🎶 Harus memilih - Widi Nugroho
*****
Melati menarik koper kecilnya. Dia sudah sampai di Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung. Wajahnya buram tapi masih bisa tersenyum. Dia menarik nafas dalam-dalam lalu mulai masuk ke dalam taksi. Hatinya bertanya-tanya, apakah suaminya sudah makan, sudah mandi, dan siapa yang mengeringkan rambutnya.
Beberapa kali gadis itu menghela nafas berat. Di dalam mobil dia hanya bisa menangis dan menangis. Entahlah, rasanya dadanya semakin sesak meski sudah jauh dari pria itu. Dia benar-benar merindukan suaminya, tapi egonya terlalu tinggi.
Cinta itu tidak bisa dijelaskan seberapa besarnya, orang mungkin menilai cinta itu sebesar dunia, samudera, bahkan langit. Namun tidak ada seseorang pun yang bisa menakar seberapa besar cintanya dengan logika.
Pernah mendengar kata-kata itu? Seperti itulah yang dirasakan Melati sekarang. Cintanya seakan terombang-ambing di tengah ombak dan arus pencobaan. Dia merindukan Batara tapi egonya berkata lain. Melati masih tidak bisa melupakan saat mereka pulang malam itu.
"Kiri, Pak." Melati turun dan berhenti di depan rumahnya. Dia tersenyum tipis. Membuat wajahnya seolah tidak ada masalah apa-apa
Ting... nong....
Melati memencet bel rumahnya.
Ceklek....
"Non Melmel?" seru Bi Fatma terkejut saat Melati yang datang. Melati tersenyum pada Bi Fatma. Lalu, memeluk Bi Fatma dengan erat. Bi Fatma tersenyum.
"Loh, sendiri non? Den Batara di mana?" tanya Bi Fatma celingak-celinguk melihat ke belakang. Melati tersenyum, "Bataranya lagi sibuk, bi."
"Bu, Bunda mana?" tanya Melati mengalihkan pembicaraan. Mereka masuk ke dalam rumah bercat putih coklat itu.
"Ibu dan Bapak lagi kerja, Non. Non, nanti tinggal panggil aja ya, bibi mau ke dapur dulu."
"Siap, Bi."
Pintu tertutup. Lalu berjalan menuju kamarnya yang sudah lama tidak dia tempati itu. Melati mendekati ranjang kesukaannya. Lalu menghempaskan tubuhnya ke sana. Rasanya sangat nyaman sekali. Perlahan air matanya datang.
"Bun, hatinya Melmel sakit banget...."
"Yah, kok sakit banget ya?"
Beribu pertanyaan datang dari dalam hatinya. Dia membuka gorden kamarnya itu sedikit. Lalu mulai membuka handphonenya yang sengaja dia tidak buka sejak semalam.
Ai 🤴
157 panggilan tak terjawab 📞Rasa bersalah tiba-tiba datang menyelimuti hatinya. Dia seharusnya tidak kekanak-kanakan seperti ini. Dia meletakkan benda pipih itu. Lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Pagi itu begitu mendung. Seperti mewakili perasaan gadis itu. Setelah selesai mandi, dia menuju meja belajarnya. Mengeringkan rambutnya yang basah. Dia membuka galerinya melihat sudah berapa foto yang dia abadikan bersama Batara. Terukir senyum di bibirnya. Tapi, sesaat kemudian wajahnya murung mengingat bahwa hubungannya dengan Batara tidak baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan Saat Senja [END]
Teen Fiction𝘞𝘢𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨 ❗ 🚫𝘊𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘜𝘞𝘜 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘢𝘬𝘶𝘵, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘬𝘶𝘢𝘵 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘤𝘢!🚫 🚫𝐒𝐒𝐄𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐃𝐈𝐏𝐑𝐈𝐕𝐀𝐓, 𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀...