kan... kan... Gantengnya nambah," ucap gadis itu dengan cengirannya.

"Kak, boleh minta foto?" kata tiga orang yang sepertinya masih sekolah. Batara menoleh lalu tersenyum.

Batara berdiri lalu mengambil posisi di tengah-tengah ketiga gadis-gadis itu. Melati? Dia begitu jengkel sekarang. Melati pergi dari sana. Dia sangat marah dan kesal. Jika kalian lupa, kalau Batara adalah orang sangat ramah dan mudah tersenyum, dia tidak enak hati menolak permintaan mereka.

"Giliran cewek-cewek itu yang minta diturutin, lah aku? Yang jadi istri? Nggak mau. Nyebelin banget sih?" gumam gadis itu sepanjang perjalanan menuju rumahnya.

Sesampai di rumah, gadis itu memilih untuk menyegarkan dirinya. Setelah gadis itu selesai mandi, dia memasak. Gadis itu sangat sibuk di dapur. Wajahnya benar-benar cemberut.

"Sini! Biar muka-muka kalian ku goreng. Rasain!!" Melati sejak tadi mengoceh tidak jelas. Kesalnya belum berkurang sedikit pun sejak tadi. Sampai-sampai dia tidak sadar Batara sudah pulang.

"Kenapa nggak nungguin?" kata Batara menampakan diri datang ke dapur.

Melati menoleh. Apa dia merasa nggak ada yang salah? Nggak peka banget sih jadi suami, batinnya kesal. Melati tidak mengatakan apa-apa pada Batara. Dia melewati pria itu begitu saja. Batara melihat istrinya yang menghilang di balik pintu. Batara tahu pasti istrinya sedang kesal.

Pria itu memutuskan untuk mandi terlebih dahulu, lalu membicarakan hal ini baik-baik. Pria itu mandi dengan begitu cepat, dia tidak mau melihat istrinya kesal berkepanjangan. Ingat! Mama Lena yang akan marah besar.

"Ai... keringin rambut aku," kata Batara dengan handuk yang dibiarkan di kepalanya.

Kosong. Batara mencari di mana istrinya.

"Ai? Mel? "

Tidak ada. Lalu, dia menuju dapur. Ada memo di kulkas.

Aku pergi ngerjain tugas. Pulangnya mungkin lama. Aku udah masak. Kamu makan sendiri hari ini. Nggak usah cari aku. Fokus aja sama kerjaan kamu.

Batara sedikit kesal melihat pesan istrinya yang tidak memakai embel-embel Ai. Kata-kata istrinya selalu terngiang di kepalanya. Kamu makan sendiri hari ini, nggak usah cari aku. Fokus aja sama kerjaan kamu.

Aiss... istri aneh. Batara bahkan tidak fokus saat kerja. Dia merasa tidak tenang saat tidak tahu di mana istrinya. Apalagi istrinya belum hafal kota ini. Pikiran Batara sangat kacau. Dia meraih handphone yang sejak tadi menganggur di meja. Dia menekan nomor istrinya.

Dan ya, panggilannya tidak satupun yang terjawab. Batara sangat kesal. Padahal sudah sore. Dia mondar-mandir tidak jelas di kamarnya. Batara menoleh dan melihat dari kaca kamarnya saat mendengar suara deru motor berhenti di depan rumahnya.

Rahangnya mengeras, jantungnya berdegup lebih kencang, dan tiba-tiba tubuhnya seperti panas. Ya, Melati diantar oleh Galih.

"Makasih ya, kalau nggak ada kamu pasti tugas aku belum siap," kata Melati tersenyum pada Galih.

Pelukan Saat Senja [END]Where stories live. Discover now