🎶 So Beautiful – SF9
***
"Jadi bagaimana jawaban kamu? "
"Saya...."
Jujur saja, Batara takut dan jantungnya dua kali berdetak lebih cepat. Dia tidak sabar untuk segera ke sana. Sungguh, dia benar-benar gerah dengan semua ini. Batara cukup tahu siapa itu Teo.
Ai... ngomong dong. Aku mau dengar langsung dari mulut kamu, batin Batara berkecamuk.
"Begini ya, Kak. Saya kira sepertinya tidak bagus kita membicarakan soal seperti ini. Bagaimana kalau kita membicarakan mata kuliah saja?"
"Saya ingin mendengar jawaban kamu langsung. Kamu mau jadi pacar saya atau tidak?" ulang Teo bertanya.
"Begini ya, Kak. Saya udah punya pacar. "
"Maksud kamu Batara?" Melati mengerutkan keningnya bingung sekaligus heran. Darimana Teo tahu tentang Batara.
"Kakak kenal?"
"Begitulah. Saya cukup mengenalnya. Jadi gosip itu benar? Kalau kamu dengan Batara ada hubungan spesial?"
"Iya, Kak. Lebih dari spesial."
"Apa yang kamu sukai dari dia? Bukankah aku lebih berpengalaman dan juga sudah mapan?"
"Begini ya, Kak. Apapun yang terjadi saya akan tetap cinta sama Batara. Dia lebih dari apapun, ucap Melati. Meski dia belum berpengalaman dan juga mapan seperti kakak, tapi saya lebih suka Batara. Meski kadang dia menjengkelkan dan cuek, tapi dia perhatian, Kak. Saya akan tetap jatuh cinta padanya. Meski saya ditawarin duit miliaran sekalipun. Saya akan tetap memilih Batara. Titik!" jelas Melati panjang lebar.
"Jadi? Kamu menolak saya?"
"Sepertinya sudah jelas, Kak. Maaf saya nggak bermaksud, Kak."
"Tidak papa, saya maklum kok. "
Batara dia sangat bangga dan juga terharu saat mendengar jawaban istrinya. Padahal, bisa saja istrinya berkhianat dan meminta cerai padanya. Karena mereka hanya dijodohkan. Senyum dan jantungnya begitu berirama dengan merdu. Bahagianya tidak dapat diukur tadi.
Entahlah, dia merasa ada yang aneh dengan hatinya. Begitu aneh, sampai-sampai dia tidak bisa menahan rasa geli sekaligus bahagia di hatinya.
Setelah percakapan antara Teo dan Melati, Batara memutuskan untuk keluar dari sana. Dia kembali ke restorannya. Dia tidak ingin ketahuan bahwa dia datang untuk melihat kondisi istrinya. Jika kalian lupa, jika Batara punya gengsi tingkat akut.
"Halo, Ai? Kamu masih di restoran? Aku mau ke sana sekarang."
"Iya."
Batara dan Melati menyudahi percakapan singkatnya di telepon miliknya. Dia tidak sabar bertemu dengan istrinya itu.
"Ai..." panggil istrinya sambil menutup pintu.
"Udah siap?"
"Apanya?" jawab Melati ambigu.
"Pertemuannya."
"Oh... udah, Ai." Melati duduk di kursi rotan yang ada di sana.
"Tadi ngomongin apa?" tanya Batara pura-pura tidak tahu.
"Ngomongin kamu."
"Aku?"
Melati mengangguk, "Iya. Masa dia bilang kamu nggak mapan? Masa dia bilang dia suka sama aku? Kan aneh, aku nyesal datang. Mendingan aku ikut kamu ke sini. Buang-buang waktu aja." Melati merajuk kesal saat mengingat kejadian tadi.
YOU ARE READING
Pelukan Saat Senja [END]
Teen Fiction𝘞𝘢𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨 ❗ 🚫𝘊𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨 𝘜𝘞𝘜 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘵 𝘢𝘬𝘶𝘵, 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘬𝘶𝘢𝘵 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘤𝘢!🚫 🚫𝐒𝐒𝐄𝐁𝐀𝐆𝐈𝐀𝐍 𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐃𝐈𝐏𝐑𝐈𝐕𝐀𝐓, 𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀...